Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Berita Kematian
0
Suka
148
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Bel pintu depan berbunyi, memecah kesunyian ruang tamu Sarah. Suara itu begitu familiar, membuat Sarah terjaga dari lamunannya. Dia terbangun dari duduknya di kursi panjang yang menghadap ke jendela, mengamati langit yang semakin senja. Dia membuka pintu, dan di depan sana berdiri sahabat baiknya, Feby, dengan senyuman cerah yang selalu mampu mengusir kesedihan di hati.

“Feby!” seru Sarah sambil melangkah maju dan memeluk sahabatnya erat. “Kamu datang juga akhirnya. Masuk, masuk!” Feby tertawa, senyumannya lebar meski ada sedikit kelelahan di matanya. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam rumah yang sepi, hanya ada mereka berdua yang mengisi ruang tamu yang hangat.

Pintu tertutup rapat, dan mereka duduk di sofa panjang yang sudah menunggu. Pemandangan di luar jendela terlihat indah, matahari yang perlahan tenggelam, namun suasana di dalam rumah terasa jauh lebih hangat. Meskipun hanya ada dua orang, obrolan mereka seolah mengisi seluruh ruang.

“Ada apa, Feb?” tanya Sarah lembut. Feby hanya tersenyum, tetapi Sarah bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal dalam diri sahabatnya. Feby menghela napas panjang sebelum mulai berbicara.

“Sarah,” katanya pelan, “aku khawatir dengan Arya belakangan ini.” Sarah memandang Feby dengan tatapan penuh perhatian. Feby adalah wanita yang penuh percaya diri, dan biasanya ia tak pernah terlalu terbuka tentang masalah pribadinya. Tetapi, kali ini berbeda.

“Ada apa dengan Arya?” tanya Sarah penasaran.

Feby menggigit bibirnya, tampak ragu untuk melanjutkan. Namun akhirnya ia melanjutkan, “Dia makin menjauh belakangan ini. Seperti ada yang berubah. Dia semakin sibuk dengan pekerjaannya, bahkan sering pulang larut malam. Kadang aku merasa seperti dia... menyembunyikan sesuatu dariku. Ada teman kantornya, Sarah. Seorang perempuan. Aku khawatir mereka... entah, mungkin lebih dari sekadar rekan kerja.”

Sarah mendengarkan dengan seksama. Sahabatnya itu tampak tertekan, dan Sarah bisa merasakan betapa berat beban yang dirasakan Feby. “Coba bicara dengan dia, Feb. Jangan biarkan perasaan itu menumpuk di dalam hatimu,” saran Sarah. “Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Mungkin Arya hanya lelah karena pekerjaan. Terkadang kita terlalu banyak berasumsi, kan?”

Feby mengangguk pelan, namun raut wajahnya tidak berubah. “Aku sudah mencoba, Sarah. Tapi dia selalu mengalihkan pembicaraan. Kalau aku tanya lebih jauh, dia malah menghindar. Aku takut kalau aku terlalu menekan, dia malah semakin menjauh.”

Sarah menghela napas. “Kamu sudah melakukan yang terbaik, Feby. Terkadang kita tidak bisa memaksa orang lain untuk terbuka. Tapi yang penting adalah kamu berusaha memahami, dan jangan biarkan rasa curiga itu menghancurkan hubungan kalian.”

Feby tersenyum tipis, tetapi senyum itu terasa dipaksakan. “Aku berharap kamu benar, Sarah. Aku tidak ingin hal ini merusak hubungan kami, tetapi...” Feby terdiam, matanya menerawang, seperti ada sesuatu yang lebih dalam yang ingin ia ungkapkan, namun tidak bisa.

Percakapan mereka terhenti sejenak ketika ponsel Sarah berbunyi. Dia meraih ponsel dari meja samping sofa, melihat layar yang menunjukkan nama ‘Arya’. Matanya sedikit terkejut. Aneh. Kenapa Arya malah meneleponku?

“Maaf sebentar, Feb,” kata Sarah, mengangkat telepon dengan sedikit khawatir. “Halo?” Sarah berkata, suaranya terdengar ragu.

Di ujung telepon, suara Arya terdengar berbeda. Tidak seperti biasanya. Ada nada kesedihan dalam suaranya, sesuatu yang Sarah tidak pernah dengar sebelumnya.

“Sarah,” kata Arya dengan suara berat, “aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana. Ada berita buruk yang harus aku sampaikan.”

Sarah merasa jantungnya berdegup lebih cepat. “Berita buruk? Kamu terdengar aneh. Apa yang terjadi?” tanyanya, mulai merasa cemas.

“Ada kecelakaan, Sarah,” kata Arya, suaranya terdengar semakin rapuh. “Feby... Feby baru saja kecelakaan. Dia... dia meninggal."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Novel
Gold
Surat dari Kematian
Falcon Publishing
Flash
Berita Kematian
Ahmad R. Madani
Cerpen
Arina, Sang Pembalas
Ian Hendrawan
Flash
Parkir Rektorat
anaibeterbangan
Novel
Saksi Bisu Misteri As-Sihran
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Alaska
Mizan Publishing
Cerpen
Rencana
Endah Wahyuningtyas
Novel
Gold
The Haunting of Hill House
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Pangeran Mimpi Zera
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Tanzania
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Wooley Dolley
Mizan Publishing
Flash
satan's care
Raja Alam Semesta
Novel
Bronze
The Evil of The Black Rose
Trinaya
Flash
Yang Berjalan di Tengah Malam
lusi anda sudjana
Novel
Gold
AGNOSIA
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Berita Kematian
Ahmad R. Madani
Flash
Membayar Dendam
Ahmad R. Madani
Flash
Cahaya di Ujung Terowongan
Ahmad R. Madani
Flash
Besok Ada Yang Mati
Ahmad R. Madani
Flash
Makam Keluarga
Ahmad R. Madani
Flash
Suatu Malam di Kuburan
Ahmad R. Madani
Flash
Sang Korban
Ahmad R. Madani
Flash
Mimpi Terjatuh
Ahmad R. Madani
Flash
Malaikat Maut
Ahmad R. Madani
Flash
Hati-Hati di Jalan
Ahmad R. Madani
Flash
Dia Tidak Tahu
Ahmad R. Madani