Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Antara “minum lah!” atau “hisap lah!” masing masing plus seratus ribu. Hanya kedai biasa, namun luar biasa nikmatnya. Tempat nongkrong paling sesuai untuk para mata jelatan. Bukan main parasnya! Dia ayu bak lukisan karya maestro yang sempurna. Siapa yang tak senang jika dilayani oleh si Kembang Ternama sekaligus pemilik kedai.
Seorang pelanggan datang, singgah di meja counter agar bisa menyaksikan langsung. Memesan sambil menyeringai “pesan secangkir kopi dan jangan lupa bonusnya,” katanya. Wanita itu membuat secangkir kopi dan meminumnya, kemudian diletakkannya kopi itu di depan pelanggan.
“Yang agak lama lagi dong, sampai lipstik mu itu ter-cap dengan jelas.” Ucap sang pelanggan yang sedari tadi memerhatikan.
“Boleh deh, tapi harganya nambah ya.” Balas wanita itu dengan tatapan menggoda.
“Soal uang abang pasti sedia kok.” Pelanggan itu menyombongkan diri.
Wanita itu mengecup kembali cangkir tersebut. Meletakkannya kembali sambil menjilat bibir. Pelanggan itu lekas meminumnya. Tepat dibekas lipstik merah dengan penuh menjiwa, serasa sedang bercumbu. Belum puas dengan hasratnya, ia memesan lagi. Namun bukan kopi.
“Rokok spesialnya dong.” Mintanya lagi.
“Boleh, sekali hisap sebatang bayar seratus ribu.” Balas wanita itu.
Pelanggan itu tertawa. Ia tau wanita itu suka memeras harta pelanggan. “Segitu aja? Kalau begitu aku pesan setengah batang.”
Wanita itu terlihat senang. Ia menyalakan sebatang rokok dan dihisapnya sampai habis setengah sebelum diberikan. Aroma asap rokok menari nari di udara. Mengebulkan asap dan saling menatap. Ia berusaha membaca pikiran sang pelanggan, sebelum akhinya sebuah kalimat dilontarkan. “Abang bisa membeli semuanya, namun belum bisa membeli hatiku.” Ucap wanita itu yang berhasil menebak isi pikirannya.
"Apakah abang bisa mendapatkan hatimu, permata ku?" lirih pelanggan itu dengan nada merayu.
Wanita itu tersenyum merona dan berkata. “Berusahalah.”