Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
sepatu untuk adik
0
Suka
2
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Setiap pagi, Rian berdiri di depan toko sepatu itu, menatap sepasang sepatu merah muda di balik kaca etalase. Sepatu itu begitu cantik, dengan pita kecil di bagian atasnya, dan ia tahu Maya, adiknya yang baru berusia 7 tahun, pasti menyukainya.

Namun, Rian sadar, keluarganya tak punya uang untuk itu. Ayahnya bekerja keras sebagai buruh bangunan, sementara ibunya terbaring sakit di rumah. Tapi Rian bertekad.

Ia mulai bangun pukul empat pagi, membantu Pak Jono di pasar untuk membersihkan kios. Tangan kecilnya sering tergores oleh pecahan kayu, tapi ia tidak peduli. "Hanya tiga bulan," pikirnya, sambil menggenggam bayaran kecil itu erat-erat.

Satu hari, saat pulang dari pasar, sebuah truk melaju kencang dan nyaris menabraknya. Uang receh yang ia kumpulkan dalam kantong plastik jatuh berceceran ke jalan. Dengan panik, ia memunguti setiap koin, sementara sopir truk membunyikan klakson keras.

Ketika akhirnya semua uang terkumpul, ada satu koin yang hilang—uang terakhir untuk menyelesaikan targetnya. Ia hampir menyerah, sampai seorang ibu tua di pasar memberinya koin itu sambil berkata, "Nak, mimpi baikmu jangan sampai berhenti hanya karena koin kecil ini."

Hari itu, Rian masuk ke toko dengan gemetar. “Pak, saya mau beli sepatu itu,” katanya sambil menyodorkan uang receh.

Penjualnya memandang Rian, lalu ke sepatu yang dimaksud, dan kembali ke tumpukan uang. “Nak, ini uang receh semua,” katanya, hampir terkejut.

“Ini hasil kerja saya, Pak,” jawab Rian lirih.

Penjual itu terdiam, lalu tersenyum. “Sepatunya jadi milikmu,” katanya sambil menyerahkan kotak itu.

Rian pulang dengan langkah ringan. Ketika ia menyerahkan sepatu itu kepada Maya, mata adiknya membesar. “Ini... ini untukku, Kak?”

Rian mengangguk. Maya memeluk sepatu itu erat, lalu menangis. “Aku pikir kita nggak bisa beli apa-apa lagi sejak ibu sakit... Tapi Kakak selalu bikin aku merasa jadi anak paling bahagia.”

Rian tersenyum, menahan air matanya. “Kakak cuma ingin lihat kamu bahagia, Maya.”

Sepatu itu dipakai Maya setiap hari, bahkan ketika ukurannya mulai sempit. Bagi mereka, itu bukan sekadar sepatu, melainkan lambang cinta, perjuangan, dan harapan

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Kisah Ini Belum Usai
Ni Luh Putu Anggreni
Flash
sepatu untuk adik
susi purwaningsih
Novel
Bronze
Sepasang Satria Piningit
Anggrek Handayani
Novel
Teratai di Atas Bukit
Justang Zealotous
Flash
Gaslighting
zahwa arifin
Novel
Anna : Liontin Karma
Jeanaira Prinxc
Novel
Anak Desa
Nicanser
Novel
Bronze
FRIENDSHIP
SOS (Share Our Story)
Novel
Bronze
Tuah Kasih
Mfathiar
Novel
Gold
Baiti Jannati
Noura Publishing
Novel
Bronze
MENUNGGU: Akhir Kisah Kita
Nurita
Cerpen
CODET
Teguh Santoso
Novel
Antara ADA (Aku dan Ayah)
Niktan' Nissa Mitza Gallish
Novel
Bronze
SUWUNG
Faiq Mufidah
Cerpen
Dua Puluh Enam Makam Tanpa Nama
Muhammad Ilfan Zulfani
Rekomendasi
Flash
sepatu untuk adik
susi purwaningsih
Flash
tiga detik
susi purwaningsih
Flash
surat yang terlambat
susi purwaningsih
Cerpen
Bronze
senja di ujung senja
susi purwaningsih