Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Aksi
Suatu Hari di Toko
3
Suka
237
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

“Ada barang baru Pak?”

Pak Sarman meletakkan jari telunjuk di bibirnya, sambil mengedipkan matanya. “Ada,” ujar Pak Sarman setengah berbisik sambil menarik pelanggan tetapnya yang sudah mampir ke tokonya sejak awal kuliah dulu, agar mendekat.

“Barangnya ada didalam—aman pokoknya”.

Pak Sarman terpaksa berbisik, karena ada beberapa pelanggan lain yang menanyakan barang yang sama, tapi ia sudah terlanjur janji dengan Roni, mahasiswa langganan setianya itu.

Ia merasa tidak enak hati jika ia memberitahu “barang” itu sementara sejak tadi beberapa orang menanyakannya dan Sarman hanya mengatakan barang langka itu sulit didapat karena limited edition!.

Lantas ia kembali berbaur dengan pembeli lainya.

Jika tak sibuk, Pak Sarman akan duduk di kursi tuanya menjalani ritual hariannya di toko miliknya “Sabar Menanti”, menunggu pelanggan.

Membalik-balik halaman sebuah buku tua dengan hati-hati. Angin sore di Serambi Utara membawa harum kertas tua, bercampur dengan aroma kopi dari warung sebelah. Di depannya, deretan buku bekas tertata rapi.

“Pak, ini beneran buku bagus,? Tapi kok kayaknya jarang yang cari?” tanya seorang pemuda berkacamata, pelanggan setia lainnya yang sering mampir setelah pulang kerja. Anak muda penikmat buku sejarah.

Pak Sarman tersenyum, mengelus sampul buku itu dengan lembut. “Kadang, buku itu seperti orang, Nak. Ada yang nunggu waktu untuk ditemukan. Nggak semua langsung menarik perhatian.”

Andi tertawa kecil, mendengar filosofi pak Sarman, lalu membeli dua buku yang menurutnya menarik. Sebelum pergi, ia sempat berbisik, “Pak, kalau ada buku sejarah lagi, saya duluan, ya.”

***

Hari itu berlalu seperti biasanya, hingga menjelang malam, telepon genggam Pak Sarman berbunyi. Suara seorang perempuan terdengar di ujung sana, menawarkan sesuatu.

“Dengan Pak Sarman ya, saya dapat nomor Bapak dari teman. Majikan saya suruh saya bongkar gudang buku lama, tapi saya nggak tahu harus ke mana. Apa Bapak tertarik?”

Sarmani terdiam sejenak, lalu bertanya, “Gudangnya di mana, Mbak?”

Keesokan harinya, setelah diberi petunjuk alamatnya, Pak Sarman tiba di rumah besar dengan tembok tinggi yang kusam.

Pintu gudang dibuka, dan di dalamnya, rak-rak buku menjulang tinggi, dipenuhi buku dari berbagai genre, bahasa, dan zaman. Mata Pak Sarman berbinar. Ini bukan sekadar gudang; ini adalah surga bagi pecinta buku.

Tempat yang disebut gudang, ternyata sebuah perpustakaan pribadi, penuh dengan koleksi yang dikumpulkan bertahun-tahun oleh pemiliknya, seorang ekspatriat yang kini sudah kembali ke Eropa.

“Pak, silakan dipilih mana yang mau dibawa. Majikan saya nggak mau repot kirim-kirim lagi,” kata perempuan itu sambil menyerahkan beberapa kardus kosong.

Pak Sarman mulai memilah buku. Tangannya cekatan, tapi matanya selalu awas. Beberapa buku tua dengan sampul kulit langsung menarik perhatiannya.

Di sela-sela pekerjaannya, ia menemukan sesuatu yang membuatnya tertegun — sebuah buku dengan lembaran uang kuno terselip di dalamnya.

Uang itu dalam kondisi sangat baik. Nominal dan desainnya menunjukkan bahwa ini adalah uang dari era kolonial, barang koleksi yang sangat berharga. Pak Sarman menatap uang itu dengan takjub, lalu menyimpannya dengan hati-hati.

Ternyata, bukan hanya uang kuno; ia juga menemukan foto seorang tokoh terkenal dengan tanda tangan asli yang diselipkan dalam salah satu buku. Termasuk buku bertanda tangan pengarangnya.

“Pak, udah selesai belum? Hari udah sore,” perempuan yang ternyata bertugas sebagai penjaga rumah itu mengingatkan.

Pak Sarman tersadar dari lamunannya dan segera menyelesaikan pekerjaannya untuk hari itu. Ia mengangkut buku-buku itu ke mobil sewaan, tak sabar membawa semuanya ke lapaknya.

***

Kedatangan tumpukan buku itu membuat lapak Pak Sarman mendadak ramai. Pelanggan lama dan baru datang berbondong-bondong.

Buku-buku itu ludes dalam waktu singkat, tetapi Sarman menyimpan beberapa untuk dirinya sendiri. Salah satunya adalah buku dengan tanda tangan asli dan foto tokoh terkenal.

Pak Sarman sempat berpikir untuk menjual foto itu, karena seorang kolektor pernah menawar hingga hampir seratus juta, tetapi syaratnya terlalu rumit. Ia harus membuktikan keaslian foto itu dengan berbagai dokumen yang sulit didapatkan.

“Pak Sarman, kenapa nggak dijual aja? Lumayan, lho, buat nambah modal toko,” tanya Roni suatu hari.

Pak Sarman menggeleng. “Nggak semua yang berharga harus dijual, Nak. Kadang, menyimpannya juga punya nilai sendiri.”

Namun, bukan hanya buku atau barang antik yang membuat lapak Pak Sarman istimewa. Ia sering menjadi tempat pertemuan bagi para pecinta buku.

Suatu hari, seorang perempuan muda bernama Laila datang ke tokonya. Ia terlihat gelisah, seperti mencari sesuatu yang penting.

“Pak, Bapak punya buku berjudul Bunga di Tepi Jalan? Penulisnya Sapardi,” tanya Laila dengan nada penuh harap.

Pak Sarman mengingat-ingat, lalu mengeluarkan sebuah buku dari rak di belakangnya. “Ini bukunya. Masih lumayan kondisinya?”

Mata Laila berbinar. “Saya nyari buku ini dari SMA, Pak. Nggak nyangka nemu lagi di sini.”

Mereka berbincang panjang. Ternyata, Laila seorang penulis muda yang sedang mencari inspirasi untuk novelnya.

Buku-buku di toko Pak Sarman menjadi sumber idenya. Pak sarman dapat tambahan seorang pelanggan baru, tempatnya berbagi cerita, dan menjadi salah satu pelanggan tetapnya.

***

Sore itu, Pak Sarman baru saja akan menutup tokonya, ketika sebuah mobil mewah berhenti di depan.

Seorang pria asing turun, membawa sebuah koper kecil. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai perwakilan dari seorang kolektor di Eropa.

“Mr. Sarman, I’m here to negotiate. My client is interested in the signed photo you found,” kata pria itu dengan bahasa Inggris beraksen tebal, mencoba menegosiasi soal temuan foto dan buku bertanda tangan milik Pak Sarman.

Sarman terkejut. Ia tak pernah mengira berita tentang foto itu sampai ke luar negeri.

Setelah berbicara panjang lebar, pria itu menawarkan jumlah yang jauh lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, Sarman tetap menolak.

“Tell your client, this is not for sale. It belongs here, with the books,” katanya tegas.

Pria itu hanya tersenyum dan pergi, meninggalkan Sarman dengan rasa bangga. Sesuatu yang sulit dibayar dengan nominal harganya.

Pak Sarman memilih menyimpan buku itu, karena tak bersedia menjualnya.

Hingga hari ini, lapak buku Pak Sarman tetap menjadi oase bagi para pecinta buku di tengah hiruk-pikuk era digital.

Setiap buku yang ia jual bukan sekadar barang dagangan, melainkan cerita yang menunggu untuk ditemukan.

Bagi Pak Sarman, setiap hari di tokonya adalah petualangan, dan ia siap menyambut setiap kejutan yang datang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Eropanya ngak jauh dari keraton jogja
hahaha
wahhh makin kepo nih eropanya eropa yang mana hehe
Rekomendasi dari Aksi
Flash
Suatu Hari di Toko
Hans Wysiwyg
Cerpen
Bronze
SRIGALA BERDZIKIR DI AKHIR WAKTU
Ranang Aji SP
Cerpen
Akhir Sebuah Perang
DMRamdhan
Skrip Film
One Pack Man
Ramandha
Flash
Dalmi
Ula
Flash
TUJUH RAHASIA ALAM MALAKUT
Shina El Bucorie
Skrip Film
RESIGN (Script)
Hesti Ary Windiastuti
Flash
Bronze
KERIBUTAN KECIL
N Shalihin Damiri
Flash
Bronze
World War Samurai
Silvarani
Flash
Feng Min dan Kang Shu
Martha Z. ElKutuby
Flash
Pertunjukan Malam
Lebah Bergantung
Novel
Gasing Bambu
bomo wicaksono
Flash
JIKA MOBIL BISA NGOMONG..
Shabrina Farha Nisa
Flash
Menjinakkan Naga
Impy Island
Cerpen
Bronze
Sayounara Ryuusei, Konnichiwa Jinsei
Mochammad Ikhsan Maulana
Rekomendasi
Flash
Suatu Hari di Toko
Hans Wysiwyg
Novel
TEDUH DALAM BARA Dua Perempuan Teluk Naga
Hans Wysiwyg
Cerpen
Maybe Someday
Hans Wysiwyg
Flash
Tetangga Toko Sebelah
Hans Wysiwyg
Flash
IN-SPIRING LOVE
Hans Wysiwyg
Flash
ONLY-- Sometime Truth is Cruel
Hans Wysiwyg
Flash
Mestakkung
Hans Wysiwyg
Cerpen
MESIN WAKTU
Hans Wysiwyg
Flash
Gadis Kecil Di Trotoar
Hans Wysiwyg
Cerpen
BADRI BERHANTU dan Kisah-Kisah Pabrik Padi Syereem!
Hans Wysiwyg
Novel
DI BAWAH LANGIT YANG TERLUKA Beneath The Wounded Sky
Hans Wysiwyg
Flash
MAKLAR
Hans Wysiwyg
Flash
Di Bawah Langit Jogja
Hans Wysiwyg
Flash
KAMU ITU CANTIK CLARISA
Hans Wysiwyg
Flash
CINTA MATI
Hans Wysiwyg