Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Mimpi Terjatuh
2
Suka
36
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Sarah merasakan ikatan yang tak terpisahkan dengan putrinya, Gea. Sejak kecil, Gea selalu berada di sisi Sarah, berbagi tawa dan cerita di setiap langkah hidup mereka. Seperti kebanyakan ibu dan anak, mereka menjalani hari-hari penuh kehangatan, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam antara mereka—sebuah kedekatan yang dibangun oleh banyak momen berharga.

Suatu sore, seperti biasa, Sarah menunggu di depan sekolah setelah bel berbunyi. Gea keluar dari gerbang dengan senyum cerah di wajahnya, membawa tas sekolah yang sedikit lebih berat dari biasanya. “Dari tadi ya, Ma?”

“Enggak. Baru kok. Ayo naik”

Gea mengangguk dan masuk. Selama perjalanan, mereka berbincang tentang banyak hal, dari mata pelajaran di sekolah hingga mimpi Gea untuk menjadi seorang arsitek. Gea sering bercerita tentang cita-citanya membangun gedung pencakar langit untuk kedua orangtuanya. Sarah selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, membayangkan masa depan yang cerah bagi putrinya.

Sesampainya di rumah, Sarah mengajak Gea memasuki halaman belakang, tempat makam keluarga yang tersembunyi di bawah pohon besar. Sarah dan Gea menabur bunga dan menyiramkan air ke atas makam kakek dan nenek.

Gea berdiri di samping makam, lalu bertanya dengan suara lembut, “Ma, kalau aku meninggal nanti, apakah aku akan dikubur di sini juga?”

Sarah menatap putrinya, menahan perasaan yang datang begitu mendalam. “Jangan pikirkan itu, Gea. Umurmu masih panjang. Kamu masih muda, masih banyak yang harus dicapai. Banyak impian yang menantimu di depan.”

Gea tersenyum kecil. Meskipun usianya baru 16 tahun, ia tahu bahwa dunia memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Dia ingin mewujudkan semua mimpinya. Dia ingin membuat bangga orangtuanya.

Beberapa hari kemudian, Gea terbangun dengan semangat tinggi. Dia kembali menggambar rancangan gedung pencakar langit yang sudah menjadi obsesinya. Gambarannya sangat detil, seolah dia sudah bisa merasakannya berdiri kokoh di tengah kota. Sarah selalu menatapnya dengan bangga, meski sering kali ia merasa sedikit khawatir tentang betapa besar impian putrinya.

Suatu malam, Gea bermimpi. Dalam mimpinya, ia berhasil membangun gedung pencakar langit yang selama ini ia impikan. Gedung itu tinggi sekali, lebih tinggi dari gedung apapun yang ada di kota. Dalam mimpinya, ia berdiri di lantai paling atas, di tengah keramaian acara peresmian gedung. Tiba-tiba, seperti ada yang menariknya ke bawah, Gea tergelincir dan terjatuh! Mimpi itu sangat nyata—Gea merasakan tubuhnya meluncur jatuh dari ketinggian, dan dunia seolah berhenti sejenak.

Keesokan paginya, Gea merasa tak enak badan. Tubuhnya terasa lemas, dan kepalanya pusing. Dia hanya bisa berbaring di tempat tidur, merasakan suhu tubuh yang naik. Sarah sangat khawatir. Mereka bergegas ke dokter, namun setelah beberapa pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa Gea hanya kelelahan dan perlu banyak istirahat.

Namun, gejala itu tak kunjung membaik. Gea semakin lemah, dan dalam beberapa hari, kondisinya semakin parah. Sarah tak bisa menahan air matanya. Gea yang penuh semangat kini hanya terbaring lemah, tak mampu berbicara banyak.

Pada akhirnya, setelah beberapa hari berjuang, Gea merasa tubuhnya sudah tak kuat lagi menahan sakit, ia pun meninggal dunia. Di samping tempat tidurnya, sebuah kertas gambar dengan rancangan gedung pencakar langit yang belum selesai tergeletak.

Sarah merasa dunia runtuh. Rasa kehilangan yang mendalam menyelimutinya. Dia tak bisa memahami mengapa semua ini terjadi begitu cepat. Putrinya yang penuh harapan dan impian harus pergi begitu saja. Tak ada lagi gelak tawa Gea di rumah, tak ada lagi percakapan panjang tentang masa depan.

Jenazah Gea dimakamkan di makam keluarga, di halaman belakang rumah mereka. Sarah merasa seolah hidupnya tak akan pernah sama lagi. Dia sering mengunjungi makam Gea, berdoa dan yakin putrinya sekarang sudah berada di tempat yang jauh lebih indah dari sekedar gedung pencakar langit.

Suatu malam Sarah bermimpi naik ke gunung. Kakinya salah menapak dan pegangan tangannya tak kuat mencengkeram. Sarah terjatuh. Dia terbangun dari tidurnya dengan perasaan cemas. Dia merasa tubuhnya sangat lelah. Ada rasa sakit di seluruh persendian. Sarah merasa cemas, takut kalau ia akan menemui ajal seperti yang terjadi pada Gea.

Sarah berjalan ke jendela kamar, membuka tirainya dengan perlahan. Saat matanya tertuju pada makam keluarga di halaman belakang, ia melihat sesuatu yang tak terduga. Di sana, di atas makamnya, Gea berdiri dengan senyum cerah di wajahnya, seolah tak ada yang berubah. Dia melambaikan tangan kepada Sarah, seolah memanggilnya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Flash
Mimpi Terjatuh
Ahmad R. Madani
Novel
SEGEL IBLIS
Miss Green Tea
Cerpen
Pena Tanpa Akhir
Nyaa ko
Novel
A
Salsa Rahmadani
Skrip Film
Cinta di Kamar Sebelah
Ardi Rai Gunawan
Flash
Bronze
Kursi tertawa
Bungaran gabriel
Novel
Bronze
Rama's Story : Mey Ling - Dark Castle
Cancan Ramadhan
Cerpen
Bronze
BAYANGAN DI WAKTU MAGRIB
Lestari Zulkarnain
Novel
Gold
We Have Always Lived in the Castle
Mizan Publishing
Novel
ISTANA HANTU
Dudun Parwanto
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Sidney
Mizan Publishing
Novel
Cursed on the Witching Hours
Roy Rolland
Flash
SUARA LEBAH
Wiji Lestari
Flash
Hantu di bawah tempat tidur
Bluerianzy
Novel
ZOMBI DAN MEREKA YANG TAK BISA MATI
Meliana
Rekomendasi
Flash
Mimpi Terjatuh
Ahmad R. Madani
Flash
Suatu Malam di Kuburan
Ahmad R. Madani
Flash
Besok Ada Yang Mati
Ahmad R. Madani
Flash
Sang Korban
Ahmad R. Madani
Flash
Hati-Hati di Jalan
Ahmad R. Madani
Flash
Makam Keluarga
Ahmad R. Madani
Flash
Dia Tidak Tahu
Ahmad R. Madani