Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Laut Itu Luka
7
Suka
977
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Saat itu kami duduk di dermaga ditemani semilir angin yang membawa aroma asin laut. "Abang tahu, laut itu misteri, seperti hati kita yang sulit diduga," kata Miriam, istriku.

Aku berusaha memahaminya tapi sulit. Sesulit aku bisa menerima laut itu kembali setelah kehilangan yang menyakitkan.

Hari itu, kami menonton Voyage to the Bottom of the Sea di bioskop tua di ujung kota. Film petualangan kapal selam menuju dasar laut, bertemu makhluk laut aneh, dan melawan bahaya.

Tapi bukannya film itu yang membekas di pikiranku, tapi ketakutan-ketakutan seperti awan comulunimbus hitam yang menyelumbung langit sebelum hujan deras tiba.

"Sayang, menurutmu kalau aku bisa bernapas di bawah air, apa yang akan terjadi?" tanyaku sambil menatap riak air yang memantulkan warna jingga matahari senja.

Miriam tersenyum, matanya berbinar.

“Kenapa?”

“Aku hanya ingin menanyakan itu, tapi aku ngak tau kenapa?” jawabku sekenanya.

Miriam tertawa, “Aneh!”

“Tapi itu yang sedang aku pikirkan sekarang.”

"Kalau abang bisa bernapas di bawah air, mungkin abang akan melihat dunia yang berbeda. Ada kerajaan ikan, harta karun kapal tenggelam, atau mungkin putri duyung. Itukan, yang sering abang baca di buku-buku dongeng dulu?" katanya sambil tertawa.

Aku mengangguk pelan. "Tapi aku juga takut, laut itu seperti raksasa yang pendiam. Tsunami dulu...," Kalimatku menggantung, tenggelam dalam bayangan bencana besar yang pernah merenggut adikku dan kedua orang tuaku.

Miriam langsung memelukku. "Laut memang susah dimengerti. Tapi abang tahu, kita tidak akan bisa berdamai dengan sesuatu yang kita hindari. Kadang, kita harus mendekat untuk memahami."

***

Malamnya aku bermimpi. Aku berdiri di tepi pantai, dan tiba-tiba seorang bocah lelaki muncul dari dalam air. Wajahnya cerah, rambutnya hitam berkilau seperti sirip ikan.

"Kau siapa?" tanyaku.

"Aku Deni, manusia ikan. Kau mau ikut denganku ke dasar laut?"

Aku tak mengenalnya jadi merasa ragu, tapi rasa penasaran mengalahkan semuanya. Deni menggenggam tanganku, dan aku merasa tubuhku berubah. Aku bisa bernapas di bawah air!.

Kami menyelam semakin dalam, melewati terumbu karang berwarna-warni, kawanan ikan yang menari seperti balet, sampai akhirnya tiba di sebuah gerbang besar yang bersinar biru kehijauan.

"Selamat datang di Kerajaan Bawah Laut," kata Deni sambil menunjuk ke arah gerbang itu.

Di balik gerbang, aku melihat istana megah terbuat dari karang putih dan mutiara. Makhluk laut beraneka rupa berlalu-lalang, beberapa membawa lentera yang terbuat dari ubur-ubur bercahaya.

"Apa ini Atlantis?" tanyaku dengan kagum.

"Bukan. Ini tempat segala impian tentang laut menjadi nyata."

Aku membayangkan banyak hal, tapi semua berujung pada ketakutan-ketakutan yang sulit aku pahami.

"Apa kau tidak takut tinggal di sini?"

"Tidak," jawabnya singkat. "Laut adalah rumahku. Tapi aku melihat ada sesuatu di hatimu yang takut akan laut. Kenapa?"

Aku terdiam. Aku ingin menceritakan segalanya—tentang tsunami, kehilangan keluargaku, dan betapa laut terasa seperti monster yang selalu mengintai. Tapi kata-kata itu tersangkut di tenggorokanku.

"Ikut aku," ajaknya. "Ada sesuatu yang harus kau lihat."

Kami tiba di sebuah gua di dasar laut, dindingnya dipenuhi kristal bercahaya. Di tengah gua itu, aku melihat sebuah bola air besar, memutar kenangan seperti film.

"Apa itu?" tanyaku.

"Laut Kenangan. Ia menyimpan apa yang telah diambil laut darimu."

Aku tiba-tiba merasa takut, ragu, mencoba mendekat. Bola itu menunjukkan gambaran adikku yang bermain di tepi pantai, tertawa riang sambil membangun istana pasir.

Lalu, aku melihat diriku sendiri, menggandeng tangan ibu dan ayah, berjalan di bawah sinar matahari pagi. Tapi gambaran itu berubah menjadi gelombang besar yang menghantam segalanya.

Air mataku tiba-tiba bercampur dengan air laut.

Deni menatapku. "Laut tidak hanya mengambil. Kadang, juga memberi."

"Apa maksudmu?" aku menatapnya bingung.

Deni menyentuh bola air itu, kali ini, aku melihat wajah cantik Miriam disana. Ia tersenyum ketika memandangku. Miriam menjadi tempatku bersandar setelah kehilangan segalanya.

"Laut mengambil keluargamu, tapi juga memberimu seseorang untuk menjaga hatimu.”

Aku tak mengerti tapi hatiku tiba-tiba terasa hangat. Tiba-tiba aku teringat Miriam.

***

Aku terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Aku melihat Miriam masih duduk di dermaga, disampingku sambil menatap laut dengan pandangan yang sama seperti sebelumnya.

"Sayang" panggilku sambil mendekat.

"Aku ingin mengerti tentang laut."

Miriam menatapku dengan pandangan tak percaya, lalu tertawa. "Baguslah. Laut itu seperti hidup kita, memang penuh misteri. Tapi kalau abang mau mencoba memahaminya, abang akan temukan rahasia disebaliknya, mungkin itu bisa mengobati ketakutanmu."

Laut mungkin tak akan pernah bisa kutaklukkan, tapi setidaknya, aku ingin belajar mencintainya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
cara lain mengungkapkan luka lama...hati kita memang misteri ;),
Saya terhenyak membacanya. Namun, ya ... laut menyimpan banyak misteri.
Rekomendasi dari Drama
Flash
Laut Itu Luka
Hans Wysiwyg
Skrip Film
Lima Teman
DENKUS
Flash
Bronze
Girl Talk
Silvarani
Cerpen
Bronze
Gerobak Ujung Alun-Alun
Nabilla Shafira
Novel
Bronze
Dua Cinta Pertama
L
Novel
LINGKUNG
Aiman Muin
Cerpen
Bronze
Kontraktor
Fitri F. Layla
Skrip Film
Potret Arunika
Mutiara Cahyani
Novel
Bronze
My Little Lisa
Chris Aridita
Flash
Kalau Seblak Bisa Ngomong...
Shabrina Farha Nisa
Novel
si Tukang kayu & Tuan puteri
rubbi nurfathiyah arifin
Novel
Lompat Kelas
heriwidianto
Flash
Sepiring Karedok untuk orang tersesat
Bluerianzy
Flash
Bronze
Semoga Kabarmu Baik
Silvarani
Skrip Film
Elegi
Andini Pradya Savitri
Rekomendasi
Flash
Laut Itu Luka
Hans Wysiwyg
Novel
TEDUH DALAM BARA Dua Perempuan Teluk Naga
Hans Wysiwyg
Flash
SEMANGKUK NASI UNTUK AYAH
Hans Wysiwyg
Cerpen
BADRI BERHANTU dan Kisah-Kisah Pabrik Padi Syereem!
Hans Wysiwyg
Flash
Remember Us This Way
Hans Wysiwyg
Cerpen
Damar Senja
Hans Wysiwyg
Cerpen
Harmonika Déjà vu
Hans Wysiwyg
Flash
Cerita Baper Paling Absurd!
Hans Wysiwyg
Cerpen
AFTER Itaewon October 29,2022
Hans Wysiwyg
Flash
DIA BUKAN MAVERICK
Hans Wysiwyg
Flash
MAKLAR
Hans Wysiwyg
Cerpen
Maybe Someday
Hans Wysiwyg
Flash
Sunyi
Hans Wysiwyg
Flash
PARMIN DAN BURUNG MAJIKAN
Hans Wysiwyg
Flash
CINTA MATI
Hans Wysiwyg