Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pensil berguling guling kekiri menuju kanan, kertas menghentak atas kebawah, udara kipas angin menendang nendang butiran debu disekitarannya.
“Mau sampai kapan kita menunggu sihuruf “A” untuk kembali?” Ujar pensil berbaju hijau botol yang tertulis melekat 2B.
“Malam semakin larut, tak kuasa aku menahan untuk menari diatas kertas untuk menyusun kalimat-kalimat indah yang sudah kupungut disiang tadi” lanjutnya.
Apakah kau yakin kita bisa bekerja tanpa kehadiran huruf “A”? Tegas kertas putih yang dari tadi melambung darat sebab udara kipas angin yang tak mau kalah untuk berpartisipasi menekan situasi ini.
Dari pada kita berdiam diri, coba kita rangkai kalimat sembari menanti kepulangan huruf “A” yang entah kemana rimbanya.
“Ud.r. dim.l.m ini begitu meng.gumk.n
Kesunyi.n bercerit. P.d. bul.n
Tent.ng sebu.h l.r. N.n merdu tuk dir.ngk.i
Men.ri dib.w.h huj.n, tert.w. Di.l.sk.n pel.ngi di.ngk.s. n.n lu.s”
Tah kenapa aku merasa aneh dengan barisan kalimat itu, ternyata huruf “A” sangat berpengaruh dalam sebuah kata. Ucap debu yang mulai lelah menjuntaikan kakinya sebab makin berat hempasan udara pada tubuh kecilnya.
Ini bukan tentang huruf “A” tapi memang keterkaitan antara satu huruf dengan huruf lainnya sangat erat, agar mereka
Mampu menciptakan sebuah makna yang biasa disebut dengan “kalimat”
Setelah melihat kalimat berantakan layaknya putus asa. Pensil, dan kertas mulai mengurungkan niat untuk terus bekerja, sebab kalimat yang tersusun belum memiliki makna, terlebih menjadi luas.
Pelangi iba terhadap kertas putih yang terukir jelas namun memiliki makna ambigu.
Kertas menggulung diri, pensil mematahkan ujungnya.
Akhirnya mereka beristirahat sementara waktu sembari menanti kedatangan huruf “A” untuk bergabung bersama huruf lainnya.
Huruf B hingga Z juga ikut masuk menuju persinggahan mereka malam ini, dengan harapan Huruf A muncul kembali agar kalimat memiliki makna yang diharapkan.