Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Apa yang akan kalian lakukan ketika bertemu dengan teman lama? Menegurnya? Mengajak bicara? Atau justru cuek saja dan berharap ditegur duluan?
Mikaela Dermanta adalah tipe orang yang begitu bersahabat. Entah dengan teman lama, orang yang baru dikenal, atau dengan teman dekatnya. Mika selalu bersikap ramah sampai membuat orang lain merasa nyaman saat sedang bersama dengannya.
Dan Mika sungguh tidak menyangka bisa mengajukan pertanyaan yang sungguh aneh saat bertemu dengan Eliz lagi, "Lalu siapa namaku?"
Padahal mereka berdua jelas-jelas sudah saling mengenal. Mereka pernah berada di kelas yang sama ketika masih SMP, bahkan sekarang saat kuliah juga pernah berada di kelas yang sama.
Bagaimana mungkin Eliz bisa melupakannya? Mika kan laki-laki yang sangat mencolok. Wajahnya blasteran Indonesia - Inggris, rambutnya asli berwarna pirang, dan dia juga memiliki bola mata berwarna biru.
Orang yang tak dikenal sekalipun bahkan bisa memperhatikan Mika, jadi sangat mustahil ada orang yang bisa melupakannya. Apalagi kalau orang itu berjenis kelamin perempuan. Mika punya pesona yang mudah membuat banyak perempuan jatuh cinta, jadi agak mustahil bisa dilupakan.
Tapi Elizabeth Prisilla tidak memberikan jawaban, mengkonfirmasi jika dia tak dapat menjawab pertanyaan mudah yang telah diberikan.
"Mika udah lama nunggu ya? Maaf tadi gue ada urusan jadi nggak bisa tepat waktu ke sini."
Saat sedang serius menatap wajah gelisah yang Eliz tunjukkan, Mika harus diganggu oleh teman yang memang sedang ditunggunya.
Hasan, sahabat lama Mika yang secara kebetulan selalu memilih sekolah bahkan jurusan kuliah yang sama dengannya.
"Oh, ada Eliz juga ya? Lo mau ngerjain tugas juga?" tanya Hasan sambil menatap Eliz yang duduk di samping Mika.
"I- iya, aku mau cari buku untuk referensi. Kalau gitu aku mulai cari dulu ya!" setelah menjawab pertanyaan Hasan, Eliz dengan terburu-buru berdiri dari posisi duduknya lalu pergi munuju salah satu rak buku yang ada.
"Dasar pengganggu," gumam Mika yang sedikit kesal karena gagal mendapat jawaban dari Eliz.
"Loh, emang kalian sedekat itu? Gue kok nggak tahu ya?"
Mika menghela napas, "Lo datang di waktu yang nggak tepat aja. Oh ya, apa Eliz setelah bertemu denganmu langsung mengenalimu?"
Wajah Hasan terlihat kebingungan, "Kami kan nggak terlalu dekat. Kami bahkan jarang saling menegur, tapi dia terlihat ngenalin gue saat pertama kali ketemu lagi di kampus. Emang kenapa?"
Kalau hanya terlihat mengenali, Eliz tadi juga sudah bersikap seolah ingat dengan Mika. Tapi waktu ditanya siapa nama Mika, Eliz malah tidak bisa memberikan jawaban apa-apa, "Apa gue orang yang mudah dilupakan?"
"Eliz lupa sama lo?"
Sebuah gelengan Mika berikan. Eliz tahu mengenai dirinya kok, gadis itu hanya melupakan namanya saja, "Dia ingat kok."
"Lah, terus?"
Bingung memberi penjelasan membuat Mika memilih diam sambil melihat Eliz yang sedang memilih buku disalah satu rak perpuastakaan kampus.
Kali ini Hasan yang menghela napas, "Sebagai orang blasteran, lo itu bukan orang yang bisa dilupakan dengan mudah."
Sudah Mika duga, dia memang bukan orang yang bisa dilupakan dengan mudah dari segi penampilan. Lalu kenapa Eliz seolah sudah melupakannya?
Sungguh misteri. Mika jadi penasaran dan ingin mencari tahu alasan kenapa seorang Eliz bisa sampai melupakan dirinya begini.