Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
BINTANG
SEBELUM menikah dengan suaminya. Bintang lahir dari keluarga kaya. Saat ini, ia seorang Dosen paruh waktu. Namun karena sulitnya mendapat izin dari suaminya, waktu lebihnya sering ia habiskan di dalam rumah. Meski begitu, ia tetap setia kepada suaminya dan selalu berbuat apapun demi menjaga hubungannya dengan tetap baik. Ia hanya memiliki seorang anak gadis. Tapi sayang, anaknya kini telah hidup mandiri dan jarang ke rumah.
Bagi Bintang, sudah menjadi kewajiban Bahi, suaminya, untuk menjaga keutuhan anggota keluarga termasuk dari hal-hal yang membahayakan. Siang dan malam suaminya banting-tulang menafkahi dirinya. Entah mengapa suaminya tetap tidak suka jika dirinya kukuh menjadi dosen di salah satu kampus tersebut. Kampus itu jaraknya cukup jauh walau memiliki reputasi yang cemerlang. Memang uang dari mengajar juga sebetulnya dapat menambah kekurangan dari pendapatan suaminya. Namun, Bahi kukuh harus menjadi tulang punggung keluarganya. Ia masih ingat betul waktu mantan istrinya meninggal karena kecerobohan dirinya.
Tak terasa sudah tiga bulan Bintang menjalani perawatan untuk kesembuhan kankernya. Setahun lebih muda dari sekarang rambutnya pernah terurai lurus ke bawah. Namun, apabila sekarang ia hendak keluar rumah, ia lebih nyaman mengenakan topi katun untuk menutupi rambutnya yang mulai botak. Tapi pikirnya kemudian, untuk apa ia merasa malu. Toh, hidungnya yang kecil itu menambah penampilannya menjadi lebih manis.
Bintang ingat betul suaminya memiliki hidung yang tajam jika ia bertindak diluar kehendaknya. Kepala suaminya yang besar dengan mudah menyuruh anak buahnya untuk mengawasi dirinya selama berada di luar rumah.
"Perintah Pak Kumis, Bu." Begitu kata anak buahnya yang selalu setia patuh selama dua puluh empat jam untuk suaminya.
Suatu ketika dalam gelap malam yang masih membungkam rumah keluarganya, belum ada tanda-tanda ayam jantan berkokok saling bersahutan. Seisi rumah menjadi tambah bisu ketika suaminya dan anak buahnya yang setia terdengar meninggalkan halaman rumah di depan. Biasa, urusan pekerjaan. Kini hanya dirinya yang terbaring di ranjang dan suara jangkrik serta mungkin belalang memanjang yang memekik.
Ibunya benar. Malam itu untuk pertama kalinya Bintang menyadari, betapa tidak menghiraukan apa-apa terhadap keputusan sendiri kecuali untuk selalu berusaha menjaga hubungan dan patuh pada suaminya. Suaminya memang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dan Bintang terlalu banyak membiarkan keputusannya ditempatkan kepada orang lain.
Bintang memaksakan dirinya untuk bangkit dari tempat tidurnya. Ia tertunduk dalam duduknya. Baginya, segalanya jelas sekarang. Sambil menatap wajah suaminya dalam foto di depannya yang terlihat tetap tidak berubah. Wajah tanpa salah!
Tiba-tiba pintu terbuka dan suaminya masuk terburu-buru.
"Kenapa kau lakukan itu? Memangnya masih kurang apa yang kuberi?"
"Ya," tanya polos Bintang. "Aku sudah ambil keputusan, Mas!"
"Bego! Dasar makhluk tidak kasih untung!"
Terlambat mencegah suaminya mengucapkan kata-kata itu. Wajah Bintang mengerut kesakitan seolah-olah ada belati yang menghujam di jantungnya. Dia menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya dengan perlahan. Tanpa memedulikan lagi jerit tangis suaminya.[*]
Oktober, 2023