Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
GASAN DAN RAHMI
SAAT INI tak ada keinginan yang lebih besar lagi bagi Gasan selain Rahmi. Wanita pujaan hatinya. Tidak pernah ada wanita lain. Kini, saat kepergian Rahmi yang telah mencapai sembilan bulan dan hampir satu tahun lamanya, entah kemana kabarnya, dia harus kehilangan harapan untuk memiliki hatinya. Mungkin dialah harapan satu-satunya. Harapan terakhir yang harus kandas.
Berminggu-minggu Gasan tidak bisa mengusir pikiran itu dari kepalanya. Rahmi telah memilih. Ketika dia memilih, dia telah memilih untuk pergi! Gasan mencoba untuk menghilangkan rasa penat di dalam pikiran itu dengan tertidur. Kilat Menyambar. Gelegarnya lebih keras lagi daripada yang ada di pikirannya. Gasan tersentak dari tidurnya. Dia memekik ketakutan dan merengek seperti anak kecil.
Ketika Rahmi menghilang, Gasan merasa terpukul atas tindakan orang yang dicintainya itu. Ia kesulitan dalam mengungkapkan kesedihannya. Bahkan, seharian ia tidak melakukan apa-apa sekedar memikirkan kepergian sosok pujaannya. Mungkin ini bukan pertama kali. Ia mengingat kejadian serupa itu pernah menimpa dirinya. Haruskah ia terus-terusan ditinggalkan orang yang terkasih?
Gasan adalah orang yang cukup gigih semasa ia berkuliah. Selepas kuliah ia bercita-cita menjadi penulis. Namun, baginya menjadi penulis tidak semudah mengirim berkas lalu masuk kantor. Menjadi penulis artinya bekerja sepanjang hayat karena pekerjaannya adalah sekedar menulis, merupakan kemampuan dasar berbahasa manusia. Maksudnya tidak ada batasan dalam pekerjaannya. Selepas kuliah ia sempat menulis beberapa artikel untuk media massa, namun hasil dari pekerjaan itu tidak cukup dan terlalu kecil. Maka ia putuskan untuk mencari pekerjaan lain dan cukup lumayan lama tidak mendapat pekerjaan yang cocok. Ia kerap berpindah-pindah dari satu profesi ke profesi lain. Namun sebaiknya, dengan begitu ia jadi sering bertemu berbagai macam manusia. Kesukaannya terhadap olahraga mempertemukan dirinya dengan orang yang juga sama-sama suka olahraga, tapi hal ini merupakan hal baru bagi Gasan. Karena olahraga baru itu adalah bergulat. Dengan mengatur waktu, Gasan tetap mengatur waktu untuk menulis dan latihan terhadap olahraga barunya.
Gasan memiliki bibir tebal, berbicaranya kadang terbata-bata dan bernada pelan. Walau begitu, alisnya yang tebal memperlihatkan wataknya yang keras dan bersungguh-sungguh. Dan, Rahmi seorang wanita yang berkepala kecil. Alisnya yang gundul yang selalu dipoles oleh pensil alis yang melengkapi wajah manisnya. Bibir tebalnya selalu bertutur baik.
Walaupun sedih, Gasan masih butuh waktu untuk menerima kepergian Rahmi. Selama itu, Gasan masih dapat menutupi perasaannya. Wajahnya yang berubah menjadi tampak begitu pucat, selalu tak ada kegembiraan.
"Sudah kukatakan. Berhenti memedulikan orang yang tidak memedulikan balik dirimu." Ucap temannya.
"Jangan diambil hati." Ucap yang lain mencoba menghiburnya.
"Semua manusia mempunyai kesempatan untuk bertindak sesuai kehendak mereka."
Ketika berhari-hari mengalami gejolak di hatinya, ia pada akhirnya sadar dan belajar. Seharusnya ia tidak boleh mengurung perasaannya untuk selamanya di sini. Suatu hari dia harus kembali ke tengah-tengah masyarakat. Dan kalau bertemu kembali dengan Rahmi, semoga Gasan sudah cukup dewasa menerimanya.[*]
Oktober, 2023