Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku berhenti melangkah saat melewati depan rumahmu. Langkahku melambat, lalu tiba-tiba berhenti. Aku terpaku melihatmu duduk dibangku kayu dibalik pepohonan itu. Siluet pagi menerpa separuh wajahmu, samar-samar aku melihatmu di kejauhan dan matamu tampak bersinar kecoklatan. Sudah banyak pagi yang kulalui dengan dingin, namun kali ini aku menemukan kehangatan lewat sebuah tatap.
Tatapmu seakan dapat mendekap, memeluk, dan memberiku ruang berupa ketenangan. Seketika sudut bibirku terangkat otomatis, senyumanku mengembang sembarangan. Tatapmu terlihat teduh, seakan-akan bisa membawaku berhenti pada titik yang bernama sembuh.
" Tenang lah, aku masih disini untukmu. Kamu akan baik-baik saja, aku yang akan membawamu menuju sembuh."
Kira-kira seperti itu, saat aku merasa bahwa tatapmu seakan dapat berbicara kepadaku. Tatapmu seperti tempatku berteduh dari derasnya hujan kenangan di masa lalu. Hujan kenangan yang tidak henti-hentinya turun sejak 3 tahun lalu.
Dia yang seperti senja, datang dengan keindahan singkatnya dan berjanji bahwa besok akan datang kembali. Tapi ternyata dia adalah senja yang ingkar janji, besoknya dia tidak datang kembali. Aku sudah menunggu, tapi keindahannya malah digantikan dengan derasnya hujan air mata.
Kamu menundukkan kepala dan sorot matamu menjadi redup. Senyuman di bibirku ikut mengempis. Aku sadar akan keegoisanku dulu. Mengabaikanmu dan memilih dia yang jelas-jelas tidak pernah mau menjadi milikku.
Aku melanjutkan langkahku, berjalan melewatimu. Kamu kembali menatapku dengan tatap teduhmu, sekarang lengkap dengan senyum ragumu.