Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku mengenalnya di tempat ia menjual bunga, di kedai miliknya. Kami mengobrol banyak setelahnya. Beberapa hari kemarin aku tak melihatnya, seseorang bilang ia terbaring di rumah sakit.
Tapi seminggu setelahnya aku melihatnya lagi disana, duduk dan tersenyum di kedai itu lagi, sayang aku tak sempat menyapanya.
Malamnya entah kenapa aku ingin berhenti sejenak di depan kedainya, berdiri di disana, hanya berdiri.
Tapi paginya, aku dengar kabar ia telah pergi. Aku belum sepenuhnya mengenal dia, tapi yang aku tahu dia gadis yang baik.
Limfoma, menghentikan semua rencananya, suka citanya hari ini, menyimpan senyumnya untuk semua orang, mungkin juga untukku.
Kadangkala hidup memberikan kita cerita yang aneh. Ibu tua yang selalu aku temui saat keluar dari lorong komplek rumahku, setiap pagi hening berjalan terbungkuk mengikat bunga-bunga liar menjadi buket.
Ia tersenyum setiap kali melihatku. Tapi hingga detik pagi ini, ia masih begitu, tersenyum dengan buket bunga liarnya, ia baik-baik saja.
Tapi tidak dengan gadis penjual bunga itu. "Aku menjual keharuman, mengisi kekosongan rumah dan hati banyak orang dengan bunga-bungaku" katanya dengan gembira memberitahuku hal-hal baik.
Tapi, ia justru pergi lebih cepat dari nenek pengikat buket bunga liar itu, pagi ini.
Aku tercenung, hidup memang sebuah rahasia. Jika Tuhan rindu ingin bertemu, Ia akan menjemput kita.
Kita semua akan pulang ke rumah-Nya, karena kita hanya meminjam dunia pada Tuhan yang memberi kita waktu sejenak. Mengelana dalam fana, dan kembali jika Tuhan suka.
Meski hingga terakhir kita tak bisa bertegur sapa, setidaknya hati baik dan senyummu menjadi ingatan, pengisi hati yang kosong, termasuk aku yang diam-diam merindukanmu.
Selamat Jalan.