Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Selamat pagi, Hiza!" Hiza baru saja melangkah ke dalam kelas, dan Ninta langsung menyapa dia.
"Hmm, pagi!" Hiza hanya menjawab dengan setengah hati.
"Kamu kelihatan ngantuk banget, habis begadang ya malam tadi? Jangan begadang terus, mukamu kelihatan kusam tuh, haha." Ninta berkata dengan nada bercanda.
"Bukan urusanmu sih!" Kata Hiza tanpa menatap Ninta, dia meletakkan tasnya dan duduk di kursinya.
"E-ehm... gitu ya..." Ninta tersenyum kaku pada respon melihat respon Hiza yang terlihat tidak senang.
Sepertinya Hiza tidak suka di ajak bicara, jadi Ninta mengalihkan pandangannya ke depan, dan kembali mengulas pelajaran.
Dia sebenarnya sudah terbiasa dengan sikap acuh Hiza, tapi tetap saja itu sedikit menyakitinya. Dia hanya ingin mengobrol dengan Hiza...
Hanya ada mereka berdua di dalam kelas, Ninta sedang bejalar sedangkan Hiza mengantuk berbaring di meja memejamkan matanya, saat ini pukul 06.10, masih sangat pagi, dan udara sangat dingin karena tadi malam hujan, suasana di kelas itu menjadi sangat berat berkat kata-kata Hiza tadi.
"Hah? Oh, kalian sudah datang? Ninta, kamu udah belajar pagi kayak gini? Gila banget sih!" Seorang pria berkacamata datang, mengacaukan suasana berat di dalam kelas.
"Mara, hari ini kan ada ujian mingguan. Aku malam tadi belum selesai belajar udah ketiduran." Ninta tersenyum melihat Mara.
Mara menghampiri Ninta, dan duduk di kursi di depan Ninta, dia duduk menghadap Ninta.
"Kamu kelihatan cantik hari ini!" Kata Mara.
"Jijik! Udah, menghadap depan sana. Mending kamu belajar!" Ninta tidak tersipu dengan pujian Mara, malah terkesan tidak nyaman.
"Oke." Mara menjawab lalu berbalik dan mulai belajar juga.
Dia hanya ingin menggoda Ninta, sedangkan Hiza yang berbaring di atas meja, dia tidak berniat untuk menyapanya, bukan karena dia bermusuhan dengan Hiza, tapi karena pria itu terkenal sering mengacuhkan orang lain, jadi dia malas untuk menyapa.
"Hoammm!" Hiza tiba-tiba menguap panjang.
Dia bangkit dari tempat duduknya, dan keluar dari kelas.
"Hiza, mau kemana?" Ninta bertanya.
"Ke kantin. Apa? Mau ikut?" Kata Hiza tanpa menoleh ke belakang.
"Gak sih..."
"Oh! Ya udah." Kemudian Hiza pergi.
Ninta menatap sosok Hiza yang perlahan semakin mengecil dalam pandangannya. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari punggung pemuda itu.
"Kamu suka banget ya sama Hiza?"
Tiba-tiba suara Mara terdengar di telinga Ninta.
"A-apa? Kamu ngomong apa sih Mara?" Mata Ninta terlihat mengelak.
"Gak usah menyangkal. Semua orang tahu itu kok!" Mara terlihat tidak senang karena Ninta pura-pura gak tahu.
"Serius? Kok bisa?" Ninta kaget karena kata-kata Mara.
"Tuh kan bener. Jelaslah, Hiza kan orangnya cuek banget, makanya orang di kelas pada males ngobrol dan deketin dia. Tapi cuma kamu yang tiap hari ngajak dia ngobrol." Mara mengatakan analisis dari teman-teman sekelasnya.
"Emangnya Hiza secuek itu ya?" Ninta tidak lagi peduli pada perasaannya yang terungkap, dan malah penasaran dengan kesan teman sekelasnya tentang Hiza.
"Iya, dia selalu terlihat gak peduli, jadi yang lainnya juga males peduli sama dia. Dia gak jahat sih, tapi orangnya cuek, ya di cuekin sama orang lain." Kata Mara sambil mengangkat bahu.
"Tapi gak ada yang benci sama dia kan?" Ninta bertanya.
"Gak tahu sih. Kayaknya gak ada, kalo aku gak benci sih sama dia, tapi males kalo di suruh akrab." Mara memberikan kesannya.
"Bagus deh kalo dia gak di benci." Ninta menghela nafas dan menepuk dadanya.
Mara menatap Ninta seperti melihat orang bodoh, kan dia bilang gak tahu? Kok Ninta bisa nyimpulin gitu?
"Oh, tapi kalo orang yang suka sama dia banyak sih." Mara tiba-tiba teringat.
"A-apa? Serius?" Ninta kaget.
"Yup. Banyak banget, di kelas ini ada beberapa. Di kelas lain juga banyak. Dia ganteng sih!" Mara memberitahu Ninta.
"Ah, tapi gak usah khawatir. Mereka gak berani deketin Hiza kayak kamu sih." Mara melanjutkan.
"K-kenapa?" Ninta memiliki wajah kaku karena kalimat kedua Mara.
"Yah, kan udah kubilang? Hiza itu cuek banget, jadi walaupun banyak cewek yang suka sama dia, mereka juga males deketin dia, takut nanti di cuekin." Mara menjelaskan.
"Gitu ya..." Ninta berkata, tapi dia memikirkan sesuatu yang lain.
"Ya gitulah. Gimana sikapmu, gimana orang lain bakal bersikap ke kamu." Kata Mara lalu dia kembali menghadap depan dan lanjut membaca.
Ninta masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, tidak mendengarkan kata-kata Mara.
...
Di kantin Hiza sampai di kedai favoritnya.
"Bi, nasi satu piring!"
Kata Hiza lalu duduk di bangku panjang.
"Oke." Bibi kantin juga tidak berbasa-basi dengan Hiza, dia juga tahu bahwa anak ini tidak terlalu suka mengobrol.
Hiza melirik bibi itu, dan sepertinya mengerti apa yang dia pikirkan.
Bukannya Hiza memiliki kepribadian dingin, hanya saja dia tidak ingin terlalu menarik perhatian orang di sekitarnya. Dia tidak suka terlibat dengan urusan orang lain dan yang paling penting tidak ingin di ganggu dengan masalah sepele orang lain.
Apalagi berbasa-basi dengan orang lain, dia terlalu malas untuk membuka dan menggerakkan mulutnya untuk itu.
Karena itulah dia sengaja bersikap acuh dan cuek pada orang lain, dia bersikap seperti itu dengan harapan orang lain juga akan bersikap acuh padanya. Lagipula, orang pasti tidak suka berbicara dengan orang acuh tak acuh bukan?
Tentu saja, sikapnya ini juga membawa masalah untuknya. Seperti...
"Bro, tolong ambilkan aku gelas itu!"
"Ambil sendiri!"
"Biasa aja dong suara lu..."
***
Seperti yang sering ku katakan, perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan!
Jika kamu ingin diperhatikan, bersikaplah perhatian pada orang lain!
Jika kamu ingin orang lain bersikap ramah padamu, bersikaplah ramah pada orang lain!
Jika kamu ingin orang lain bersikap acuh padamu, bersikaplah acuh juga pada orang lain!
Mungkin kamu berpikir tidak mungkin ada orang yang ingin di acuhkan oleh orang lain. Tapi setiap orang memiliki pikirannya masing-masing!
Ada orang yang sangat ingin di perhatikan, dan ada orang yang tidak suka terlalu diperhatikan.
Tapi tidak semua orang akan bersikap baik pada kita, hanya karena kita bersikap baik pada mereka, katamu?
Tentu saja tidak semua orang akan bersikap sama padamu sebagaimana kamu bersikap pada mereka!
Tapi, jawaban dari pertanyaamu itu ada pada kata-katamu sendiri.
Tidak semua orang akan bersikap baik padamu hanya karena kamu besikap baik pada mereka, dan begitupun sebaliknya, tidak semua orang juga akan bersikap buruk padamu!
Bukankah setiap orang terbagi menjadi kategori? Mereka mungkin mengacuhkanmu, yang lain mungkin membencimu, tapi pada akhirnya pasti ada yang bersikap baik padamu juga, kan?