Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Lagi-lagi ibu menegurku.
"Jangan dihabiskan nasi di rice cooker, sisakan sedikit untuk ayah”.
Aku menurut, meskipun nasi yang tertinggal cuma ada di dasar. Aku mengurangi sedikit dari piringku dan meletakkan kembali ke dalam.
Aku tak membantah, karena ibu selalu melakukan itu. Dan akan sedikit marah jika aku melawannya.
Ibu selalu menjadi orang yang terakhir tidur, dan orang yang pertama bangun di rumah. Mengikut kebiasaan ibunya atau nenekku.
“Pastikan jangan sampai ada orang di rumah yang tak kebagian makanan”, begitu selalu pesannya.
Setiap malam sebelum tidur ibu akan merapikan seisi dapur. Dan terakhir setelah semuanya selesai, ia akan melongok ke dalam rice cooker, memastikan jika masih tersisa sedikit nasi untuk ayah. Dan tersenyum.
Malam itu ibu duduk di meja makan, menikmati makan malamnya lebih lama dari biasanya.
Segelas air putih hangat, sepiring nasi yang masih tersisa dengan lauk ikan teri Medan kesukaannya.
Sekali menyuap, lalu berhenti tercenung diam.
Saat mendekat aku lihat air matanya tergenang.
“Ibu sakit?”, Ia hanya menggeleng lemah.
“Biasanya jam segini ayahmu pulang”, katanya lirih tertahan. Ibu lalu sibuk membenahi meja, menyediakan piring khusus untuk ayah. Dan akan sedikit marah tertahan jika aku menganggu piring kecil milik ayah itu.
“Aku tahu ayah tak akan pernah bisa datang dan makan bersama ibu lagi, tapi biarkan sedikit nasi tersisa untuknya”.