Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Sepucuk Surat Terakhir
0
Suka
73
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Hujan mengguyur malam itu, menampar atap dan jendela dengan irama yang sendu. Nada mengintip ke arah kotak pos dari jendela ruang tamunya, tak menyangka ada surat yang menunggu di sana. Perasaan tak nyaman merayapi pikirannya—surat itu mungkin bukan dari orang yang ia kenal. Atau justru, bisa saja dari seseorang yang sangat ia kenal.

Dengan cepat ia mengambil payung dan melangkah ke luar, menembus dinginnya hujan untuk meraih amplop di dalam kotak pos. Setibanya kembali di dalam rumah, tangan Nada membeku ketika ia membaca nama yang tertera di pojok kiri amplop: Dari Aditya untuk Nada.

Seperti tersambar petir, seluruh tubuhnya merasakan kejutan yang kuat. Aditya, nama yang bertahun-tahun ini ia coba lupakan, kini hadir dalam bentuk sepucuk surat. Dengan jantung berdebar, ia membuka amplop dan mengeluarkan surat yang kertasnya mulai menguning.

Nada duduk di sofa dan menarik napas dalam. Sembari memandang huruf-huruf Aditya yang tampak familier namun kini terasa asing, ia mulai membaca.

"Nada yang aku sayangi,

Jika kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak lagi ada di dunia ini. Mungkin aku sudah terlalu terlambat, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan selain menulis surat ini dan berharap kau mau membacanya sampai akhir. Terima kasih telah bersedia membuka hatimu untukku sekali lagi, meski hanya untuk membaca kata-kataku yang terlambat ini.

Empat tahun lalu, saat aku memilih untuk pergi darimu tanpa menjelaskan apa pun, aku tahu aku sedang melakukan kesalahan yang sangat besar. Tetapi aku tidak punya pilihan, Nada. Kau tahu, aku tak ingin melihatmu terluka oleh sesuatu yang berada di luar kendaliku.

Nada mulai merasa napasnya tertahan di tenggorokan. Semua kenangan pahit yang selama ini ia pendam, semua pertanyaan yang pernah ia simpan rapat-rapat, kini perlahan terbuka seperti luka lama yang menganga.

"Saat itu, aku divonis dokter tidak punya banyak waktu lagi. Hidupku direnggut oleh leukemia yang tiba-tiba datang tanpa permisi. Mereka mengatakan kondisiku terlalu parah untuk diobati, dan aku mungkin hanya punya waktu beberapa bulan. Mendengar itu, dunia seakan runtuh di hadapanku. Aku bimbang, Nada. Aku tidak tahu harus bagaimana. Yang aku tahu hanyalah, aku tidak ingin kau merasakan penderitaan yang aku alami. Aku tidak ingin kau terjebak dalam penderitaan ini bersamaku."*

Tangan Nada bergetar, air matanya mulai jatuh satu per satu. Semua emosi yang selama ini ia coba lupakan kini kembali menghantamnya. Ia ingat betapa bingung dan hancurnya ia saat Aditya tiba-tiba menghilang tanpa alasan. Betapa ia menunggu kabar yang tak kunjung datang, betapa ia menyalahkan dirinya sendiri, bertanya-tanya apakah ia telah melakukan sesuatu yang membuat Aditya pergi.

"Aku terlalu pengecut, Nada. Aku lebih memilih meninggalkanmu agar kau bisa melanjutkan hidupmu tanpa diriku. Aku ingin kau membenciku, agar saat aku tidak ada lagi di dunia ini, kau bisa melepaskanku tanpa penyesalan. Tapi nyatanya, Nada, aku tidak pernah bisa benar-benar melepaskanmu. Aku mencintaimu dengan segala kepedihan dan kebodohan yang aku lakukan. Maafkan aku, Nada. Maafkan aku yang terlalu takut untuk menyakitimu dengan kejujuran."

Nada terisak, tangisnya pecah. Begitu banyak malam-malam yang ia habiskan untuk menunggu jawaban, untuk mengobati luka yang seolah tak pernah sembuh. Semua teman dan keluarganya berusaha menenangkan hatinya, menyuruhnya untuk melupakan, namun tak pernah mudah bagi Nada. Aditya bukan hanya seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya—ia adalah cinta pertama, orang yang membuatnya percaya akan kebahagiaan dan harapan.

Nada menutup surat sejenak, menahan tangis, lalu menarik napas dalam-dalam untuk melanjutkan membaca.

"Aku tahu sekarang aku tidak bisa lagi meminta apa pun darimu. Tapi aku hanya ingin kau tahu, aku bahagia pernah mengenalmu. Kau adalah cahaya yang selalu menerangi hari-hariku, bahkan ketika hari-hariku dipenuhi oleh rasa takut dan sakit. Aku tidak bisa meminta lebih dari itu.

Jika Tuhan memberi aku satu kesempatan, aku ingin memulai segalanya dari awal, bersamamu, tanpa rasa takut. Aku ingin kita kembali menjadi dua orang yang saling mencintai tanpa ada jarak yang memisahkan. Namun, hidup tidak selalu seperti yang kita harapkan, bukan?

Terima kasih untuk semua kebahagiaan yang pernah kau berikan padaku, Nada. Maafkan aku yang pergi tanpa pamit, yang meninggalkanmu dengan luka yang seharusnya tidak perlu kau alami. Terima kasih telah menjadi alasan terindah untuk aku bertahan, walaupun sebentar. Mungkin kita tidak akan bertemu lagi di kehidupan ini, tapi jika ada kehidupan lain setelah ini, aku akan mencari dan menemukanmu.

Selamanya mencintaimu,

Aditya."

Nada memeluk surat itu ke dadanya, seolah dengan begitu ia bisa merasakan kehadiran Aditya untuk terakhir kalinya. Malam semakin larut, namun bagi Nada waktu terasa berhenti. Semua yang selama ini terasa hampa kini terasa penuh, namun juga menyakitkan.

Ia bangkit, membuka jendela, membiarkan angin malam membawa aroma hujan ke dalam rumah. Di bawah rinai yang perlahan mereda, ia berdiri di sana, menatap ke langit yang gelap sambil membayangkan wajah Aditya. Ia memejamkan mata dan berbisik dalam hatinya, “Aku memaafkanmu, Aditya. Meski kau sudah pergi, cintamu masih terasa begitu dekat, seolah kau selalu di sini.”

Nada menutup surat itu dengan lembut. Walau hati masih terasa pedih, ia kini merasa ada kedamaian yang mengisi ruang kosong dalam dirinya. Ia tahu, Aditya mungkin sudah tidak ada, tapi cinta mereka akan selalu hidup di dalam kenangan yang tak akan pernah pudar.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Sepucuk Surat Terakhir
MONSEUR
Novel
Senja
hafitalia
Komik
True Love
Neng Hartati
Novel
Bronze
SERUMAH DENGAN PANGERAN SEKOLAH
punyanatania
Novel
Sebelum, saat dan setelah kamu pergi.
Aliyya Prayitno
Flash
Bronze
Anomali Rasa
Bisma Lucky Narendra
Novel
Bronze
Sepucuk surat di bawah meja
Dhea Meliani
Novel
Cinta dalam Senandung Rindu
Achmad Salsabil
Novel
Sun girl
Naila putri dwi ramadhani
Novel
Una Estrella
Sherinauci
Novel
(Jangan) Ada Tomat Di Antara Kita
Lirin Kartini
Flash
Adera Lina
Donny Setiawan
Novel
Bronze
Kita Dan Kuasa Atas Cinta
diannafi
Novel
Liberated
Chocola
Novel
Crossing on My Path
Arlindya Sari
Rekomendasi
Flash
Sepucuk Surat Terakhir
MONSEUR
Flash
Menyentuh Mimpi
MONSEUR
Flash
Senja yang Tertinggal di Antara Kita
MONSEUR
Flash
Tersesat dalam Kenangan
MONSEUR
Novel
Jejak Kesatria Nusantara
MONSEUR
Cerpen
Bronze
Siapa Penjahat Sebenarnya?
MONSEUR
Novel
ANIER
MONSEUR