Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku adalah seorang operator telepon di istana Kepresidenan. Aku tidak terkenal. Namaku tak pernah muncul di koran-koran. Ruang kerjaku sangat terpencil di sayap paling belakang. Tak semua orang pernah mendengar tentangku. Tak semua orang pernah bertemu denganku. Bahkan kukira, Presiden pun tak tahu apa-apa tentangku.
Aku bekerja dengan mesin berisi seratus tombol. Semuanya mengatur apakah sebuah panggilan teleponโbaik ke dalam atau ke luarโbisa diteruskan atau tidak. Untuk keamanan, semua tombol itu tak dilengkapi manual. Hanya aku yang tahu tombol mana tersambung ke telepon mana.
Mungkin dalam hierarki, jabatanku tak penting. Namun aku punya kuasa menyambungputuskan semua telepon di istana. Jika Presiden atau semua stafnya ingin menelepon ke luar, aku yang memberi akses. Jika ada yang ingin menelepon kepada Presiden atau semua stafnya, aku juga yang memberi akses.
Seperti yang kualami saat ini. Hanya dalam sepuluh menit, tiga puluh tombol menyala kedip-kedip di mesinku. Telepon keluar! Semua kuputus! Tak boleh ada permintaan tolong yang lolos! Sayup di kejauhan, dari sebuah ruang sayap selatan, kudengar senjata menyalak. Aku yakin: Presiden sudah mati.
Aku tersenyum sambil menghitung tumpukan uang di depanku. Bersiul-siul tenang.
โSudah kukatakan kudeta dan Pemilu punya dua kesamaan: terjadi pergantian pemimpin, dan perlu uang banyak untuk menjalankannya.โ