Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Tidak Bisa Berhenti
1
Suka
461
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

“Procrastination is when we avoid a task we said we would do for no good reason, despite expecting our behavior to bring negative consequences.” Begitulah bunyi video di YouTube yang aku dengar dari headphone yang sedang aku pake. Topiknya menarik sih. Sayangnya… atau mungkin, lucunya? Lucu atau enggak ya kalau aku sebenernya sedang melakukan procrastination sambil menonton video ini?

Hari ini hari Rabu, dan dengan melirik ke sisi kanan bawah laptop, terlihat sekarang jam 3:38 siang. Jam kerja. Dan sekarang sebenarnya aku sedang duduk di kantor, menonton video ini. Oh, by the way, laptop yang sedang kupake ini? Laptop kantor. Kelakuanku ini jelas jelas, disebut secara halusnya, kurang tepat. Secara kasarnya ya… kurang ajar.

Aku tahu betul apa yang harus kulakukan. Tombol close dari browser yang kupakai jelas terlihat di pojok kanan atas. Masih ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan sekarang, beberapa bahkan sudah mendekati deadline. Ayolah, Dit, berhentilah menonton video ini! Lagian  kan kamu sudah pernah nonton ini berkali kali! Kenapa malah jadi nonton lagi sekarang? Semakin lama nonton, semakin terbuang waktunya! Stop sekarang juga!

Tapi entah kenapa, meskipun pikiranku berteriak seperti itu, aku tidak bisa berhenti. Aku tetap saja lanjut menonton, dengan tatapan kosong dan ekspresi yang datar di wajahku.

Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu menyentuh bahuku. Buset! Bikin kaget! Langsunglah aku menekan spacebar, kulepas headphone-ku, kemudian aku menoleh ke samping. Oh. Rupanya si kak Maria.

…Atasanku.

“Lagi ngerjain apa?” dia bertanya, agak kesal.

“Oh, lagi ngelengkapin administrasi proyek sih kak.” Aku sempat panik, tapi itulah jawaban yang keluar dari mulut.

Kak Maria mengangguk sambil tersenyum kecil. Mungkin pada bingung ya, kenapa dia gak marah, padahal browser yang sedang menunjukkan YouTube terpampang jelas di layarku. Perusahaan tempatku bekerja ini memang terbiasa dengan culture seperti ini, lebih menghargai kesehatan mental pekerjanya. Malah kalau ada yang marah marah didepan, langsung dianggap masalah. Well, di luar itu sih… ini bukan pertama kalinya aku kepergok seperti ini. Dan kayaknya… kak Maria  juga sudah capek melihatnya.

“Jangan nonton lagi ya Didit, udah diingetin kan.”

Aku hanya bisa balas mengangguk. Kak Maria pun langsung beranjak pergi. Namanya atasan, pasti sibuk lah ya. 

Setelah beberapa detik, aku berdiri dari kursi beroda tempatku duduk. Memandang sekeliling, aku melihat teman teman kerjaku semuanya duduk di meja masing masing. Kayaknya sih, tidak ada satupun yang bermalas malasan sepertiku. Semuanya fokus pada pekerjaannya. Duh, perasaan maluku malah semakin bertambah.

Haah. Yaudah deh. Aku duduk kembali, dan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaanku. Mulai dari administrasi yang tadi kubilang aja deh. Aku langsung meng-klik minimize pada window browser, dan setelah mencari cari di File Explorer, aku membuka file Excel yang harus aku isi. Let’s see… Yang masih kosong itu… banyak, sih. Tapi oke lah, isi yang aku tahu dulu. Untuk sisanya aku bisa bertanya ke PIC project ini. Tinggal buka aplikasi chat, kemudian cari orangnya…. Wait. 

PIC project-nya siapa ya?? 

Harusnya udah pernah dibilang deh, ini project udah berjalan lama. Sialnya, aku ga pernah mencatat hal semacam itu di notes. Dan aku ga perhatiin pas meeting. Dan aku juga ga terlalu tahu banyak soal rekan kerja di tim lain untuk sekedar menebak. Mungkin aku bisa tanya ke kak Maria? Ah, tapi ga enak juga. Aku pasti bakal ditegur. Dia juga pasti udah capek negur begini kan.

Yaudah, kerjain yang lain dulu deh. Ini ada program yang mestinya aku develop juga sih. Udah pernah mulai aku buat, hanya saja belum selesai. Dan udah agak lama sejak terakhir aku lanjut. Deadline-nya itu… besok siang. Berarti bener dong, ini musti diburu buru duluan. Cuma kalau mengingat aku perlu ngetik program, testing dan segala macamnya… Ini… kayaknya ga mungkin keburu besok siang, deh. Aduh, kenapa sih waktu kemarin aku ditanya kapan selesai, jawabnya besok?? Jadinya aku musti tanggung jawab kan. Yah… memang sih, biasanya kalau deadline lewat pun, semua tim di proyek juga adem ayem aja. Paling tinggal set deadline baru lagi untuk selesai. Kayak yang ku bilang, ga ada yang marah.

Baru saja aku berpikir begitu, aku menyadari ada notifikasi di aplikasi chatku. Coba lihat dulu deh. “Kak, mau follow up, bagaimana dengan ini ya?” Chat itu dikirimkan pukul 02:16 siang.

Oh. Oh iya. Duh.

Tadi pagi, ada yang minta support-ku. Sebenarnya tidak sulit sih, aku cuma perlu cek satu dan dua hal. Hanya saja… Dia sudah meminta support itu sejak jam 10 pagi. Dan dengan bodohnya, aku sudah menjawab: “Baik, saya cek dulu ya sebentar”, sedangkan sampai sekarang pun aku belum mengecek apa apa.  Sekarang sudah pukul 03:50. Siapapun yang minta support ini udah pasti kesal karena nunggu. Sekali lagi, sebenarnya gampang sih untuk cek sebentar. Cuma… apakah aku mau spend waktuku yang sudah tinggal sedikit ini, sementara ada 2 hal lain yang harus aku kerjakan.

Entah kenapa, aku merasa susah untuk kembali bekerja. Aneh, mengingat apa yang bisa kulakukan itu sebenernya ga sulit. Cuma kalau aku lanjut, hasilnya pasti tidak sempurna. Antara aku salah di suatu tempat, atau aku lewat deadline. Jadi… kenapa harus lanjut sih ya?

Tunggu dulu. Dari awal, kenapa sih aku yang diberi tanggung jawab sebanyak ini? Baik kak Maria ataupun atasan yang lain seharusnya sudah paham betul. Kalau aku dikasih tanggung jawab, pasti selesainya telat. Mereka juga sudah tahu akan kebiasaan buruk ku. Jadi… kenapa aku masih dipercaya? Kenapa aku ini ga dipecat saja sejak lama? Mengingat semua kegagalanku, aku ga pantas bekerja di sini.

Tunggu, jangan berpikir begitu! Teman kerjaku jelas masih percaya sama aku, makanya dikasih tugas, kan!? Kenapa aku jadi ga bersyukur begini sih?? Kenapa sulit bagiku menjadi seperti yang lain, mampu menyelesaikan tugas dengan sempurna, tanpa, berbuat seperti diriku, duduk dengan diam seperti ini tanpa melakukan apapun??? Apa sebaiknya aku menyerah saja, berharap besok bakal lebih baik?

Pikiranku bercampur aduk. Perasaan ini… sama sekali gak enak. Aku sudah ga tahan lagi.

20 menit telah berlalu, tanpa aku lanjut melakukan pekerjaan apapun. Aku kembali memakai headphones-ku, mengklik ikon browser di taskbar,  kemudian menekan spacebar. Suara dari video YouTube itu pun terdengar kembali.

Perasaan bersalah yang ada dalam diriku kembali menguap ke permukaan. Pikiranku mulai berteriak lagi. Namun, apa daya, aku tidak bisa berhenti.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
KURANJI LANTANG
Airin Ahmad
Novel
CHRISTABEL QUEENZA
Basmalahku
Flash
Tidak Bisa Berhenti
Frederikus Judianto
Novel
Bronze
Balada Kacung: The Frontline Warrior
Gie Salindri
Novel
Prolog Epilog
Devi Wulandari
Skrip Film
SIMBOK VIRAL
aris triana
Novel
My OCD husband
Dina Nur Octaviana
Novel
Melati Jam Tiga Pagi
Lia Seplia
Cerpen
Bronze
GUNDIK SIMPANAN PAPAH
Tri Udianti
Novel
Gold
Reporter Cilik
Mizan Publishing
Skrip Film
Ruang Rahasia Ibu
DMRamdhan
Flash
Bronze
Percakapan Guru dan Manusia
Imajiniaindoinesia
Cerpen
Vampir yang Merindukan Rumah
zain zuha
Novel
Elusif
NAA
Novel
Bronze
Sepincuk Pecel Semanggi
Yulistya Yoo
Rekomendasi
Flash
Tidak Bisa Berhenti
Frederikus Judianto