Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Komedi
Gowes Takabur 01
1
Suka
75
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

“Ibuk! Dia sadar! Cepet sini buk!” Begitu membuka mata, teriakan seorang gadis remaja disampingnya mengusik indera pendengaran. Anton memberengut, wajahnya terlihat jauh lebih masam dibanding sayur asam basi, habis sudah sisa-sisa ketampanannya. Suara cempreng adiknya benar-benar membuat kupingnya berdesir nyeri.

 Eh, dimana ini? Dia memicingkan matanya. Perlahan suasana sekitar ruangan yg di dominasi warna putih semakin jelas terlihat. Hmm? aroma ruangan terasa khas. Bau tajam alkohol isopropil dan antiseptik lainnya yang tercium seperti aroma buatan dalam sabun dan pembersih menyeruak menyerang indera penciumannya.

Anton berusaha bangun tapi sejenak kemudian mengurungkan niatnya, kepalanya terasa nyeri dan badannya seperti di gigit ribuan semut. Apa yang telah terjadi?

 “Mas! Oii... Mas! Kok bengong?” Gadis remaja berambut ikal yang berdiri disamping tempat tidur mengoyang-goyang tubuh Anton dengan keras. Oh, Kumohon hentikan! Tulang-tulangku bisa remuk!

“Kamu siapa ya?” Setelah melirik adiknya sebentar, Anton kembali melihat sekelilingnya. Ugh, beneran! Seperti di Rumah Sakit? Bagaimana mungkin?

“Oh tidak... Mas, kau hilang ingatan?” Si gadis remaja semakin keras menggoyangkan tubuh Anton “Aku ibukmu, mas! Adiknya nenekmu!”

“Hah, pakdhe? Kenapa rambut pakdhe dikuncir?” Anton mencibir.

“Mas, sadar mas! Aku Kim Ji Woon!” Si adik nakal masih terus menggoyang-goyang badan Anton.

“Laras, Stop! Aku bisa pergi ke alam baka secara prematur kalau terus kau bully!” Anton menepis kedua tangan Laras, dia memberi isyarat pada si adik tengil untuk membantu dia bersandar.

“Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa ada di rumah sakit?” Anton menerima gelas berisi air hangat yang disodorkan Laras, meneguknya dengan perlahan.

“BRAK!” Belum sempat Laras merespon pertanyaan Anton, pintu kamar mendadak terbuka dengan keras. Setengah berlari ibuk masuk ke dalam kamar. Seorang wanita cantik berambut panjang seumuran Anton mengikuti ibuk, berjalan perlahan dibelakang. Wow! Cantik banget! Siapa ya?

“Gimana le kondisimu?” Kedua tangan ibuk menangkup kedua pipi Anton, memiringkan wajah anaknya ke kiri-kanan. Sesaat kemudian tangan ibuk merengkuh pundak Anton lalu kembali beralih menggenggam tangan si sulung.

Anton meleleh melihat ekspresi ibuknya. Gurat-gurat cemas dan kuatir tercetak jelas diwajah ibuk yang mulai terlihat lelah di dera sang masa. Maaf buk, sudah merepotkan.

“Eee, buk... Ini, kenapa...” Anton berkata lirih, masih bingung dengan apa yang terjadi.

“Makanya tho le, jangan terlalu pagi kalau gowes. Kurang istirahat itu bahaya! Lain kali ngopi dulu biar gak ngantuk!” Ibuk bertutur sambil mengusap pelan pelipis Anton yang di perban.

“Saya kenap...”

“Ini namanya membahayakan diri sendiri. Jangan di ulangi lagi ya le! Jangan bikin ibukmu cemas!”

Anton masih tak paham, dia melotot kearah Laras yang senyum-senyum. Wooi, makhluk tengik! Ceritakan semuanya atau ku potong uang sakumu!

“Nih, lihat sendiri!” Laras menyodorkan HP nya. Dia dapat memahami isyarat mata murka sang kakak.

“Huh?” Disuruh jelasin kok malah ngasih HP? Mau ngajak selfie? Atau mau update status? Maksudnya? Dia lupa kalau kakaknya gak punya akun sosmed?

“Kejadiannya di depan toko pak Kamid” Laras memberi petunjuk, memperjelas maksud dari tindakannya.

Oh! Anton paham! Ada CCTV luar ruangan di depan toko pak Kamid. Anton pun fokus pada HP ditangan. Nah, benar kan! Laras sudah menyalin rekaman CCTV.

“EHH!” Anton teriak histeris, melempar HP Laras ke kasur, hampir saja membuangnya ke lantai. Wajahnya memerah, dengan malu campur takut dia melirik sekitarnya, memperhatikan ekspresi para sosok penghuni ruangan. Ibuk geleng-geleng sambil mendesah pelan, Laras ngakak, sementara wanita tak dikenal yang berdiri di belakang ibuk  terlihat berusaha keras menahan tawa.

Ada ya kejadian absurd kayak gitu? Anton menutup wajahnya, tak kuasa menahan malu. Tawa sumbang adiknya masih terdengar membahana disetiap sudut ruangan, semakin nyaring dan tak terlihat tanda-tanda akan segera berhenti.

Dari rekaman video di HP Laras Anton akhirnya tahu kenapa dia bisa berada di Rumah Sakit dengan tubuh penuh luka. Dia tak menyangka kalau dia bisa melakukan aksi gila seperti itu. Waktu itu sedang ketempelan demit kali ya?

Terlihat dalam video Anton mengayuh sepedanya dengan sangat kencang, menghantam mobil yang terparkir rapi di tepi jalan. Anton dan sepedanya terpental, bagaikan master parkour dia salto di udara, lalu nyungsep di selokan kering. Ugh, tragis!

Untunglah suara berdebam akibat benturan sama sekali tak terdengar dalam video CCTV. Kalau sampai terdengar mungkin Anton akan kembali pingsan karena tak kuasa menahan getaran rasa malu yang berdegup kencang dibenaknya.

Ini bukan kecelakaan, tapi uji nyali! Mobil diem di pinggir jalan ditabrak, luar biasa! Benar-benar aksi non-heroik super konyol, cara paling ekspresif dalam mengawali hari!

Eh, tunggu sebentar! Tawa Laras perlahan terhenti dan nalar Anton akhirnya mampu merespon situasi saat ini. Dia memberanikan diri untuk memandang wanita cantik yang berdiri di belakang ibuk. Sosok yang dari tadi ter-abaikan. Perasaaannya jadi tak nyaman, jangan-jangan...

“Eee, mbaknya....” Kumohon! Jangan bilang iya! Bilang saja kamu temannya Laras, atau ponakannya budhe Sarmi tetangga sebelah.

“Saya, pemilik mobil yang mas... Itu.. Ee, Tapi gak usah kuatir, mobilnya gak rusak kok... Cuma tergores dikit... Beneran! Malah sepedanya mas yang perlu di perbaiki... Jadi... Eee..” Si mbaknya berusaha menjelaskan dengan kikuk, senyumnya terlihat kaku dan kedua tangannya bergerak ke banyak arah.

Tawa Laras kembali pecah, semakin nyaring terdengar. Dan sekarang ibuk juga ikut tertawa sambil geleng-geleng. Bahkan si cantik rambut panjang segera menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil melengos ke samping. Kedua bahunya bergetar hebat menahan ledakan tawa yang hampir tak mampu dibendung.

Anton menggelosoh, kembali berbaring sambil menutup wajah dengan bantal. Tak dia perdulikan rasa nyeri akibat gesekan antara perban dipelipisnya dengan sarung bantal.

Oh, Tuhan tolonglah! Buat aku pingsan lagi!

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Komedi
Flash
Gowes Takabur 01
Rains Peter Aro
Cerpen
BALADA BOSS SUPER MODEL
Zirconia
Cerpen
STORY OF KUNENG
I | N
Cerpen
Celana Dalam yang Hilang
Nadya Wijanarko
Cerpen
Perjalanan Kaki
Kopa Iota
Flash
"Kehancuran Kelakar: Kejeniusan Kembar Alex dan Andy"
Maria Septian Riasanti Mola
Flash
Ada Pacar Anjay
Dhimas Ardhio
Komik
Tomodachi
Author Tomodachi
Flash
Penghuni Baru
Afri Meldam
Flash
Bronze
BALADA KOPI DAN JAHE
Emma Kulzum
Flash
Suara Misterius
Saifan Rahmatullah
Komik
Kick My Friend!!
Norayolayora/You
Komik
Otaku-ten!! Volume 1
Wirayudha Pandu Persada
Flash
Nyai Roro Kidul-Chan - Legend of South Sea
Donquixote
Komik
Bronze
The Ninth Soul
Ei
Rekomendasi
Flash
Gowes Takabur 01
Rains Peter Aro
Flash
PASAR INDUK ADILAGA (DIVISI 35)
Rains Peter Aro
Flash
Kisah Tengik
Rains Peter Aro