Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku terduduk di bangku rumah sakit dengan lemas. Shif malamku telah usai satu jam yang lalu tapi aku masih di sini menatap lalu lalang pengunjung yang silih berganti. Aku ingin tidur rasanya, menghilangkan pusing yang sudah terasa di ubun - ubun. Ingin rasanya menghilangkan rasa sakit ini, tapi tak bisa. Aku ingin bertemu dengannya sekali saja, bahkan dalam mimpi.
"Kak," ucapku lirih, tak kuasa aku menyebut namamu. Tak terasa air mata mulai mengalir di mataku. Air mata yang beberapa hari lalu kering karena dirimu.
Hari ini tepat tujuh hari kepergianmu di dunia ini. Padahal lusa adalah ulang tahunku ke-26, usia yang menurutmu masih remaja, padahal kita hanya terpaut tiga tahun.
Aku usap air mataku dan berdiri, aku ingin pulang. Berjalan gontai ke pintu depan rumah sakit, hanya sapuan ubin lantai yang ingin aku lihat. Aku sampai di depan lift, menunggu dengan diam. Aku sedang tidak ingin berbicara dengan orang.
Dentingan lift terdengar, pintu terbuka.
"Han? Udah masuk?" Sapa seorang lelaki yang keluar dari lift dengan pakaian dokternya, jas putih dan teleskopnya yang menggantung.
Aku mengangkat kepala dan hanya mengangguk sambil tersenyum. Lelaki itu balas tersenyum kikuk dan pergi bersama yang lain.
Maaf ya Raka, batinku dalam hati.
Lima belas menit, aku sampai di kos.
Aku berganti pakaian dan beberes sejenak, langsung merebahkan tubuhku di kasur. Aku ingin tidur hari ini, melupakan hal lain.
Pukul satu siang aku bangun karena ketukan seseorang di pintu kosku. Aku menggeliat dan menyahut panggilan di luar.
"Paket Mbak," Bapak paket menyerahkan amplop berwarna coklat kepadaku. Aku ucapkan terima kasih dan menutup pintu. Aku bolak balik tapi tidak ada namanya, hanya bertuliskan suatu tempat saja. Aku buka dengan tak sabar.
'Hai, Adik Micky Mouse'
Kata pertama yang ada pada selembaran tulisan yang ada di amplop tadi.
Kakak
Air mataku tak terasa menetes, aku segera mengusapnya. Aku sudah cukup menangisinya.
'Gimana kabarmu? Aku harap kamu selalu tersenyum ceria seperti biasanya.
Kakak minta maaf belum bisa menemanimu saat ini dan seterusnya. Aku teringat tadi pagi kamu datang tergesa - gesa untuk mengantarkanku bubur ayam kesukaanku. Aku ingin mengobrol sebentar tapi sepertinya kamu telat untuk shift pagimu.
Untuk adik kecilku Hana, Kakak ingin sekali mendengar curhatanmu tentang si nona menor atau si tuan cerewet, kamu selalu memberi nama yang aneh - aneh.
Selamat ulang tahun Hana yang ke-26
Selamat ulang tahun Hana yang ke-27
Selamat ulang tahun Hana yang ke-28
Selamat ulang tahun Hana yang ke-29'
Aku tak sanggup membaca kelanjutannya. Aku menangis sejadi-jadinya pada hari itu. Ingatanku tentangnya seakan mengalir deras di kepalaku. Wajah, tawa, kecewa, sedih, seakan berputar di kepalaku. Hingga akhirnya aku tertidur sambil menggenggam selembar surat darinya.
'Hana, umur kita sama sekarang 29 tahun. Kakak harap kamu menemukan seseorang yang berarti untukmu.
Salam rindu dari Kakak
Dika'