Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Sejarah
#2. Langit Berbintang dan Rasa Takdir
0
Suka
11
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bintang-bintang di atas tampak redup, berkelap-kelip samar di cakrawala seperti bisikan ragu-ragu di malam hari. Nion duduk di dekat jendela, tatapannya tertuju ke langit. Angin malam yang sejuk menyelinap masuk melalui celah-celah bingkai kayu, membawa aroma embun dan gemerisik samar pepohonan di kejauhan. Dalam keheningan, bintang-bintang tampak tenang, tetapi hatinya sama sekali tidak tenang. Di dalam, badai mengamuk, kebingungan akan tugas, kehormatan, dan kerinduan akan sesuatu yang tidak dapat ia sebutkan.

Ia mengembuskan napas perlahan, matanya menelusuri rasi bintang yang menghiasi langit. "Mereka selalu ada di sana," gumamnya pelan, "saksi bisu ketidakpastian kita." Langit yang luas, tak tergoyahkan oleh kekacauan manusia, seakan mengejek ketidakberdayaannya. Di suatu tempat di antara bintang-bintang, pasti ada jawaban, namun seperti masa depannya sendiri, jawaban itu tetap sulit dipahami dan tak terjangkau.

Malam itu sunyi, nyaris mencekam. Dengungan alam mengelilinginya, gemerisik dedaunan yang lembut, aliran sungai yang jauh, tetapi nyaris tak terdengar dari hiruk-pikuk pikiran di dalam benaknya. Cahaya redup bintang-bintang memancarkan cahaya redup di atas lanskap, cahaya yang terasa lemah melawan beban ketidakpastiannya. Udara membawa serta kesejukan embun tengah malam, dan bumi di bawahnya seakan mengembuskan napas, seakan seirama dengan napas dalam yang diambilnya untuk menenangkan diri.

Namun, kedamaian malam itu hanyalah ilusi. Tepat di balik perbukitan, sisa-sisa pertempuran bergema di kejauhan, mengingatkan kita bahwa perang tidak akan pernah jauh. Kehormatan keluarganya selalu dikaitkan dengan pertempuran ini, tetapi malam ini, untuk pertama kalinya, ia mempertanyakannya. Bagaimana jika kehormatan, sebagaimana yang didefinisikan keluarganya, bukanlah satu-satunya jalan?

Nion mencengkeram erat tepi jendela. Buku-buku jarinya memutih karena tekanan. "Kehormatan melalui darah," ayahnya telah berkata berkali-kali, "adalah satu-satunya kehormatan sejati." Kata-kata itu, yang dulu begitu kuat dalam benaknya, kini tampak rapuh, seperti topeng yang tidak bisa lagi dikenakannya.

Genggamannya mengendur saat tatapannya beralih ke bawah, melihat kelopak bunga sakura terakhir yang mengambang di air. "Apakah hidup benar-benar tentang mengikuti jalan yang telah dibuat orang lain untukmu?" tanyanya, pikirannya berputar-putar seperti kelopak bunga yang terperangkap dalam arus sungai.

Kenangan tentang neneknya muncul kembali, suaranya menjadi penyejuk dalam kekacauannya. "Memasak bukan hanya tentang mengisi perut," katanya. "Ini tentang memahami jiwa orang-orang yang kau beri makan." Dalam keheningan perang, makanan telah menjadi cara bertahan hidup, terlucuti dari makna terdalamnya. Namun, kata-katanya masih terngiang di kepala, mungkinkah ada yang lebih dari itu? Mungkinkah makanan mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar makanan?

Matanya terpejam saat pikirannya melayang. Ia membayangkan hidangan yang diresapi aroma sakura dan kedamaian fajar, makanan yang dapat mendinginkan amarah, menyembuhkan hati, dan bahkan mungkin mengakhiri perang. Mungkinkah hal seperti itu ada?

Aroma baru menyela pikirannya. Aroma itu asing, tajam, tidak seperti aroma yang pernah ia cium sebelumnya. Nion membuka matanya, mencari sumbernya. Dari jalan yang jauh di sepanjang sungai, sebuah sosok mendekat, disinari cahaya bulan. Pria itu bergerak perlahan, karung besarnya bergoyang setiap kali melangkah. Seorang pedagang, mungkin, dari negeri jauh yang hanya pernah didengar Nion dalam cerita.

Angin bertiup, membawa aroma rempah-rempah yang kompleks dan asing mendekat. Aroma itu membawa serta bisikan tanah yang belum tersentuh pedang samurai. "Siapa dia?" bisik Nion . Aroma itu mengandung janji, pengingat bahwa dunia lebih luas daripada medan perang.

Saat pedagang itu mendekat, pikiran Nion berkecamuk. Kisah-kisah tentang resep-resep asing muncul di benaknya, kisah-kisah tentang hidangan yang tidak hanya memadukan rasa tetapi juga kepercayaan. Mungkinkah makanan, bukan perang, yang memiliki kekuatan untuk mengubah dunia? Untuk menyatukan orang-orang di mana pedang hanya memisahkan?

Nion bangkit berdiri, merasakan angin yang menerpa kulitnya. Hidupnya dibangun atas gagasan bahwa kekuatan berasal dari pedang, bahwa kehormatan ditemukan dalam pertempuran. Namun kini, saat aroma rempah-rempah asing memenuhi udara malam, sebuah pemikiran berbeda muncul.

"Bagaimana jika ada sesuatu yang lebih kuat dari baja?" bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar karena tertiup angin. "Bagaimana jika kekuatan sejati bukan terletak pada pedang, tetapi pada hati?"

Langkah kaki pedagang itu semakin keras saat ia menyeberangi jembatan sempit di atas sungai. Dengan setiap langkah, Nion merasa cengkeramannya pada masa lalu melemah. Dunia berubah, dan dengan itu, pemahamannya tentang kekuasaan pun berubah. Mungkin, untuk pertama kalinya, ia mulai melihat melampaui jalan yang telah ditetapkan keluarganya untuknya.

sakura terakhir jatuh, berputar lembut di udara sebelum mendarat di sungai. Nion menyaksikannya menghilang, terbawa arus sungai tepat saat kehidupan yang dikenalnya perlahan terlepas dari genggamannya.

Namun malam ini, sesuatu telah berubah. Aroma rempah-rempah asing masih tercium di udara, bercampur dengan aroma sakura yang sudah dikenalnya . Itu pertanda , ia yakin akan hal itu. Hidupnya tidak akan ditentukan oleh pedang saja.

Angin bertiup kencang, membawa aroma itu lebih jauh. Nion menghirupnya dalam-dalam. Di suatu tempat, tersembunyi di antara rempah-rempah dan bunga-bunga, sebuah jawaban menantinya.

Dengan napas teratur, ia mengalihkan pandangannya kembali ke bintang-bintang. Bintang-bintang selalu jauh, tak tersentuh, tetapi sekarang terasa lebih dekat dan dapat dijangkau. Di sana, di antara rasi bintang, sebuah jalan baru menanti. Jalan yang tidak melibatkan darah, tetapi sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang mungkin dapat mengubah dunia.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Sejarah
Flash
#2. Langit Berbintang dan Rasa Takdir
Tourtaleslights
Novel
Bawon, Buang dan Tonggak-Tonggak Kejadian
Soerja HR Hezra
Novel
Arjuna Gallaxy
JWT Kingdom
Novel
Sajadah di Pagar Rumah
hidayatullah
Novel
Bronze
PERMAISURI PARK
Nurul Adiyanti
Novel
Hujung Tanah
Nikodemus Yudho Sulistyo
Novel
DE'POTTER
Arif Budiman
Novel
Gold
Andai Aku Hidup Sekali Lagi
Mizan Publishing
Novel
SAKURA DI TELAWANG
ni ketut yuni suastini
Novel
Gold
Markesot Belajar Ngaji
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Kemelut memorasa
Frisca Amelia
Novel
Dosa Turunan
Tian Setiawati Topandi
Novel
Gold
55 Kisah Inspiratif Entrepreneur
Gagas Media
Novel
Indoor Dog Park Sydney
Puppy Play Ground
Novel
Gold
Seteru 1 Guru
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
#2. Langit Berbintang dan Rasa Takdir
Tourtaleslights
Novel
Murta Keluarga Jamur
Tourtaleslights
Cerpen
Pilihan Nion
Tourtaleslights
Cerpen
17tahun Budak Cinta
Tourtaleslights
Flash
#1. Aroma Sakura di Tengah Kekacauan
Tourtaleslights
Flash
#3. Rasa Takdir dan Kebebasan
Tourtaleslights
Flash
Jembatan Negeri Rasa
Tourtaleslights
Flash
#4. Rasa dari Keputusan yang Belum Terungkap
Tourtaleslights
Cerpen
Macaronion
Tourtaleslights
Cerpen
Negri Sonooharu
Tourtaleslights
Novel
17 Tahun BUCIN
Tourtaleslights