Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Kita kubur disini saja!"
"Kamu yakin?"
Nina bertanya kepada Jaka.
"Tidak apa-apa. Dimanapun kita menyembunyikannya, selama itu akan terungkap itu tetap akan di temukan. Yang harus kita lakukan hanyalah menunda. Menunda selama mungkin, sampai kamu bisa pergi cukup jauh."
Jaka melihat lubang sedalam 3 meter itu dan memasukkan kotak besi ke dalamnya.
Mengambil beton cair dan menuangkannya ke dalam lubang.
Setelah beton mengisi separuh lubang, dia menutupinya dengan kayu rapat-rapat dan mengisi kembali lubang dengan tanah.
Lalu dia meratakan bagian atas lubang sepadat mungkin.
"Apakah beton itu akan mengering di dalam lubang?"
Nina kembali bertanya.
"Mengering. Dia pasti akan mengering. Sama seperti kejahatan kita, mereka akan mengering di dalam lubang itu!"
"Lalu, kapan beton itu akan hancur?"
"Ketika kejahatan kita terungkap!"
"Hah?"
Nina bingung.
Jaka tidak langsung menjawab dan melihat ke arah matahari yang saat ini hampir terbenam.
Lalu dia perlahan membuka bibirnya.
"Ketika matahari terbenam, langit akan menjadi gelap. Ketika beton itu hancur, saat itulah kejahatan ini terungkap!"
"Nina, pergilah sekarang. Semua yang terjadi hari ini, tidak ada hubunganya dengan mu sama sekali. Kamu tidak pernah terlibat. Kamu tidak pernah melihat apapun. Tidak pernah mendengar apapun. Dan tidak pernah mengetahui apapun. Pergilah, pergi sejauh mungkin!"
"Tapi, bagaiamana dengan mu?"
Nina menggenggam tangan Jaka dan bertanya dengan mata merah. Dia hampir menangis.
"Aku yang melakukannya, lalu aku yang akan bertanggung jawab. Aku akan tetap disini, menunggu."
"Menunggu?"
"Ya. Menunggu ketika hari penghakiman ku datang. Akan kusaksikan sendiri ketika kuburan ini di bongkar!"
"Tapi, kenapa? Bukankah kita bisa pergi bersama? Kenapa kamu harus menunggu di sini?"
"Nina, jangan banyak bertanya. Pergilah. Jika tidak semua yang aku lakukan akan sia-sia."
Nina menatap ke arah Jaka untuk waktu yang lama.
Tapi Jaka tidak pernah melihat ke arah Nina.
Sepertinya keputusan Jaka tidak bisa diubah.
Nina berbalik dan berjalan pergi.
Dia tidak melihat kembali ke arah belakang, sampai mobil yang ditumpanginya berjalan pulang.
Jaka mempunyai idenya sendiri, lalu dia juga memiliki idenya.
Perjalanan ini, keluarga mereka akan pindah ke luar negeri.
Tidak ada yang mengira hal semacam itu akan terjadi sebelum dia pergi, tepat ketika dia akan berpamitan dengan Jaka...!
Nina melihat ke luar.
Dia pergi.
Tapi bukan berarti dia pergi meninggalkan Jaka.
Dia akan kembali suatu hari.
Jaka ingin membusuk sendirian, tapi dia tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.
...
Setelah dia menutupi kuburan itu dengan rerumputan.
Jaka berjalan ke depan.
Dengan langkah tegas dan tanpa menoleh ke belakang
Dia terus masuk ke dalam hutan, semakin dalam, semakin gelap tempat itu.
Pohon-pohon menjulang tinggi dan menutupi cahaya matahari.
Jaka menghentikan langkah nya.
Di depan Jaka saat ini ada darah yang berceceran dimana-mana.
Pohon di dekatnya memiliki bercak merah karena darah kental yang sudah mengering.
Saat Jaka melihat lebih dekat, dia akan menemukan beberapa potongan daging kecil di tanah.
Jaka mengambil pedang yang menancap di tanah.
Memegang pedang di tangannya dengan gemetar.
Dia melihat pedang itu berlumuran darah.
Akhirnya, Jaka tidak bertahan lagi, dia berlutuh dan memuntahkan isi perutnya.
"Ughh! Hueeeeek!"
Jaka terus muntah, dia baru tenang setekah lebih dari lima menit.
Saat ini semua isi perutnya sudah habis, wajahnya pucat.
Pertama kali membunuh seseorang.
Pertama kali memotong-motong tubuh korbannya.
Dan semua itu dilakukan dalam kesadaran penuh, saat ini seluruh tubuh Jaka gemetar.
Dia baru merasakan reaksi psikologis dari menghilangkan nyawa manusia sekarang.
Fakta bahwa dia telah membunuh, baru saat inilah hal itu masuk ke dalam pikiran nya.
Dia seorang pembunuh!
Kalimat itu terus beputar di dalam kepala Jaka.
Jaka merasa pikirannya akan hancur.
Tapi Jaka tidak bisa, setidaknya tidak saat ini.
Memikirkan Nina, Jaka menopang tubuhnya dengan pedang itu.
Menatap ke tempat di depannya yang penuh dengan darah merah.
Bahkan rumput tidak lagi memiliki warna hijau, itu berubah menjadi merah karena tertutup oleh darah.
Dia harus melakukan sesuatu pada semua ini.
Dia harus menyembunyikan dan menutupi semua darah ini sampai Nina berhasil pergi dari negara ini.
Ini semua bukan hanya darah, tapi bukti kejahatan mereka.
Mungkin sebuah kejahatan yang telah di lakukan tidak bisa dihilangkan, tapi setidaknya Jaka tahu itu bisa ditutupi.
Saat ini yang akan Jaka lakukan adalah menutupi semua kejahatan mereka.
Bukan.
Sejak awal itu semua di lakukan oleh Jaka sendiri dan dengan keinginannya sendiri.
Itu semua tidak ada hubungannya dengan Nina.
Jaka melangkah dengan tubuh lemas.
Saat ini tidak ada yang tahu apakah Jaka ingin menutupi kejahatan telah dia lakukan, atau dia ingin menutupi nama Nina di buku besar kejahatan ini!
...
Waktu berlalu, sudah 15 tahun berlalu dalam sekejap.
Jaka mendirikan sebuah rumah kayu kecil dan pindah ke sana seminggu setelah kejadian itu.
Dia hidup di hutan itu, menanam sayuran, berkebun, dan memelihara ternak.
Dia hidup dengan tenang di tengah hutan sendirian.
Jaka sudah menghapus semua jejak darah di tempat sebelumnya, saat ini tempat itu di tumbuhi dengan bunga-bunga kecil nan indah dan rerumputan hijau.
Jaka terus merawat hamparan kecil bunga itu.
Di samping itu.
Jaka sedang menunggu seseorang.
Mungkin... dia menunggu Nina yang tidak mungkin akan datang.
Tapi, keadilan baginya pasti akan datang.
Saat ini, suara sirine mobil polisi bisa terdengar dari rumah Jaka.
Dia tahu bahwa saatnya telah tiba.
Jaka keluar dari gubuk kecilnya dan melihat sekelompok polisi datang ke arahnya dari kejauhan.
Di pimpin oleh seseorang.
Jaka duduk di kursi santai di depan rumah kayunya, membelakangi polisi dan menghadap ke arah lokasi hamparan bunga.
Hamparan bunga yang dia tanam, yang dipupuk dengan daging dan darah manusia, serta kejahatannya, entah kenapa itu tumbuh menjadi sangat indah.
Suara langkah kaki terdengar dari belakangnya, Jaka tahu mereka datang.
"Selamat siang, tuan!"
Suara seorang wanita terdengar, mungkinkah itu pemimpinnya?
Tapi entah kenapa Jaka merasa suara wanita itu terdengar familiar.
"Saya Inspektur dari kepolisian. Saat ini kami sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan yang terjadi 15 tahun yang lalu. Mohon kerja samanya!"
Tapi Jaka saat ini tidak peduli dengan kata-kata yang diucapkan wanita itu, kepala Jaka saat ini seperti meledak ketika mendengar suaranya.
Dia tahu milik siapa suara ini.
Ketika Jaka berdiri dan menoleh ke belakang dengan mata terbelalak.
Dia melihat seorang wanita dalam seragam polisi sedang tersenyum padanya.
Nina!
End!