Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Pentigraf The Best
0
Suka
461
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Mirip.

Oleh

David Perdana Kusuma

Melihatnya saja sudah takut. Apalagi kalau berada di depan muka seperti ini. Face to face. Waduh.

Ujar salah satu kolega kami. Sebagai satpam di sebuah perusahaan gula. Yang namanya hal aneh itu sering terjadi.

Hal-hal aneh di luar nalar, yang menjadi cerita dalam setiap tegukan kopi dan hisapan rokok yang kami lakukan kalau sudah berkumpul dan berjaga malam.

Malam ini hanya ada saya dan bang Tarjo.

Senior kami. Setelah berkeliling dan berbagi tugas, aku kebagian belakang pabrik, dan bang Tarjo di bagian depan.

Anehnya, malam ini semua terlihat aman dan damai. Hal - hal di luar nalar yang tadi aku utarakan, sepertinya tidak terjadi.

Semuanya terkendali.

"Wah, malam ini semuanya aman ya bang." Ucapku. Sambil menghisap sebatang rokok, yang kuminta dari bang Tarjo.

"Aman sih aman," ucapnya, "tapi rokokku kau minta terus. "

Katanya sambil menghembuskan asap rokok itu ke arah jendela pos jaga.

"Ya, lebih baik kalau seperti ini tiap malam bang. Sampai pagi tetap aman. Kita jaga malam tidak diganggu." kataku padanya.

"Memang kau ini, gangguan sedikit saja langsung takut, badanmu saja yang besar. Generasi z dan alpha memang payah." Ucapnya menyindir.

Orang tua kurang asem pikirku. Bawa- bawa generasi.

Tiba - tiba saja telepon berbunyi.

"Coba kau angkat telepon itu." Ucap bang Tarjo memerintahku.

"Yah bang, kan telepon di sebelah Abang." Ucapku sambil berdecak.

"Sudah angkat saja."

Katanya, sambil terus merokok.

Aku dengan menggerutu tidak jelas, beranjak dari kursiku.

"Ya, siapa di depan?" Tanyaku.

Di seberang sumber suara, terdengar ucapan yang sangat familiar.

"Don, ini aku Tarjo. Buka pintunya. Aku bawa martabak."

Hening, senyap.

Tidak terdengar suara malam, suara motor lewat yang biasanya sesekali meraung di belakang tembok pabrik.

Suara serangga malam yang berisik, sunyi.

Sambil tetap memegang gagang telepon, angin dingin menusuk tengkuk.

Jidatku berkeringat, peluh keluar tidak terkendali.

Aku menoleh ke arah bang Tarjo yang seharusnya ada di depanku dari sejak malam tadi.

"Waduh, sudah sadar ya kamu Don

Bagaimana? Kami terlihat mirip kan?"

Ucap bungkusan putih itu, menyeringai.

Lamandau, 2024.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Flash
Mahkluk tak kasat mata
moh nabil ardiansyah
Flash
Pentigraf The Best
Mahiang
Flash
Tumbal Tambal
SURIYANA
Cerpen
Tumbal Balik
Eve Shi
Novel
RESIDENT WORST NIGHTMARE : ALV-VIRUS
Alvin Suhadi
Cerpen
Insomnia
Nawala G.
Novel
Di Antara Rumah yang Kosong
Imajiner
Cerpen
Bronze
Kota Mati/ Langit tanpa suara
Novita Ledo
Cerpen
Bronze
Ternyata istriku psikopat
Chiavieth Annisa06
Novel
Tukang Ban
Faizal Ablansah Anandita, dr
Flash
Bronze
UNDER YOUR BED
mahes.varaa
Skrip Film
GARGARDI #Script
Aniela
Cerpen
Bronze
Rahasia Sumur Setan
Eka Nawa Dwi Sapta
Cerpen
Bronze
Genderuwo Penculik Istriku
Yuisurma
Flash
Nasi Goreng Tengah Malam
Freya
Rekomendasi
Flash
Pentigraf The Best
Mahiang
Flash
Pentigraf The Best
Mahiang