Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Pentigraf The Best
0
Suka
18
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Mirip.

Oleh

David Perdana Kusuma

Melihatnya saja sudah takut. Apalagi kalau berada di depan muka seperti ini. Face to face. Waduh.

Ujar salah satu kolega kami. Sebagai satpam di sebuah perusahaan gula. Yang namanya hal aneh itu sering terjadi.

Hal-hal aneh di luar nalar, yang menjadi cerita dalam setiap tegukan kopi dan hisapan rokok yang kami lakukan kalau sudah berkumpul dan berjaga malam.

Malam ini hanya ada saya dan bang Tarjo.

Senior kami. Setelah berkeliling dan berbagi tugas, aku kebagian belakang pabrik, dan bang Tarjo di bagian depan.

Anehnya, malam ini semua terlihat aman dan damai. Hal - hal di luar nalar yang tadi aku utarakan, sepertinya tidak terjadi.

Semuanya terkendali.

"Wah, malam ini semuanya aman ya bang." Ucapku. Sambil menghisap sebatang rokok, yang kuminta dari bang Tarjo.

"Aman sih aman," ucapnya, "tapi rokokku kau minta terus. "

Katanya sambil menghembuskan asap rokok itu ke arah jendela pos jaga.

"Ya, lebih baik kalau seperti ini tiap malam bang. Sampai pagi tetap aman. Kita jaga malam tidak diganggu." kataku padanya.

"Memang kau ini, gangguan sedikit saja langsung takut, badanmu saja yang besar. Generasi z dan alpha memang payah." Ucapnya menyindir.

Orang tua kurang asem pikirku. Bawa- bawa generasi.

Tiba - tiba saja telepon berbunyi.

"Coba kau angkat telepon itu." Ucap bang Tarjo memerintahku.

"Yah bang, kan telepon di sebelah Abang." Ucapku sambil berdecak.

"Sudah angkat saja."

Katanya, sambil terus merokok.

Aku dengan menggerutu tidak jelas, beranjak dari kursiku.

"Ya, siapa di depan?" Tanyaku.

Di seberang sumber suara, terdengar ucapan yang sangat familiar.

"Don, ini aku Tarjo. Buka pintunya. Aku bawa martabak."

Hening, senyap.

Tidak terdengar suara malam, suara motor lewat yang biasanya sesekali meraung di belakang tembok pabrik.

Suara serangga malam yang berisik, sunyi.

Sambil tetap memegang gagang telepon, angin dingin menusuk tengkuk.

Jidatku berkeringat, peluh keluar tidak terkendali.

Aku menoleh ke arah bang Tarjo yang seharusnya ada di depanku dari sejak malam tadi.

"Waduh, sudah sadar ya kamu Don

Bagaimana? Kami terlihat mirip kan?"

Ucap bungkusan putih itu, menyeringai.

Lamandau, 2024.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Flash
Pentigraf The Best
Mahiang
Novel
Bronze
JERITAN HATI SANG KUNTILANAK
Triboy Mustiqa
Flash
Ingatan Pertama
Panca Lotus
Novel
Jangan Tidur di Sekolah
abil kurdi
Novel
Gold
Fantasteen Black Shadow
Mizan Publishing
Novel
Nestapa Dewo
Keefe R.D
Novel
Bronze
Diatas Tanah Setan
Herman Sim
Novel
Gold
Fantasteen Double R
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Kucing Penangkap Teluh
Mukti Dwi Wahyu Rianto
Novel
Bronze
Lenting
A.R. Rizal
Novel
Bronze
RUWAT ~Novel~
Herman Sim
Novel
Gadis Jelmaan Parakang
Muhammad Taufiq
Flash
Bronze
Ajakan Bapak
Alfian N. Budiarto
Novel
THE CURSE PETER
Safinatun naja
Novel
Bronze
My Boyfriend Is A Ghost
zozana zozane
Rekomendasi
Flash
Pentigraf The Best
Mahiang
Flash
Pentigraf The Best
Mahiang