Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Seni Nyaman Dari Gerhana Bulan
0
Suka
6,181
Dibaca

Gerhana bulan dikabarkan sangat indah jika dilihat secara langsung. Dan terpikirkan untuk melihat terjadinya gerhana bulan di danau merupakan sensasi baru bagi dua anak kecil yang senang hal baru.

Saat itu, aku berusia tujuh tahun, sementara adikku satu tahun lebih muda dariku. Apa yang dilakukan anak umur tujuh tahunan ialah bermain. Tak bisa dielak, saat kau bertanya kepada seorang anak, apa yang mereka inginkan? Maka mereka akan menjawab bermain.

Aku dan adikku senang bermain. Kami akan mencari banyak tempat bermain bersama di penjuru desa, pergi bersama, dan mengetahui semuanya bersama. Pantas saja kami adik-kakak, karena kami punya banyak kesamaan.

Selain bermain, apalagi yang disukai anak berumur tujuh tahun? Berjelajah. Aku dan adikku senang berjelajah. Sebenarnya bermain dan berjelajah adalah dua kata yang berbeda, tapi jika kau menikmati keduanya, makna kedua kata itu akan sama; menyenangkan.

***

"Kak, gerhana bulannya sebentar lagi akan muncul! Ayo cepat ke sungai!" Antika—adikku, menarik tanganku menuju danau.

"Sabar, Antika. Gerhana bulan tidak akan pergi ke mana-mana, mereka akan terlihat sama di semua tempat." Walau aku menentangnya, tapi aku tetap membiarkan Antika menarik tanganku.

"Ih, nggak! Kita harus lihat itu di danau, pasti akan lebih indah." Antika dan aku berlari menuju tepi danau. Seketika kami berhenti saat lampu tepi danau menyinari pinggiran danau, saat itu Antika sedih karena tidak bisa melihat gerhana bulan di tengah danau.

"Jangan bersedih Antika, dilihat dari sini pun tetap indah lho." Aku mengelus rambut Antika yang lurus. Bukannya terlihat senang dan terhibur, Antika justru semakin sedih, dia muram.

Aku mencoba menghibur, namun Antika tetap muram. Jadinya aku inisiatif mencari sesuatu untuk menghiburnya. Dan kudapatkan sebuah sampan di dermaga kayu kecil yang usang.

Aku mengabari Antika. Antika seketika senang, bibirnya melekuk riang. Kami pergi bersama menuju dermaga kayu, lalu menuju sebuah sampan kecil yang sengaja ditaruh di atas dermaga—seharusnya sampan itu mengapung di atas danau.

Aku tidak peduli, jadi kudorong saja sampan itu hingga kembali mengapung di atas danau. Antika makin gembira, akhirnya kami naik bersama. Aku mendayung ke tengah danau, hingga seketika malam menjadi semakin malam, gelap gulita. Saat itulah gerhana bulan terjadi, tampak megah jika dipandang di tengah danau, tapi juga menyeramkan dan sedingin air danau ini menenggelamkan kami.

Saat kami takjub akan indahnya gerhana bulan yang menggelapkan bumi, kami ditenggelamkan gelapnya danau saat kami sadar kami tak bisa kembali.

Sampan itu usang, berlubang di permukaannya, aku baru sadar saat kami berada di tengah danau, saat air membasahi kakiku. Namun aku telat, karena tak segera menyadari hal itu, karena sedang mengagumi indahnya gerhana bulan.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Seni Nyaman Dari Gerhana Bulan
Fadel Ramadan
Komik
The Eyes of Tigers
Maninda Elmadinaya
Flash
Six Feet Apart
Thata Adi
Flash
Bronze
Si Lola Menyebalkan
Nuel Lubis
Cerpen
Bronze
Telur Ceplok
Gin Teguh
Cerpen
Bronze
Kita butuh jeda bukan luka.
Alpri prastuti
Komik
Triplet & The Weird School
Dhias
Flash
JAS REMBULAN
Faisal Syahreza
Novel
DAYU
Jastien Christy
Novel
Duel Angkasa
Au ysa austar
Novel
Air Chrysalis
El Psycho
Novel
You Are Not My Lover
Imajiner
Novel
GAUN KHALISA
essa amalia khairina
Skrip Film
Junior & Jameela (script)
amor
Skrip Film
Sinestesia
Husen Mulachela
Rekomendasi
Flash
Seni Nyaman Dari Gerhana Bulan
Fadel Ramadan
Flash
Nasihat Basi
Fadel Ramadan
Novel
Dia Teman Dekatku, Dulu
Fadel Ramadan
Flash
Saat Kau merasa Orang Lain Bebas, Mereka Merasa Tidak
Fadel Ramadan
Flash
Ku Taruh Semua Yang Telah Selesai
Fadel Ramadan
Flash
Punggung Bapak Sekuat Baja
Fadel Ramadan
Flash
Rupawan Monster Selalu Menyerupai Mangsanya
Fadel Ramadan