Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ketika malam datang aku selalu merenung sendirian memikirkan masa laluku. Masa lalu yang begitu indah dengan orang yang aku cintai. Aku membayangkan pada saat kita pertama bertemu.
Hari ini begitu cerah, secerah hatiku saat ini karena aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Orang itu adalah laki-laki yang kutemui di sebuah stasiun kereta. Dia menawarkan bantuan untuk mencari handphone ku yang tertinggal di kereta.
Singkat cerita, aku mulai mengenalnya dan jatuh hati padanya. Namun aku takut untuk mengungkapkannya karena aku seorang perempuan. Perempuan dituntut untuk menunggu bukan memulai karena itu suatu hal yang memalukan bila perempuan mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu. Itu menurut pendapat ku. Karena aku dibesarkan dengan perbedaan gender yang menonjol sekali. Ibuku tidak bisa mengutarakan pendapatnya duluan. Karena yang berhak mengutarakan pendapatnya terlebih dahulu adalah ayah. Sehingga aku berpikiran bahwa laki-laki yang harus duluan mengungkapkan cintanya.
Sampai suatu ketika kita berdua sudah mulai akrab sekali. Ternyata dia adalah seorang masinis kereta api. Aku semakin jatuh cinta kepadanya karena di saat dia jadi masinis dan menggunakan seragam kebanggaannya, dia kelihatan tampan dan gagah sekali.
Hari berganti hari, Minggu berganti minggu dan bulan pun terus berganti. Sudah setahun aku mengenalnya tapi status hubungan kita tidak pernah berubah. Aku memikirkan perasaan ku ini yang terlalu dalam mencintainya. Aku merasakan perhatiannya dan rasa sayangnya padaku sepertinya juga sama. Mungkin dia menunggu momen yang pas untuk mengungkapkannya. Aku bersabar untuk menunggunya. Menunggu dia mengutarakan perasaan cintanya kepada ku.
Sampai suatu ketika ada sebuah berita di televisi dan ramai di sosial media. Berita tentang kecelakaan kereta yang merenggut nyawa masinisnya. Aku sangat takut sekali karena pada waktu kecelakaan. Dia juga sedang betugas. Aku telpon tidak diangkat. Aku langsung menuju stasiun tempat dia bekerja.
Aku begitu terkejut saat seorang petugas membenarkan bahwa masinis yang mengalami kecelakaan adalah memang benar dia. Dia orang yang sangat aku cintai. Aku sangat merasa kehilangan sekali. Aku belum bisa menyatakan perasaan ku kepadanya. Aku juga tidak tau apakah perasannya sama seperti perasaan ku. Aku sangat sedih sekali sungguh sangat menyakitkan ditinggal orang yang kita cintai tanpa sebuah kepastian.
Kenangan kebersamaan bersama dia tidak akan datang lagi. Di waktu pagi aku beraktivitas seperti biasanya, tapi setiap malam aku selalu merenung memikirkan perasaan ku yang tidak tersampaikan kepadanya.
Tuhan adakah tangga menuju surgamu. Bila memang benar tangga itu ada, ijinkan aku bertemu dengannya untuk mengungkapkan perasaan ku ini. Biar hatiku bisa lega. Lega dan ikhlas ditinggalkan olehnya. Aku berharap engkau mendengarkan doaku ini tuhan.
Aku sangat menyesal karena ketika di berikan kesempatan, aku tidak mengungkapkan isi hatiku kepadanya. Aku hanya memikirkan Perasaan malu ku saja tidak memikirkan perasaan cintaku. Padahal kesempatan tidak akan datang dua kali.
Sekarang dia sudah bersama tuhan di surga. Dia sudah bahagia disana. Sedangkan diriku disini merasakan penyesalan dan kehilangan yang teramat dalam.