Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Mengapa dia terus sembahyang, padahal tidak pernah melihat Tuhan yang disembah?"
Abah Samad mencium sajadah yang baru dilipat. Umpatan seperti itu sudah akrab bagi awak kapal, fishing touring.
“Aaahhhh!” Pria pirang memekik.
“Tidak ada ikan di laut ini, Mister."
“Hahaha, kau tidak melihat perlawanan ikan tadi, Pak?" Pria pirang tertawa geli.
"Maksudmu, kail yang melengkung tadi, Mister?" Abah Samad menggaruk kepala.
"Yap, aku hampir strike." Pria pirang menggulung senar yang putus.
"Hanya senar yang bergoyang. Kita sama-sama tidak melihat ikan, bukan?" Abah Samad menyela santai.
"Pak tua, ikan akan terlihat jika sudah naik ke permukaan. Kau tidak bisa melihatnya bukan berarti tidak ada ikan di sana!" Pria pirang mulai kesal.
"Mengapa kau sangat yakin, Mister?"
"Karena akalku masih sehat untuk berpikir, Pak tua!" Pria pirang benar-benar kesal.
"Oh, karena ada sesuatu yang menarik senarmu, kau yakin di laut ini ada ikan. Meski ikan itu tidak muncul, begitu Mister?"
Pria pirang menepuk dahi, "Ya ampun, bocah ingusan pun tahu hal sepele seperti itu, Pak tua."
"Em, kalau senar itu benda mati dan bergerak karena ada ikan di bawahnya. Mungkinkah kau juga setuju jika seluruh ikan di lautan ini tidak muncul dengan sendirinya, Mister." Abah Samad berhenti sejenak, pria pirang di sebelahnya terlihat berpikir.
"Maksudku, ikan itu hidup, lebih rumit dari seutas senar. Ikan-ikan memiliki ukuran, bentuk, corak, juga makanan yang berbeda. Aku rasa, pasti ada yang membuatnya, mengaturnya, meski mata kita tidak dapat melihatnya. Bukan begitu, Mister?" Abah Samad melirik tajam.
Pria pirang terdiam beberapa saat, wajahnya memerah, "Kau sedang memaksaku percaya bahwa Tuhan itu ada, Pak tua?"
"Oh, Tidak. Aku hanya membuat perumpamaan dengan senar, dan ikan. Mister sendiri yang menyimpulkannya." Abah Samad tersenyum, kembali ke ruang kemudi.
Perkelahian dalam benak pria pirang kembali pecah. Hati kecil pria pirang masih percaya tentang Tuhan dan 99 sifat-Nya, namun rasa kehilangan seringkali meracuninya.