Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kemarin aku berjumpa laki-laki paruh baya berbadan kekar dengan rambut gondrong dan jenggot menjuntai. Perawakannya gahar dengan suara lantang menggelegar. Kaos buntung mempertontonkan bulu ketiaknya yang dirawat tanpa jadi duta shampo lain. Deretan giginya kuning dengan garis-garis coklat jejak rokok yang dihisapnya sejak sekolah dasar. Katanya ia juga mengajarkan adik bungsunya menghisap rokok ketika adiknya baru masuk SD hari pertama.
Laki-laki itu cukup biadab sejak awal mula aku melihat wajahnya. Sungguh tidak ada jejak taat menyembah Tuhan menyisa di dahi kerutannya. Bahkan aku tidak berniat menyapanya sekedar sopan santun kepada yang lebih tua. Di mataku dia hanya sebalok bahan bakar neraka yang jatuh ketika diangkut oleh malaikat ke gudang kayu bakar.
Kakinya menyeker ke sana kemari dengan jempol raksasa karena membengkak penuh nanah. Aku rasa jika ia mencungkil dan mencium tentu kesadarannya hilang seketika karena baunya. Benar sungguh ia tampak urakan tidak seperti hamba Tuhan.
"Maaf Pak..." Ucap seorang wanita yang memegang gagang pel sambil mengayunkannya ke kanan dan kiri.
Laki-laki itu mengangguk sambil tersenyum. Ia kembali menghadapkan kepalanya ke arah semula. Matanya menatap lurus ke depan tanpa ragu. Ah, aku sudah terlalu lama becermin.