Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Jatuh Cinta Seharusnya ...
0
Suka
4,798
Dibaca

Aku pernah jatuh cinta kepada seorang lelaki, karena aku menganggap ia pintar. Setiap kali ia bicara aku tak menemukan makna yang kosong di sana, setiap kali ia menulis aku tak membaca kenihilan pesan di sana.

Seperti semua gadis yang jatuh cinta, aku mendekatinya. Tentu saja dengan cara yang tidak blak-blakan. Lelaki pintar harus didekati dengan cara yang pintar pula, setidaknya begitu aku berpikir.

Maka aku mengikuti semua perjalanan kepintarannya, aku selalu ada di mana ia berdiskusi, membaca buku yang ia baca, mendengarkan tokoh yang ia kagumi, dan melakukan banyak hal sebagaimana ia melakukan.

Kami benar-benar menjadi dekat. Kami bicara dari kebijakan pemerintah hingga satelit yang mengorbit di angkasa, bicara sejarah kenabian hingga keilmiahan ilmu hitam. Kami benar-benar sepasang pintar yang membuat orang di sekitar kagum dengan kepiawaian kami memilih kata-kata.

Seharusnya kami sudah menjadi sepasang kekasih, yang bercinta diselingi obrolan tentang angin muson yang membuat cuaca tak nikmat untuk bercinta, tapi kami masih terus melakukannya tanpa bosan. Tapi kenyataannya kami masih dua orang yang dekat tanpa lekat.

Belakangan aku mulai bosan —apakah cinta terkadang membosankan?— seperti terjadi sesuatu yang tidak tepat setiap kali aku memikirkannya. Awalnya kupikir karena aku ingin progres yang jelas, hubungan yang bisa kujadikan gerbang hidup berikutnya. Tapi lama-lama aku tahu bukan itu, ada sesuatu lain yang sangat esensial namun berhasil kuraba dengan jelas.

Suatu hari saat ia menggandeng perempuan manis berlesung pipi dengan bola mata yang dihiasi lensa kontak, aku tak cukup terluka untuk perempuan yang mengaku jatuh cinta. Bahkan saat aku tahu perempuan itu seseorang yang suka mengeluh di sosial media, menceritakan hal-hal kecil di hidupnya, tentang kucing oranyenya yang nakal, tentang teman-temannya yang suka nongkrong di warung 24 jam, dan hal-hal sederhana yang dilakukan semua anak muda. Aku tak mendapati egoku yang terluka karena merasa kalah.

Sekarang aku tahu apa yang tidak tepat, ia tak pernah membuat aku mengatakan, bahwa aku lebih menyukai lagu-lagu dangdut dibanding suara merdu Tulus.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Jatuh Cinta Seharusnya ...
Yuli Harahap
Flash
Lanjutan Si Kerudung Merah
Vika Rahelia
Novel
Kosmis dalam Kelut
adek Dwi oktaviantina
Cerpen
Bronze
Dua Kisah dalam Satu Taring
Andriyana
Cerpen
Bronze
Peti Pusaka
Omius
Novel
Bronze
Persinggahan Mistik
Tira Riani
Cerpen
Bronze
Kiamat
hyu
Novel
Bronze
SANDYAKALA
Yoemi Noor
Flash
Bronze
Kereta Terakhir
Afri Meldam
Flash
Di Balik Semangkuk Bawang
Denik a nuramaliya
Novel
Tamu
Vivianhervian
Cerpen
Bronze
A Little Bird
Lirin Kartini
Cerpen
Bronze
Iblis di Menara Lonceng, Edgar Allan Poe penerjemah : ahmad muhaimin
Ahmad Muhaimin
Skrip Film
Big Mouth (Script)
Jeffry D. Kurniawan
Cerpen
Bulan-bulan Teknisi Lift dan Pelaku Penipuan
Ryan Esa
Rekomendasi
Flash
Jatuh Cinta Seharusnya ...
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
Langis
Yuli Harahap
Novel
Bronze
Sebelum Pagi
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
Perempuan Itu
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
Persetan
Yuli Harahap
Flash
Surat Untuk Kekasihmu
Yuli Harahap
Novel
M E M B I R U
Yuli Harahap
Flash
Tiket Terakhir
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
Mungkin di Semesta Lain
Yuli Harahap
Flash
Untuk Bhumi
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
Kupu-kupu Sumbang
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
I B U
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
Hilang Akal
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
Sebelum Petang
Yuli Harahap
Cerpen
Bronze
Untitled
Yuli Harahap