Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Jam Lima
4
Suka
9,779
Dibaca

Rasanya waktu terlalu serakah sampai-sampai tak terasa matahari sudah melambaikan perpisahan. Hari ini detak jarum jam terdengar lebih keras dari biasanya. Gadis itu terduduk penuh was-was di kamarnya. Penuh harap, dan tak pernah sedikit pun membayangkan sebuah penolakan.

Tapi gimana kalo ternyata ditolak?

Kadang otak dan hati memang bekerja saling berlawanan. Dia bahkan belum menyiapkan rencana cadangan.

Ujung jarinya terus mengetuk meja tak sabaran. Berulang kali Eris menarik napas panjang sebelum menghembuskannya perlahan. Ini memang bukan yang pertama kali, namun rasanya masih saja menegangkan melebihi masuk ke dalam ruang guru. Ini sungguh menyebalkan.

Sekarang sudah jam lima. Jemarinya yang penuh kapal sana-sini menari-nari di atas keyboard dengan lincahnya. Namun sudah kodratnya, memasak nasi akan lebih lama matangnya saat kita sudah sangat lapar. Alamat website yang Eris tuju hanya terus berputar-putar tanpa menunjukkan perkembangan.

Lima, sepuluh, lima belas, dan setengah jam sudah berlalu tanpa mendapatkan sebuah jawaban. Ini makin menyebalkan, jantung Eris sudah jatuh entah kemana dari asalnya. Berulang kali ia menekan enter, namun hanya lingkaran kecil di ujung kiri monitor laptopnya masih saja kejar-kejaran.

Ponselnya terus bergetar, mungkin ada belasan pesan masuk dalam waktu yang berdekatan. Eris mematikan data ponselnya, mematikan sambungan data di laptopnya dan ia memilih istirahat sejenak. Ini sedikit melegakan, ketimbang terus-terusan memaksa keadaan.

Minum segelas air putih bisa menjadi salah satu cara menenangkan irama jantung yang berdetak melebihi batas kewajaran. Sekali lagi ia memulai dari awal untuk masuk ke website yang satu bulan ini ia tunggu mati-matian. 

Beton yang menghimpit paru-parunya mendadak lengser entah kemana. Pundaknya tak terasa berat lagi, dan yang utama adalah pikirannya berhenti.

Semua emosi negatif itu berkumpul di satu tempat otaknya, membuatnya bingung harus bagaimana. Rasanya menangis tidak cukup untuk menggambarkannya. Alhasil dia hanya menghela napas kemudian seulas senyuman langsung menguar dari wajah lesunya.

“Gue gagal.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
LIMIT - The Love Letter
Muhammad Guntur
Flash
Jam Lima
SIONE
Skrip Film
genuine laugh
diannafi
Skrip Film
Keluarga Tanpa Ibu (Script)
Alifia Sastia
Skrip Film
Seasons In The Sun
Nurusifah Fauziah
Skrip Film
HAPPINESS IN THE LITTLE THINGS
Reiga Sanskara
Flash
Bronze
Maafkan aku ibu
Rahmayanti
Flash
Kursi Goyang Nenek
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Akhirnya Terjawab Sudah
Yovinus
Cerpen
API DENDAMMU
Syaras Qotimah
Cerpen
Bronze
Tahun Berlalu
AndikaP
Novel
RUN(a)WAY
Verlita
Novel
DOSEN SASTRA INGGRISKU
Ana Gustiana
Skrip Film
Sesayat Munajat Cinta (Sebuah Skenario Film)
Imajinasiku
Cerpen
Bercengkerama dengan Nasib
Alwi Hamida
Rekomendasi
Flash
Jam Lima
SIONE
Cerpen
Bronze
Kasur depan TV itu
SIONE
Cerpen
Bronze
Jejal Nestapa
SIONE
Flash
Bronze
Mendung dan Bayangan
SIONE
Flash
Bronze
Dialog Kematian
SIONE
Flash
Jiwa Kecil
SIONE
Flash
Bronze
Abe's Journey
SIONE
Flash
Marah
SIONE
Flash
Bronze
Ulang Tahun
SIONE
Flash
Ambil porsimu
SIONE
Cerpen
Bronze
NURAGA
SIONE
Cerpen
Bronze
Pengakuan
SIONE
Flash
Bronze
Frekuensi
SIONE
Flash
Bronze
Nostalgia
SIONE
Novel
Euforia
SIONE