Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Jam Lima
0
Suka
356
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Rasanya waktu terlalu serakah sampai-sampai tak terasa matahari sudah melambaikan perpisahan. Hari ini detak jarum jam terdengar lebih keras dari biasanya. Gadis itu terduduk penuh was-was di kamarnya. Penuh harap, dan tak pernah sedikit pun membayangkan sebuah penolakan.

Tapi gimana kalo ternyata ditolak?

Kadang otak dan hati memang bekerja saling berlawanan. Dia bahkan belum menyiapkan rencana cadangan.

Ujung jarinya terus mengetuk meja tak sabaran. Berulang kali Eris menarik napas panjang sebelum menghembuskannya perlahan. Ini memang bukan yang pertama kali, namun rasanya masih saja menegangkan melebihi masuk ke dalam ruang guru. Ini sungguh menyebalkan.

Sekarang sudah jam lima. Jemarinya yang penuh kapal sana-sini menari-nari di atas keyboard dengan lincahnya. Namun sudah kodratnya, memasak nasi akan lebih lama matangnya saat kita sudah sangat lapar. Alamat website yang Eris tuju hanya terus berputar-putar tanpa menunjukkan perkembangan.

Lima, sepuluh, lima belas, dan setengah jam sudah berlalu tanpa mendapatkan sebuah jawaban. Ini makin menyebalkan, jantung Eris sudah jatuh entah kemana dari asalnya. Berulang kali ia menekan enter, namun hanya lingkaran kecil di ujung kiri monitor laptopnya masih saja kejar-kejaran.

Ponselnya terus bergetar, mungkin ada belasan pesan masuk dalam waktu yang berdekatan. Eris mematikan data ponselnya, mematikan sambungan data di laptopnya dan ia memilih istirahat sejenak. Ini sedikit melegakan, ketimbang terus-terusan memaksa keadaan.

Minum segelas air putih bisa menjadi salah satu cara menenangkan irama jantung yang berdetak melebihi batas kewajaran. Sekali lagi ia memulai dari awal untuk masuk ke website yang satu bulan ini ia tunggu mati-matian. 

Beton yang menghimpit paru-parunya mendadak lengser entah kemana. Pundaknya tak terasa berat lagi, dan yang utama adalah pikirannya berhenti.

Semua emosi negatif itu berkumpul di satu tempat otaknya, membuatnya bingung harus bagaimana. Rasanya menangis tidak cukup untuk menggambarkannya. Alhasil dia hanya menghela napas kemudian seulas senyuman langsung menguar dari wajah lesunya.

“Gue gagal.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Gold
Pangeran Kelas
Coconut Books
Novel
Heart Disease At Love
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Skrip Film
ASUH
M A R U T A M I
Flash
Jam Lima
SIONE
Cerpen
Bronze
MAMAKU INGIN MENIKAH LAGI
Iman Siputra
Novel
Gold
Holiday in Japan
Mizan Publishing
Novel
Gold
KKPK The Giant Cat
Mizan Publishing
Novel
Istana Terakhir
Lasabica
Flash
Mimpi Orang Mati
Riska Irmayadi
Novel
Dua Bidak Dalam Papan Catur
Cindy Chen
Flash
Bronze
Nama Istimewa
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Traumatic Labyrinth
Revia
Novel
Bronze
Rosemary's Life Story
Sofia Grace
Novel
Ten Crazy People
Hesti Ary Windiastuti
Novel
Anakku Malang, Anakku Sayang
Khairun Nisa
Rekomendasi
Flash
Jam Lima
SIONE
Flash
Bronze
Ulang Tahun
SIONE
Cerpen
Bronze
Jejal Nestapa
SIONE
Cerpen
Bronze
NURAGA
SIONE
Novel
Putra Mahkota Ajaib
SIONE
Flash
Jiwa Kecil
SIONE
Flash
Marah
SIONE
Flash
Bronze
Abe's Journey
SIONE
Flash
Bronze
Mendung dan Bayangan
SIONE