Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dia meletakkan secangkir kopi di hadapanku. “Untukmu,” katanya. “Jangan khawatir, tanpa sianida."
Aku menatapnya. Mengingat perseteruan kami selama bertahun-tahun memang sepatutnya aku menaruh curiga. Dia sangat membenciku. Sama seperti aku membencinya.
Perseturuan kami bermula sejak berebut peringkat pertama di sekolah dasar. Lalu, makin meruncing ketika papaku menikah dengan mamanya. Tak ada yang salah. Papaku dan mamanya sama-sama berstatus cerai mati. Namun, aku tak sudi berbagi Papa dengannya. Begitu pun dia, tak sudi berbagi mamanya denganku.
“Kau tak suka kopi, ya?” Dia menatapku. “Kalau jus jeruk, suka?” tanyanya seraya menggeser gelas jus ke hadapanku.
“Aku suka dua-duanya, asal kau mau berbagi gelas denganku.”
“Kau takut aku menaruh racun di minumanmu, ya?”
Aku tertawa. “Setelah berbagi papa dan mama, apa salahnya kita berbagi gelas? Nanti malam kita juga akan berbagi ranjang, kan?” kataku seraya mengecup pipi musuh bebuyutan yang telah kunikahi beberapa jam lalu.
🍵🍵🍵