Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sampah
3
Suka
5,493
Dibaca

Dahayu mempelajari satu hal, bahwa kehidupan adalah tentang siapa yang bertahan. Kau mengerti maksudnya? Dahayu memeriksa ponsel berulang kali, sekian kali, terus-menerus, seolah hanya itu satu-satunya yang bisa dirinya lakukan di tengah segala hal yang memojokkan dirinya untuk menyerah saja. Keringat merembes dari kulit membasahi pakaian. Jemari tak bisa berhenti bergerak masuk dan keluar dari satu aplikasi ke aplikasi yang sama. Napasnya memburu seolah sedang dikejar. Berjalan tergesa tak tahu arah.

Bagaimana?

Harus bagaimana?

"Ayu, kamu membuat reputasi sekolah menjadi buruk, seharusnya kamu sudah mengerti konsekuensinya. Jujur saya menyesal menyetujui lembar pengesahanmu."

"Maaf bu," Sama seperti yang sudah-sudah, Dahayu mengujarkan permintaan maaf hanya untuk, hanya untuk, hanya untuk agar semua menjadi lebih baik. Tetapi, permintaan maaf saja tidak cukup. Dahayu tidak mengerti, mengapa, berubah menjadi seburuk ini?

Sebulir, disusul buliran-buliran tetesan air mata lain, Dahayu meremas ponsel setelah membaca 1 pesan.

"Ini sudah keputusan bulat, kamu dikeluarkan dari program." Sebaris kalimat yang berasal dari pusat terkirim, dibaca oleh gadis itu.

Kenapa? Segalanya menjadi buruk hanya dengan hitungan detik.

Dia seperti sampah.

Jika sudah menjadi sampah, apa sudah tidak berguna lagi?

Dahayu tidak bisa menahan diri untuk tidak membungkuk, duduk di bangku panjang stasiun, menangis tanpa suara, memegangi dadanya yang berdetak kencang. Kau tahu mengapa ada banyak di antara mereka yang meminum pil anticemas? Ya, karena tidak bisa menahan letupan serangan panik seperti yang Dahayu rasakan ini. Lalu memangnya dunia berhenti agar Dahayu bisa menghela napas menenangkan diri sendiri? Tidak. Dunia tetap berjalan seperti seharusnya dan Dahayu harus menerima kenyataan yang ada. Orang-orang tetap beraktivitas dengan berbagai ekspresi, langit masih berwarna biru cerah, angin berhembus, burung berkeliaran bebas. Dunia tidak pernah mempedulikan kesedihannya.

"Gue rasa yang perlu lo lakuin cuma tetep jalan."

Dahayu termenung, memalingkan wajah untuk menemukan sesosok Dahayu lain dengan versi dewasa-atau memang itu adalah imajinasi buatanya karena stres berlebih, yang mana intinya, apa yang dikatakan tidaklah salah. Seakan suasana keributan stasiun berganti menjadi ruang kehampaan, sunyi dan sepi.

"Lo lagi belajar, wajar lo ngambil keputusan yang salah. Bukan berarti lo udah mati, lo cuma salah ngambil keputusan. Jadi satu-satunya yang bisa lo lakuin adalah perbaikin apa yang udah terlanjur terjadi. Satu hal yang harus lo inget, waktu nggak bisa diulang." Begitu saja sesosok itu menghilang terbuyarkan oleh suara ponsel bendering. Dahayu cepat-cepat menekan tombol hijau. Napasnya tertahan karena tidak mau terdengar isakan. Suara di seberang sana, Ratna mengabarkan. "Proposal lo diterima kampus, Ayu." Lengkingan semangat terdengar, "Selamat!" Setidaknya masih ada rezeki lain meskipun tidak sebanding-berkali lipat sangat tidak sebanding. Dahayu berusaha tersenyum tegar meski tidak terlihat oleh temannya. Mulai berjalan di pinggiran stasiun, menulusuri peron, agar bisa masuk ke kereta untuk pulang ke rumah.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Diary untuk Arland
Rika Kurnia
Flash
Sampah
Art Fadilah
Cerpen
Hati
Foggy FF
Novel
Gold
3 Little Angels
Mizan Publishing
Skrip Film
I AM AN AUTISTIC GIRL
Isti Anindya
Cerpen
Cinta Kenapa Salah ???
Adelani Puput Ayuningtyas
Novel
PINJAM DULU SERATUS
Euis Shakilaraya
Flash
Mangga di Luar Jendela Kamar
Sulistiyo Suparno
Novel
Kopi , senja ,mules?
BlackTruffleGvrl
Novel
Fiksi Daripada Empat Windu, Atau Empat Windu Daripada Fiksi?
Petrus Setiawan
Komik
Bronze
I For myself
Astira Izzatul Azzahra
Cerpen
Apa itu Harmonis?
Anipri
Novel
Bronze
Gone
jingria_jk
Skrip Film
Sepucuk Surat dari Bumi Untuk Langit
Bond Monosta
Skrip Film
Love From The Sea
Affa Rain
Rekomendasi
Flash
Sampah
Art Fadilah
Cerpen
Mereka Menyebutnya Pemeran Antagonis
Art Fadilah
Flash
Empati Sederhana
Art Fadilah
Flash
Hujan dan Bunga
Art Fadilah
Flash
Kedamaian di Dalam Air
Art Fadilah
Novel
Peti Uang
Art Fadilah
Flash
Naive
Art Fadilah
Novel
Darkpunzel
Art Fadilah
Flash
KoiN 2
Art Fadilah
Cerpen
Naive
Art Fadilah
Flash
Perempuan Evolusi
Art Fadilah
Flash
Mereka Menyebutnya Pemeran Antagonis
Art Fadilah
Flash
Banjir yang Tidak Jadi Datang
Art Fadilah
Flash
Aruna Mengerti
Art Fadilah
Flash
MAMA
Art Fadilah