Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
CAKRAM
0
Suka
1
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Baju cakra basah kuyup, kabut malam ini begitu tebal hingga menutup jalanan malam ini. Cakra mendesah kesal. Pukul satu malam saja sudah sebasah ini.

Didepan sana ada pertigaan, cakra berbelok ke kanan sepuluh meter kemudian ke kiri. Sampailah ia pada pemukiman penduduk yang sangat sepi. Didepan rumah bercat hijau, cakra memasukkan kunci berwarna tembaga ke dalamnya. Setelah pintu terbuka, cakra menutup pintu kembali dan beranjak menuju kamarnya yang berada disebelah kiri pintu masuk.

Sebelum tidur, Cakra mengeluhkan sikap ana yang sangat abai padanya. Tepatnya pukul enam malam, Cakra didepan rumah ana. Rencananya sih, jalan-jalan ke pasar malam. 'mumpung malam minggu' pikir Cakra.

Ana memegang selempang tas, wajahnya muram. Kali ini cakra tak bertanya apapun. Ia tak mau memperkeruh suasana.

Setelah sampai di pasar minggu, Cakra mengajak Ana menaiki kincir raksasa. Ia melihat raut wajah ana yang muram, sepertinya ana sudah lumayan senang hatinya.

"Gimana? Kamu senang?" Ucap Cakra sembari melihat ayunya wajah ana.

Lagian siapa yang tak bisa jatuh cinta ada ana? Perempuan ayu yang disukai lelaki sejagad raya ini. Mungkin kalau kamu melihat Ana, kamu pula yang jatuh cinta hingga menjadi gila karenanya.

Ana matanya sipit , nyelirit seperti bulan sabit, alisnya bak artis korea. Belum lagi senyumannya yang manis seperti gula aren.

Apalagi kali ini bulan purnama juga ikut menyinari wajahnya.

"Bang Cakra, Ana mau ngomong"

Ana menolehkan kepalanya ke arah Cakra. Terlihat wajah sendu di wajah ana.

"Ngomong apa?" Jawab Cakra

"Kayaknya kita sampai disini aja." Ucap Ana.

"Maksudnya? Sampai disini? Jatuh dong? Ini lagi diatas loh dek."

"Maksud ana, kita udahan sampai disini aja. Mama udah jodohin Ana sama anak kepala desa. Ana harap abang dapat perempuan yang lebih baik dari Ana. Ana cinta Abang, tapi dunia tidak merestui kita untuk bersama. Lebih baik, kita masing-masing aja ya mas. Habis ini, Mas Andri jemput Ana. Jadi, Abang pulang saja." Jelas Ana.

"Kenapa tiba-tiba sekali? Bukankah aku sudah bilang ke Orang Tuamu kalau aku ingin berjuang memiliki dan membahagiakanmu? Mengapa kamu seperti ini?"

"Kamu sebatang kara. Itu kata Mama. Tolong bantulah aku supaya jadi anak yang berbakti, Mas" ucap Ana dengan penuh permohonan.

"Baik. Setelah dari sini, kita berpisah. Terimakasih atas waktu yang telah kamu berikan. Aku harap, Andri lebih besar cintanya terhadapmu dibanding aku." Lirih Cakra.

Dunia seakan runtuh ketika ucapan perpisahan itu tiba. Mama Ana memang tidak menyukainya, tapi ia sudah sowan dan berkata untuk meminta izin setidaknya diberikan waktu untuk bisa membahagiakan Ana. Namun takdir berkata lain, anak kepala desa lebih beruntung daripada Cakra.

Setelah kincir angin itu berhenti, Cakra meninggalkan Ana tanpa sepatah katapun.

Hati yang terangkai menjadi satu perlahan pudar dan tak menyisakan setitik pun untuk menjadi utuh kembali.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Gold
The Fire Sermon
Noura Publishing
Flash
Mbak Yang Ketemu Kemarin
Luca Scofish
Flash
CAKRAM
Bahagia Mendunia
Cerpen
Bronze
Perwakilan rindu di pelupuk mata
penulis kacangan
Skrip Film
Mencari Surga di Warung Kopi
Eric Shandy Admadinata
Novel
Luka & Lara
Hana Lestari
Novel
Gold
Gerimis di Arc de Triomphe
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Amarah Dan Cinta
Yellowflies
Novel
Cinderella's Stepsister
Noviyanti
Novel
Bronze
Please, Bloom!
Wardatul Jannah
Flash
Bronze
Cinta tapi Gengsi
Aizawa
Novel
Gold
Pangeran Bumi, Kesatria Bulan
Mizan Publishing
Novel
Shades of Cool
Ayuwening Tyaswuri
Flash
Tentang Dia
Nisaul Mardiah
Cerpen
Bronze
Hujan Bulan Desember
Khairul Azzam El Maliky
Rekomendasi
Flash
CAKRAM
Bahagia Mendunia
Flash
Re-Send
Bahagia Mendunia
Novel
NARA
Bahagia Mendunia
Cerpen
Millboy
Bahagia Mendunia