Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Raja Ghosting
0
Suka
1,580
Dibaca

"Hai, namaku Hasbi. Salam kenal, ya," ujar seorang pria sambil menjulurkan tangannya. Ia adalah pria yang Alika kenalkan padaku.

"Halo, aku Nadia. Salam kenal. Alika juga banyak bercerita tentangmu," sahutku.

"Oh ya? Dia juga banyak menceritakanmu padaku."

Kami berbincang cukup lama. Dan ya, amat menyenangkan berbicara dengannya. Seperti itu first impression dariku saat kami pertama bertemu.

Hari itu Hasbi mengajakku membeli es krim yang cukup ramai diserbu pembeli. Dan kalian tau? Varian rasa kesukaanku sama dengannya. Es krim vanilla dengan topping marshmallow. Kami tertawa. Karena ternyata bukan hanya perkara es krim saja, bahkan selera musiknya pun sama.

Di tengah kebersamaan kami, aku menyempatkan untuk menghubungi Alika. Teman dekatku yang menjadi jembatan pertemuan antara aku dan Hasbi. Bahkan Hasbi sendiri pun memintaku mengajak Alika video call.

"Eh, diangkat, nih," ucapku memberitahu Hasbi yang duduk berhadapan denganku.

"Halo Alikaaa." Aku menyapa Alika melalui layar ponselku.

"Alika." Hasbi melakukan hal serupa seraya melambaikan tangan pada Alika.

"Oh, bagus ya kalian. Ceritanya lagi first date ngga ngajak-ngajak, ya," sahut Alika di seberang sana.

"Ya masa first date ngajak temen, nanti dikira cewe gue ada dua dong," jawab Hasbi. Dan aku hanya senyam-senyum mendengarnya.

"Emang udah jadi Nadia cewe lo?" Pertanyaan maut dari Alika membuatku dan Hasbi sontak saling bertatapan.

"Al," ujarku sambil menatap Alika serius.

"Gapapa, deh. Semoga kalian beneran jadi, ya. Gue udah lama ngga ngeliat 2 temen gue ini mode bucin."

"Langsung main buka kartu ya Alika ini."

"Haha. Udah dulu deh, gue mau undur diri. Udah, kalian nikmatin aja waktu berdua nya ya, babaiii." Tanpa menunggu jawaban, Alika langsung saja memutuskan panggilan video itu.

Aku terdiam. Emm, agak canggung ngga sih jadinya? Hasbi juga terdiam. Untuk beberapa menit kami hanya asik membenahi barang masing-masing.

"Nad." Akhirnya Hasbi memanggilku lebih dulu.

"Iya?"

"Ah, engga. Cuma manggil."

"Ih."

"Pulang, yuk. Aku antar, ya."

"Aku mau mampir toko buah dulu, aku pulang sendiri aja, deh."

"Toko buah?"

"Iya, aku pengen bikin salad buah."

"Ya udah aku antar. Udah sore ngga tenang juga kalo kamu pulang sendirian."

"Ya elahh, aku ngga bakal nyasar di kota sendiri ngga sih?"

"Pokoknya aku antar."

"Ya udah."

Apa-apaan ini? First time ketemu tapi ngobrolnya udah nyambung, punya beberapa kesamaan, dan sekarang malah diantar pulang.

Aku tidak hanya diam selama di perjalanan pulang. Hasbi pun tidak membiarkanku diam. Kami saling bertukar pertanyaan, bertukar cerita. Menceritakan hal-hal sederhana tentang kehidupan masing-masing.

Tertawa lepas? Ya, akhirnya aku bisa kembali tertawa selepas ini. Seperti ada bibit kebahagiaan yang baru saja tumbuh. Nadia, Nadia.. Semudah itu kah hati mungilmu luluh? Aku tertawa kecil meliat diriku sendiri. Dan ternyata, sedari tadi seseorang juga sedang memandangi wajah ceriaku dari layar kaca spion motornya. Hasbi tersenyum memandangi tingkah lucuku. Tersadar akan tatapan itu, aku menutup wajah dengan 10 jariku.

"Ngapain nutupin muka gitu?" tanya Hasbi sambil menahan tawanya.

"Malu, ada yang liatin dari tadi."

"Telat banget malunya. Udah diliatin dari pertama ketemu padahal."

"Ihh, Hasbiii." Aku memasang wajah kesal. Tapi Hasbi malah tertawa kecil. Seperti sangat senang meledekku.

"Lucu banget si." Kalimat itu melesat begitu saja dari mulutnya. Seolah memberi blush on merah muda di pipiku.

***

Aku tiba dengan selamat tepat di depan rumahku. Melambaikan tangan pada Hasbi yang membuatnya melenggang pergi usai membalas lambaian tanganku.

Bahkan saat malam tiba, kami belum juga berhenti berbalas pesan. Bahkan, seperti belum cukup seharian bersama panggilan WhatsApp pun tak bisa ku tolak.

"Bobo, gih. Anak bayi ngga boleh tidur malam-malam," ujarnya.

"Nelfon jam segini cuma mau nyuruh bobo nih, si paling udah dewasa," balasku.

"Haha ngga juga. Tapi bener ih, tidur. Cape kan abis jalan-jalan seharian ini?"

"Ngga sih. Seru tau."

"Asik. Berarti harus sering-sering main bareng kalo gitu."

"Gamau ah. Nanti diledekin Alika, lho."

"Biarin. Gih, tidur."

"Ya udah aku matiin, ya."

"Ngapain dimatiin? tidur tinggal tidur. Sambil sleep call gitu loh."

"Malu."

"Ngapain malu Nadiaa? Kan cuma telfon bukan video call. Kamu tidur juga ngga keliatan."

"Oh iya, ya."

"Lucu ih. Kecuali kalo kamu ngorok lah baru tuh seru."

"Ih takut. Matiin aja deh."

"Ngga usah rewel. Udah, tidur aja ngga usah dimatiin."

"Terserah, deh. Kalo cape nemenin orang tidur matiin aja sama kamu, ya."

"Ngga akan. Dah, sok. Selamat malam, tidur yang nyenyak, mimpi yang indah, Nadia Syafatun Nisaa."

Aku terbelalak. Pria itu menyebut namaku dengan amat lengkap. Dari mana dia tau? Bahkan pada sosial mediaku pun hanya tertera Nadia Syafa, tidak selengkap aslinya.

Aku masih terdiam. Belum menutup mataku sempurna. Aku masih ingin mendengar apa yang ia ucapkan.

"Nad udah tidur, ya?"

"Okey, diam artinya iya."

"Nad, jujur aku kagum padamu. Sangat kagum. Sampai aku bingung bagaimana agar merasa pantas untukmu."

Kalimat-kalimat itu membuatku terkejut. Jujur, mataku bukan merasa ngantuk justru makin sulit terpejam. Apa maksud perkataan Hasbi?

***

Tepat 1 minggu. Sejak sleep call malam itu, pesan-pesan singkat dari Hasbi tidak lagi ku dapatkan. Memang, akhir-akhir ini aku juga disibukkan dengan pekerjaanku. Tapi, bukan berarti aku tidak menunggu bunyi notifikasi darinya.

Aku mencoba berpikir positif. Membuka room chat dengan Hasbi. Berniat menurunkan gengsi untuk memulai obrolan baru. Dan aku terkejut. Profil WhatsApp-nya kini kosong. Kemana pula perginya pemberitahuan online, terakhir dilihat dan bio Hasbi yang semula bertuliskan "Ada" ?

Tidak ingin terus-menerus berprasangka, aku benar-benar menguji kekuatan hatiku sendiri dengan menghampiri kenyataan itu. Aku mengirim sebuah pesan pada nomor yang seperti mati itu.

"Hasbi? Ada apa ini?"

Dan ya, ceklist satu.

"Ini seorang Nadia Syafatun Nisaa dighosting, nih?" ucapku meledek diri sendiri.

"Gapapa kok, aku gapapa. Gapapa kan? Hey, gapapa. Jangan nangis, Nad. Heyy." Aku berusaha menguatkan diri dengan menepuk-nepuk bahuku sendiri. Namun, air mata itu lebih nyata.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
Please, Bloom!
Wardatul Jannah
Novel
Bronze
Anti Cancer
zee astri
Flash
Tak Terbiasa
Snow Write
Flash
Raja Ghosting
Nuriska Beby
Novel
Bronze
Gho(st)alker
Snow Write
Novel
MILAN-Kasih tak Sampai
Fitriya
Novel
Gold
Iris
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Still With You
Arinaa
Novel
DEDES : The Good Old Days
Penasarasa
Novel
Bronze
Musim Dingin di Izmir
Diana Dia
Novel
Bronze
Aksara dan Kacamata Ajaib
Rizasa Vitri
Novel
Gold
Beauty
Bentang Pustaka
Novel
Diujung Usia Kita Bertemu
Rasya hamzadinata
Novel
Aku, Hujan, dan Pelangi
Calse Ratnasari Soegiarto
Novel
Bronze
Memories of You in Seoul
nayla shafiyah
Rekomendasi
Flash
Raja Ghosting
Nuriska Beby
Novel
Mencintaimu Adalah Histori
Nuriska Beby
Flash
Ratu ghosting
Nuriska Beby
Novel
Damai Atas Luka
Nuriska Beby
Novel
Yang Terpilih
Nuriska Beby