Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kupikir, itu adalah momen yang tepat.
Setidaknya bagiku.
Aku tak pernah tahu dari mana kisah ini dimulai.
Tiba-tiba saja, kita selalu ada untuk satu sama lain—atau mungkin kau yang selalu di sana, dan itu berarti banyak untukku. Tiba-tiba saja, aku memandangmu sebagai sesuatu yang entahlah—mungkin lembut? Agak perhatian? Sedikit penuh gengsi?—yang tanpa aku sadari, aku ... mulai menganggapmu penting.
Entah untuk apa.
Kau bukan tipe orang yang tenang, namun ... ada hening di setiap jejak yang kau singgahi. Aku, sampai saat ini pun tidak tahu apa itu. Hening itu menguar segala risau di kepalaku, hening itu mengganti pekikan tak nyaman di dadaku menjadi sesuatu yang lebih riang, lebih menyenangkan untuk dirasa.
Hening itu ... menghidupkanku.
Aneh ya? Aku pun tak mengerti itu apa.
Baiklah, mungkin aku mengerti, mungkin tidak, mari kuperjelas.
Mungkin—semua kawanku mengakui itu bukan mungkin—mungkin, ya, aku menganggap itu masih sebuah kemungkinan. Mungkin—maaf terus mengulanginya—aku menyukaimu.
Oh, ini terasa begitu asing.
Aku mengungkap dengan lantang bahwa aku menyukai orang itu, aku tergila-gila padanya, aku jatuh ke ujung samudra hanya untuk menikmati dingin hatinya. Tapi, aku tak melakukan itu padamu.
Aku, sampai saat ini pun masih bingung.
Kau datang bagai sesuatu yang memang seharusnya ada untukku, tapi tidak untuk kumiliki. Kau memberiku apa pun yang aku harapkan datang darinya, dan aku—saat itu—tak sadar dengan apa yang terjadi.
Kau menyuntikkan setitik keberanian, dan aku berubah menjadi sesuatu yang jauh, sangat jauh dari gadis kecil dibalik awan hitam penuh kilat itu. Oh ... kau mengubahku dari berbagai aspek bahkan ketika aku tak pernah memintanya.
Aku tidak pernah menyampaikan harapanku dengan lantang, bahkan pada Tuhan sekalipun. Aku merasa mulutku terlalu beracun untuk melontarkan harapan baik, terutama untuk hubunganku dengan manusia lain.
Jadi, aku hanya diam.
Tapi, semesta seperti sedang memberimu kekuatan untuk mengabulkan harapan-harapan itu padaku. Kau memberiku berbagai jenis hadiah, lebih dari apa yang aku harapkan. Itu bukan hal besar, bahkan untuk semua orang di sekelilingku, itu pasti bukan hal yang besar.
Itu biasa saja.
Setidaknya bagi semua orang di sekitarku, atau bahkan untukmu.
Semua itu hanya momen-momen kecil, aku pun yakin kau pun tidak menganggap itu hal yang berarti. Aku mungkin hanya terlalu lama berada di kubangan lumpur, hingga ketika aku melihat seseorang mencoba membersihkan satu ujung kuku hitamku, aku merasa seluruh tubuhku telah dibersihkan.
Aku mungkin hanya titik kecil di dalam hidupmu, dalam sebuah perjalanan yang sedang kau tempuh. Aku bukan sesuatu yang layak hinggap sebagai kenangan, sebagai sesuatu yang mengesankan. Aku tentu tidak memiliki sesuatu yang semagis itu.
Namun, tidak peduli dengan apa yang ada di pikiranmu tentangku. Aku, mencoba mengakuinya. Aku, mungkin harus mengakuinya. Kau itu ... telah mengubahku.
Kau ternyata, adalah salah satu dari sekian kecil pemantik andal yang muncul di hidupku.
Membuatku merasa memiliki sedikit cahaya untuk berjalan.
Membuatku sadar bahwa dalam keheningan pun, aku tetap bisa merasa begitu senang.