Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Jurus Pemikat Pedagang Sepatu
1
Suka
8,274
Dibaca

Tuan Marvil dari Kota Tengah telah berdagang sepatu ke berbagai kota. Pada perjalanan dagang kali ini, lelaki 60 tahun itu memenuhi kereta kudanya dengan 200 pasang sepatu. Ia juga membawa biola, peralatan sulap, pensil dan buku tulis, serta sebuah buku dongeng H.C. Anderson.

Ketika singgah di Kota Timur, Tuan Marvil menjajakan sepatu dagangannya di dekat alun-alun. Ia tahu bila warga Kota Timur gemar mendengarkan musik, maka lelaki tua itu segera memainkan biola.

Orang-orang mendekat dan berkumpul mengelilingi Tuan Marvil, untuk mendengarkan secara saksama dan terpesona dengan permainan biola lelaki kurus jangkung itu. 

Ketika telah usai memainkan biola, Tuan Marvil membungkukkan badan pada orang-orang yang mengerumuninya.

“Terima kasih, kalian telah menyempatkan untuk mendengarkan alunan biola saya. Ini merupakan kehormatan bagi saya dan sepatu-sepatu saya,” kata Tuan Marvil.

Orang-orang bertepuk tangan. Ada yang kemudian pergi, ada pula yang membeli sepatu-sepatu Tuan Marvil. Tiga hari berdagang di Kota Timur, ia berhasil menjual 75 pasang sepatu.

Kemudian Tuan Marvil melanjutkan perjalanan dagangnya ke Kota Selatan. Ia menjajakan dagangannya di dekat stasiun kereta api. Ia tahu bila warga Kota Selatan gemar menonton sulap, maka lelaki tua itu segera mengeluarkan peralatan sulapnya.

Orang-orang mendekat dan terhibur dengan permainan sulap Tuan Marvin. Ketika selesai bermain sulap, ia membungkukkan badan pada orang-orang.

“Terima kasih, kalian telah menyempatkan menonton pertunjukan sulap yang sederhana ini. Ini merupakan kehormatan bagi saya dan sepatu-sepatu saya,” kata Ruan Marvil.

Orang-orang bertepuk tangan. Ada yang segera pergi, ada pula yang membeli sepatu Tuan Marvil. Tiga hari berdagang di Kota Selatan, Tuan Marvil berhasil menjual 75 pasang sepatu.

Tuan Marvil beristirahat di tepi danau dan mendirikan tenda untuk bermalam. Malam sebelum tidur, ia membaca buku, lalu menulis beberapa puisi.

Keesokan harinya, Tuan Marvil melanjutkan perjalanan menuju Kota Barat. Ia menjajakan sepatu dagangannya di dekat Balai Kota. Ia tahu bila warga Kota Barat gemar menonton pembacaan puisi, maka lelaki tua itu segera membaca beberapa puisi karyanya.

Orang-orang mendekat untuk menonton Tuan Marvil membaca puisi. Setelah pembacaan puisi selesai, ia membungkukkan badan pada orang-orang.

“Terima kasih, kalian telah menyempatkan untuk menikmati puisi-puisi sederhana karya saya. Ini merupakan kehormatan bagi saya dan sepatu-sepatu saya,” kata Tuan Marvil.

Orang-orang bertepuk tangan. Ada yang pergi, ada pula yang membeli sepatu Tuan Marvil. Tiga hari berdagang di Kota Barat, ia berhasil menjual 49 pasang sepatu.

Tuan Marvil beristirahat di tepi sebuah sungai dan mendirikan tenda untuk bermalam. Sebelum tidur, ia membaca buku dan memikirkan jurus pemikat berikutnya untuk berdagang di Kota Utara. Ia akan mendongeng, karena warga Kota Utara suka mendengarkan dongeng.

Tetapi, sepatu dagangan Tuan Marvil tersisa satu pasang. Bila begitu, kapan-kapan saja ia berdagang ke Kota Utara. Besok, ia akan pulang ke Kota Tengah.

***

Keesokan harinya, pada tengah hari, Tuan Marvil telah memasuki Kota Tengah. Ia segera menuju rumah Tuan Necker, si pembuat sepatu.

“Hanya sisa satu pasang,” kata Tuan Marvil.

“Luar biasa,” sahut Tuan Necker gembira. “Orang lain pulang berdagang membawa sisa sepatu yang banyak. Tetapi Anda mampu menjual banyak dan menyisakan satu pasang sepatu. Anda sungguh pandai berdagang, Tuan Marvil.”

“Saya menggunakan jurus pemikat yang berbeda untuk tiap tempat yang saya kunjungi, Pak Necker,” jawab Tuan Marvil.

Tuan Necker memberikan sekantung uang pada Tuan Marvil.

“Ini uang bagi hasil, dan ini uang hadiah untuk Anda, Tuan Marvil,” kata Tuan Necker.

“Terima kasih, Tuan Necker.”

Tuan Necker juga memberikan sepatu sisa dagangan itu pada Tuan Marvil. “Ini sepatu untuk Anda. Anggaplah sebagai bonus.”

“Terima kasih kembali, Tuan Necker. Anda sungguh berhati mulia,” jawab Tuan Marvil bahagia.

Tuan Marvil mengendarai kereta kudanya dengan wajah ceria dan hati gembira. Ia akan memberikan uang itu pada istrinya, dan memberikan sepatu itu pada Albert, anak bungsunya yang menginjak dewasa.

***SELESAI***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Jurus Pemikat Pedagang Sepatu
Sulistiyo Suparno
Skrip Film
Sweet Taste of Demise
Rahmat Gunawan
Flash
Bronze
Sampan Tua
Afri Meldam
Cerpen
Akhir Pengabdian
Tika Sofyan
Cerpen
Mereka Menyebutnya Pemeran Antagonis
Art Fadilah
Cerpen
Bronze
Apakah Kampus Hanya Melahirkan Sarjana sebagai Sekrup Kapitalis?
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Pada Sebuah Foto
Diani Anggarawati
Novel
Siapa Tau?
Airlangga Kusuma
Novel
Bukan Tidak Hanya Belum
tin lovatin
Skrip Film
Singgah tak Sungguh
Oktaviona Bunga Asmara
Skrip Film
Before Tomorrow
Noor Cholis Hakim
Skrip Film
Anaya : Jiwa yang hilang
Devy Nur Afifah Fadhilah
Flash
Perang Terbuka
Berkat Studio
Flash
Mangga di Luar Jendela Kamar
Sulistiyo Suparno
Novel
Bumi Para Pembelit
Noor Cholis Hakim
Rekomendasi
Flash
Jurus Pemikat Pedagang Sepatu
Sulistiyo Suparno
Flash
Mangga di Luar Jendela Kamar
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Radio Kuna Kunawi
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Pembunuhan yang Sempurna
Sulistiyo Suparno
Flash
Menggambar Matahari
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Dering Telepon Tua
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Nama Istimewa
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Pangeran di Bus Kota
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Konsultan Skripsi
Sulistiyo Suparno
Flash
Kursi Goyang Nenek
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Rolet dan Pisau Lipat
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Beruang Lapar
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Buku Mimpi Mimi
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Ramalan Bintang
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Demit Berambut Api
Sulistiyo Suparno