Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Jurus Pemikat Pedagang Sepatu
1
Suka
11,311
Dibaca

Tuan Marvil dari Kota Tengah telah berdagang sepatu ke berbagai kota. Pada perjalanan dagang kali ini, lelaki 60 tahun itu memenuhi kereta kudanya dengan 200 pasang sepatu. Ia juga membawa biola, peralatan sulap, pensil dan buku tulis, serta sebuah buku dongeng H.C. Anderson.

Ketika singgah di Kota Timur, Tuan Marvil menjajakan sepatu dagangannya di dekat alun-alun. Ia tahu bila warga Kota Timur gemar mendengarkan musik, maka lelaki tua itu segera memainkan biola.

Orang-orang mendekat dan berkumpul mengelilingi Tuan Marvil, untuk mendengarkan secara saksama dan terpesona dengan permainan biola lelaki kurus jangkung itu. 

Ketika telah usai memainkan biola, Tuan Marvil membungkukkan badan pada orang-orang yang mengerumuninya.

“Terima kasih, kalian telah menyempatkan untuk mendengarkan alunan biola saya. Ini merupakan kehormatan bagi saya dan sepatu-sepatu saya,” kata Tuan Marvil.

Orang-orang bertepuk tangan. Ada yang kemudian pergi, ada pula yang membeli sepatu-sepatu Tuan Marvil. Tiga hari berdagang di Kota Timur, ia berhasil menjual 75 pasang sepatu.

Kemudian Tuan Marvil melanjutkan perjalanan dagangnya ke Kota Selatan. Ia menjajakan dagangannya di dekat stasiun kereta api. Ia tahu bila warga Kota Selatan gemar menonton sulap, maka lelaki tua itu segera mengeluarkan peralatan sulapnya.

Orang-orang mendekat dan terhibur dengan permainan sulap Tuan Marvin. Ketika selesai bermain sulap, ia membungkukkan badan pada orang-orang.

“Terima kasih, kalian telah menyempatkan menonton pertunjukan sulap yang sederhana ini. Ini merupakan kehormatan bagi saya dan sepatu-sepatu saya,” kata Ruan Marvil.

Orang-orang bertepuk tangan. Ada yang segera pergi, ada pula yang membeli sepatu Tuan Marvil. Tiga hari berdagang di Kota Selatan, Tuan Marvil berhasil menjual 75 pasang sepatu.

Tuan Marvil beristirahat di tepi danau dan mendirikan tenda untuk bermalam. Malam sebelum tidur, ia membaca buku, lalu menulis beberapa puisi.

Keesokan harinya, Tuan Marvil melanjutkan perjalanan menuju Kota Barat. Ia menjajakan sepatu dagangannya di dekat Balai Kota. Ia tahu bila warga Kota Barat gemar menonton pembacaan puisi, maka lelaki tua itu segera membaca beberapa puisi karyanya.

Orang-orang mendekat untuk menonton Tuan Marvil membaca puisi. Setelah pembacaan puisi selesai, ia membungkukkan badan pada orang-orang.

“Terima kasih, kalian telah menyempatkan untuk menikmati puisi-puisi sederhana karya saya. Ini merupakan kehormatan bagi saya dan sepatu-sepatu saya,” kata Tuan Marvil.

Orang-orang bertepuk tangan. Ada yang pergi, ada pula yang membeli sepatu Tuan Marvil. Tiga hari berdagang di Kota Barat, ia berhasil menjual 49 pasang sepatu.

Tuan Marvil beristirahat di tepi sebuah sungai dan mendirikan tenda untuk bermalam. Sebelum tidur, ia membaca buku dan memikirkan jurus pemikat berikutnya untuk berdagang di Kota Utara. Ia akan mendongeng, karena warga Kota Utara suka mendengarkan dongeng.

Tetapi, sepatu dagangan Tuan Marvil tersisa satu pasang. Bila begitu, kapan-kapan saja ia berdagang ke Kota Utara. Besok, ia akan pulang ke Kota Tengah.

***

Keesokan harinya, pada tengah hari, Tuan Marvil telah memasuki Kota Tengah. Ia segera menuju rumah Tuan Necker, si pembuat sepatu.

“Hanya sisa satu pasang,” kata Tuan Marvil.

“Luar biasa,” sahut Tuan Necker gembira. “Orang lain pulang berdagang membawa sisa sepatu yang banyak. Tetapi Anda mampu menjual banyak dan menyisakan satu pasang sepatu. Anda sungguh pandai berdagang, Tuan Marvil.”

“Saya menggunakan jurus pemikat yang berbeda untuk tiap tempat yang saya kunjungi, Pak Necker,” jawab Tuan Marvil.

Tuan Necker memberikan sekantung uang pada Tuan Marvil.

“Ini uang bagi hasil, dan ini uang hadiah untuk Anda, Tuan Marvil,” kata Tuan Necker.

“Terima kasih, Tuan Necker.”

Tuan Necker juga memberikan sepatu sisa dagangan itu pada Tuan Marvil. “Ini sepatu untuk Anda. Anggaplah sebagai bonus.”

“Terima kasih kembali, Tuan Necker. Anda sungguh berhati mulia,” jawab Tuan Marvil bahagia.

Tuan Marvil mengendarai kereta kudanya dengan wajah ceria dan hati gembira. Ia akan memberikan uang itu pada istrinya, dan memberikan sepatu itu pada Albert, anak bungsunya yang menginjak dewasa.

***SELESAI***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Thantophobia : Rasa Takut Kehilangan Orang yang Dicintai
ahmad dicka hudzaifi
Novel
Bronze
Pelangi Pengganti
Nu
Flash
Manusia Yang Tak Dianggap
Yaraa
Flash
Jurus Pemikat Pedagang Sepatu
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Diammu Bukan Emas
aksara_g.rain
Novel
Maaf Aku Meniduri Ranjangmu
Aji Najiullah Thaib
Novel
Mengulang kisah
Suyanti
Novel
Derita Anak Tengah
M. Nashoihul Ibad
Skrip Film
midnight, sunshine
mohammad risky elbareztha
Novel
Rundung
ZAHRA SAFARR
Skrip Film
WOLFDADDY (SCRIPT)
Jonem
Skrip Film
Raga for Nada
Mitra putri
Flash
Bronze
Rasa Kehilangan
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Toko Kue Buka Hari Lebaran
Nabilla Shafira
Cerpen
Pashmina Perpisahan
SURIYANA
Rekomendasi
Flash
Jurus Pemikat Pedagang Sepatu
Sulistiyo Suparno
Flash
Pembaca Pikiran
Sulistiyo Suparno
Flash
Berdoa yang Sederhana Saja
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Mengampuni Maling
Sulistiyo Suparno
Flash
Pengkhianat
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Merindukan Sonep
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Semua Hari Baik
Sulistiyo Suparno
Flash
Nyanyian Penyemangat Hidup
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Gadis Berkuncir Ekor Kuda
Sulistiyo Suparno
Flash
Nyonya Gerda dan Sepasang Rusa
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Apartemen
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Memetik Sunset
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Dua Perjaka Tua
Sulistiyo Suparno
Flash
Perjalanan Mengunjungi Sahabat
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Cinta Pertama
Sulistiyo Suparno