Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Last Day
1
Suka
2,913
Dibaca

Setiap hari aku berpikir, kapan aku bisa memberitahu yang sebenarnya kepadamu bahwa aku akan pergi. Melihatmu yang selalu tertawa saat bersamaku, melihat senyumanmu yang tidak pernah luntur di hadapanku, serta mengingat semua bentuk perhatian kecilmu kepadaku, membuatku semakin takut untuk berbicara jujur kepadamu.

Tapi hari ini, kurasa aku harus memberitahukannya kepadamu. Aku tidak ingin terus-menerus menyembunyikan ini.

"Setelah lulus sekolah, aku akan pergi," ucapku kepada seorang lelaki jangkung yang tengah menyapu lantai bersamaku di kelas. Akhirnya, aku berani untuk mengungkapkannya.

Lelaki jangkung bernama Joko itu refleks menatapku terkejut. Meskipun pandanganku tetap terfokus pada lantai yang saat ini tengah kusapu, tetapi aku dapat merasakannya dengan jelas.

"Memangnya, kamu mau pergi ke mana?" tanya Joko dengan satu tangannya yang menumpu di gagang sapu.

Mendengar pertanyaan Joko, aku pun mengangkat kepala dan menatapnya. "Aku akan kuliah ke luar negeri," jawabku singkat.

Joko terpaku sebentar. Detik selanjutnya, dia pun mengangguk samar sembari tersenyum tipis. "Oh, jadi kamu mau kuliah ke luar negeri? Selamat, ya!"

Joko kembali menyapu hingga semua kotoran dan sampah itu sudah benar-benar bersih. Sementara aku terus memperhatikan gerak-geriknya saat menyapu. Dia menggerakkan sapu itu sedikit kasar.

Karena lantai sudah bersih, aku pun meletakkan sapu ke tempatnya lagi. Kemudian aku mengejar Joko yang tengah membawa tong sampah untuk membuang isinya ke tempat pembuangan sampah di belakang gedung.

Melihat Joko yang tengah mengeluarkan semua sampah dari tong tersebut, sedikit pun aku tidak bicara, bahkan Joko pun tidak bertanya mengapa aku berdiri di sampingnya.

"Selesai!" seru Joko saat tong sampah di tangannya sudah bersih.

Joko membalikkan badan ke sebelah kiri kemudian menatapku dengan bingung. "Kenapa kamu mengikuti aku? Terus kenapa muka kamu sepertinya sedang sedih?"

Ya. Mukaku memang sedang sedih. Aku sedih karena akan meninggalkanmu dalam waktu singkat ini.

"Aku akan kuliah ke luar negeri," ungkapku lirih.

Joko tersenyum tipis. Dia merundukkan tubuhnya agar memudahkannya untuk melihat wajahku. Tanpa disangka, Joko mengusap rambutku dengan lembut. "Iya. Aku tahu kamu akan kuliah ke luar negeri. Bukankah aku sudah memberi ucapan selamat kepadamu? Jadi, kenapa wajahmu cemberut?" suara lembutnya itu kembali memenuhi gendang telingaku.

Jantungku berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya. Jangan sampai Joko mendengarnya. Karena itu akan sangat memalukan.

Joko menegakkan tubuhnya sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. "Kenapa kamu sedih? Harusnya kamu senang karena sebentar lagi, kamu akan pergi ke luar negeri."

Terdengar helaan napas berat dari Joko. Lelaki itu mengedarkan pandangan ke arah lain. "Aku juga ingin sepertimu. Bisa kuliah ke luar negeri. Kalau pun tidak memungkinkan, tidak apa-apa jika aku bisa kuliah di sini."

Aku memandang wajahnya yang penuh dengan sorot kesedihan dan harapan yang punah. Joko tidak melanjutkan kuliah karena dia harus bekerja untuk menghidupi ibu dan adiknya yang masih berusia 8 tahun.

"Kamu jangan sedih karenaku. Jangan karena aku tidak bisa kuliah ke luar negeri, kamu jadi tidak bahagia. Lakukanlah apa yang menjadi keinginanmu. Dan aku juga akan melakukan apa yang seharusnya aku lakukan," Joko menyelipkan senyuman manis setelah mengucapkan itu.

Yang dikatakan Joko itu benar. Aku sedih karena dia tidak bisa kuliah. Tapi ada hal lain yang sangat membuatku sedih.

"Aku sedih karena akan meninggalkanmu, Joko. Aku sedih karena setelah ini, kita tidak akan bertemu kembali," ucapku dengan berani menatap kedua matanya.

Joko tertegun sesaat kemudian tersenyum. "Kenapa kamu harus sedih meninggalkan seorang teman biasa sepertiku?"

Dengan cepat aku memotong kalimatnya. "Kamu bukan teman biasa. Kamu lebih daripada itu. Selama ini, aku menyebutmu sebagai orang spesial, Joko."

Mataku yang berkaca-kaca ini saling bertemu dengan mata sayu milik Joko. Lelaki itu tersenyum lebar kemudian memelukku dengan erat.

"Terima kasih karena aku tidak hanya menjadi seorang teman biasa untukmu," lirih Joko.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
We School : Sesak
Putri Lailani
Flash
Last Day
An Zaliya
Novel
Berbeda
Okuza
Novel
DANUM
Abroorza Ahmad Yusra
Novel
Gold
Alive
Mizan Publishing
Novel
PEREMPUAN TANPA GUNUNG
Aldi A.
Novel
Bronze
When You Believe
Mell Shaliha
Novel
Retak Berhamburan
blank_paper
Flash
Bronze
Degradasinya Santos
Nuel Lubis
Flash
Petualangan Maradona
Sulistiyo Suparno
Novel
Gold
Sohib Never Dies
Mizan Publishing
Novel
Gold
Teman Keren
Mizan Publishing
Novel
CINTA TERHALANG KRISMON
Lirin Kartini
Novel
Bronze
Querencia
Delana Siwarka
Flash
Bronze
Masih Banyak Ikan di Laut
Reyan Bewinda
Rekomendasi
Flash
Last Day
An Zaliya
Flash
Bronze
NOTIFIKASI
An Zaliya