Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Seuncang Beras
6
Suka
100
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Harga beras sedang tinggi-tingginya ketika aku dilahirkan, begitu kata Emak. Itu yang ia ingat di kepalanya tentang kelahiran aku –putri satu-satunya– dari suami yang kini sudah tak ada lagi di bumi ini.

Emak hidup dari baju-baju kusut dan kain-kain kotor yang minta dicuci-rapikan. Tak tahu kenapa, Emak sebagai anak “tengkulak” di kampungnya, memilih berangkat ke kota dan menjadi buruh pembilas.

Emak bilang, janganlah kau hidup menjadi jamur di sela kaki orang. Aku tak pernah tahu apa maksudnya.

Suatu hari, Emak membahas harga beras dengan pelanggan cuciannya.

“Harga beras sedang tinggi-tingginya, waktu si Sumi lahir,” umpatnya sambil mengacungkan telunjuknya ke langit. “Di kampung kami waktu itu, beras jadi barang mewah.”

“Bukannya kau ini anak saudagar beras? Tentu setiap hari, kau bisa melihat padi menghampar.”

Ia mendengkus. “Harga beras yang tinggi itu, seperti gatal-gatal di sela kaki. Mau digaruk salah, tak digaruk pun tetap salah.”

Pelanggannya tak banyak bicara. Ia membiarkan Emak melagu tentang harga beras yang tak pernah turun, hingga bapakku mangkat dari bumi ini.

Suatu hari, Emak mendapatkan order besar untuk menyetrika kaos-kaos yang dikenakan orang-orang berkampanye. Ia memanggilku.

“Hari ini kau bantu emakmu menyetrika, agar kita bisa makan nasi lagi. Sebakul untuk dua hari.”

“Bukannya harga beras sedang naik, Mak?” tanyaku.

“Aku membantu orang-orang yang bisa menurunkan harga beras.” Ia bertutur dengan kukuhnya. “Mereka orang-orang yang bisa kita percaya.”

“Menurunkan harga beras?”

“Mendatangkan beras untuk hari ini dan besoknya lagi. Tak peduli harganya naik sekalipun.”

Aku makin tak paham. “Gatal-gatal di sela kaki?”

“Bisa kita obati nanti,” kilahnya.

Betul saja, seminggu berturut-turut, emak tak mengeluh soal harga beras yang menjulang. Bahkan, tak lagi mengungkit hari-hari kelahiranku –saat harga beras naik di kampungnya.

Rasa penasaranku membuntang. “Tengkulak itu pekerjaan apa?”

Alis Emak yang tadinya rata, kini membeliut seperti ulat. Matanya memicing murka. “Darimana kau dapat kata-kata itu?”

“Setiap kali Emak bercerita tentang hari kelahiranku. Pelanggan kita selalu bilang, kan Emak anak tengkulak, mana bisa kesulitan beras?”

Emak diam. Lama sekali. Sampai besoknya tak pernah menjawab.

Hingga hari yang mengejutkan akhirnya datang. Emak mendapatkan order cuci setrika, kaos-kaos warna lainnya.

Aku mengintip persediaan beras kami di dapur, dan tergemap melihat seuncang beras di dalam lemari. Lantas kuhampiri Emak, yang sedang menggaruk telapak kakinya yang telanjang. “Gatal-gatal, Mak?”

Ia mengangguk. “Jamur air di sela kaki ini, sungguh bayaran yang luar biasa.”

“Kenapa kaosnya berbeda warna?”

Ia menggaruk-garuk jemari kakinya dengan langkas. “Warna jingga, bisa mendatangkan seuncang beras. Warna lainnya hanya sanggup mendatangkan beberapa genggam.”

“Bagaimana dengan kakimu yang gatal?”

“Sekujur tubuh gatal pun aku rela, kalau setiap hari seuncang beras jadi gantinya.”

“Bagimana kalau tak sembuh, Mak?”

Emak diam. Lalu kembali bercerita, harga beras sedang tinggi-tingginya ketika aku dilahirkan, sampai suaminya pergi dan tak pernah bernapas lagi. Sambil menemaniku, yang sibuk mencari arti “tengkulak” dalam buku-buku pelajaranku. Semoga setelah dewasa nanti, aku tak perlu bekerja seperti emak, hingga jamur air tumbuh di sela jari-jarinya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@carsun18106 : teh Riri bilang seuhah, saya jadi inget almarhum Bapak, osok nyebat seuhah lata lata 😂 (idiom yang nyaris nggak pernah ditemukan lagi di tatar sunda)
Oooh hahaha ai saya bacanya jiga baca seuhah gitu 😆😆😆
@carsun18106 : Sakarung Teh, hahhaa. Ini mah biar pada buka KBBI weh, Teh 🤭🤭🤭
Seuncang teh apa artinya 🤔
Rekomendasi dari Drama
Novel
Sawang Sinawang
Monita Alvia
Novel
Bronze
Dimensi Seperempat Abad
Ningrati Sumarto
Novel
Bronze
Peluit Angin Sang Adiwira
Nuha Azizah
Flash
Seuncang Beras
Foggy F F
Novel
Bronze
I'M CONFUSED NOW
Aurelia Fransiska Wijaya Kusuma
Novel
SEGITIGA
Youvita Ruby
Novel
Bronze
Morning, Doctor!
Deianeira
Novel
Gold
Metamorfosa
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Pertemuan Dua Anak di Pekuburan
Ari Keling
Cerpen
Bronze
KARAM
bibliosmia
Novel
Selena Tsabina - I Just Believe You
Angela Ann
Novel
Bronze
TERLARANG
Kartini Susilo Fitri
Novel
Bronze
Boundaries
ayurinp
Novel
Bronze
Pelangi Dibalik Hujan
Demelza Fidelia
Novel
Let It Flow
Afni Fay
Rekomendasi
Flash
Seuncang Beras
Foggy F F
Novel
Bronze
Sulur Waktu
Foggy F F
Cerpen
Namaku Luka
Foggy F F
Cerpen
Bronze
CINTA SAJA SEHARUSNYA CUKUP
Foggy F F
Flash
Rohaya dan Secangkir Sidikalang
Foggy F F
Novel
Bronze
Kue Lumpur Kayu Manis dan Rancang Bangun
Foggy F F
Cerpen
Bronze
The Legacy
Foggy F F
Cerpen
Jingga dan Pelangi di Manik Matanya
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy F F
Flash
Aku, Dirimu, dan Palung Mariana
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Babi Ngepet
Foggy F F
Cerpen
Mengadili Sengkuni
Foggy F F
Cerpen
Hati
Foggy F F
Cerpen
Ohrwurm
Foggy F F
Cerpen
Bronze
Save the Last Dance
Foggy F F