Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cerita dari masa sma ku saat melamun di kelas yang gak sengaja ku temuin pas buka-buka berkas lama. Cerita nya agak kurang jelas karena udah lama, dan gak ku benerin cuma kusalin langsung dari buku ke sini.
Petunjuk membaca : Gw gak tahu yang mana cowok dan cewek nya di dialog ya, gw juga bingung. Jadi dikira-kira sendiri aja.
Dah masuk ke cerita
___
"Aku selalu mencintaimu."
"Ah, um, bisa katakan sekali lagi?"
"Itu memalukan, tapi aku mencitaimu."
Wajahnya memerah bagai mawar tersiram darah, dan tanpa kusadari wajahku ikutan memerah.
"Jangan melihatku terus, itu membuatku malu."
Mengatakan itu sambil mengelus kepalaku, bukankah itu lebih memalukan.
"Setelah acara ini selesai, aku ingin kau pergi denganku ke suatu tempat."
"Pergi?"
Ini pertama kalinya dia bilang begitu. Biasanya dia selalu memaksakan keinginannya padaku.
Sisinya yang ini terlihat manis.
"Yah, ini bukan hal spesial."
"Baiklah, aku akan pergi"
"Benarkah?"
"Tentu. Lagipula aku sudah..."
"..."
"Bukan apa-apa, lebih baik kita segera masuk ke gedung."
Ini adalah hari terakhirku di sekolah ini. Apa yang akan kulakukan setelah ini? Bagaimana hubungan kami? Walaupun kami sudah pacaran, tapi aku baru saja lulus SMA, sedangkan dia adalah seorang wanita sukses yang mendekatiku tanpa mengetahui apapun tentangku.
"Mungkin aku harus memberitahunya."
***
Hubungan yang dimulai dari sebuah kebetulan. Waktu itu dia tiba-tiba menggodaku di depan umum. Apa-apaan itu? Dia seenaknya memperlakukanku. Tak kusangka kalau dia menyukaiku. Dan sekarang kami bahkan menjali hubungan.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Ahh, tidak. Aku hanya sedang melamunkan pekerjaanku."
"Pekerjaan, kah?"
"Kau sedang mencari pekerjaan, bukan?"
"Begitulah, tapi ku belum kemana-mana berapa hari ini."
"Kalau begitu lebih baik kita membahas mengenai resepsi kita."
"A-apa?"
aku hampir lupa dengan itu, dia benar-benar serius...
"Ah, itu bagaimana mengatakannya, aku ingin supaya aku mendapat pekerjaan lebih dulu, dan setidak nya aku harus memiliki penghasilan sekitar 400.000 Yen / bulan."
"Hmm..., kalau begitu baiklah."
benarkah? dia setuju?
"Tapi, sebagai gantinya. Aku ingin kita bertunangan terlebih dulu."
"Tunangan... yah, baiklah. Kurasa itu bagus, aku juga merasa ingin mengamankan posisiku saat ini."
"Me-mengamankan!"
"Oke, lusa nanti aku akan kerumahmu bertemu orangtuamu."
"Ah, mengenai itu..."
"Ada apa?"
...
"Jadi begitu, orang tuamu juga sudah meninggal"
"Maaf karena mengingatkan mu."
"Ah tidak apa-apa."
***
Dua minggu yang lalu aku bekerja paruh waktu dan mendapat uang untuk membelikan dia cincin. Gajiku sekitar 3000 yen/jam dan aku berhasil mengumpulkan uang sebesar 200.000 yen. Setidaknya aku igin membelikan dia cincin tunangan yang cocok untuk nya.
"Baiklah aku mendapatkannya!"
"Sekarang tinggal pergi kerumahnya."
***
"Apa ini rumahnya? Tunggu, bukankah aku pernah kerumahnya sebelumnya, kenapa aku lupa."
~Ding dong~
"Sebentar~"
"Ah, selamat datang, kau tidak bilang kalau ingin kerumahku, itu berantakan."
"Eh, ah, itu aku kesini karena-"
"Masuklah terlebih dahulu!"
"Kalau begitu, Permisi."
"Jadi, ada apa?"
"Emm, sebelum itu, aku ingin mengajakmu pergi"
"Kemana?"
"Bagaimana dengan taman hiburan?"
"Tentu, aku juga sudah lama ingin kesana."
***
"Wahh ini bagus sekali."
"Eh, benarkah? Bukannya taman hiburan selalu seperti ini?"
"Begitukah? Mungkin karena aku tidak pernah kesini bebeapa tahun ini. Baiklah pertama kita naik itu!"
"Eh, baru datang langsung naik jet coaster?"
"Aku dari dulu ingin naik itu bersama orang yang kucintai!"
ah, rasanya sangat menyenangkan dibilang begitu.
"Baiklah, ayo!"
...
"Wah, tadi itu sangat menyenangkan."
"Menyenangkan darimana, bukankah itu lebih seperti mainan iblis."
"Ah, kau berlebihan."
"Baiklah, selanjutnya yang itu!"
...
"Ini sangat bagus dilihat dari atas."
"Benar, aku sangat suka melihat pemandangan dari atas sini, sejak aku masih kecil"
Kami sekarang sedang naik kincir ria.
"Aku naik bersama ayah dan ibuku."
"Benarkah? Aku juga begitu dulu."
"Eh?"
"Oh, ngomong-ngomong ada yang ingin kuberikan padamu."
"Apa itu?"
Aku mengeluarkan kotak yang sudah kusiapkan tadi pagi, lalu berlutut dan membukanya.
"Shouko, dalam tahun berikutnya, dan seterusnya, aku ingin kau sebagai satu-satunya wanita yang bisa membuatku jatuh cinta, terus menerus."
"Dalam kehidupan selama 21 tahun ini, belum pernah ada wanita yang kucinta seperti aku mencintai mu. Aku ingin terus jatuh cinta padamu selama sisa hidupku!"
"Shouko, menikahlah denganku!"
Dia menangis, tapi wajahnya berseri-seri, membuat hatiku berdegup kencang.
"Taoka, kau selalu membuatku menangis, dengan tindakan, dan perkataanmu aku selalu terlalu senang setiap hari sampai menangis."
"Aku pasti akan menikah denganmu, Taoka!!"
Dengan itu aku resmi menjadi tunangan Shouko. Tak pernah kubayangkan ini benar-benar terjadi. Seolah hari ini adalah musim semi, aku terlalu bahagia dalam hidupku.
Note: Shouko! terdengar seperti wanita dewasa dengan usia remaja, bukan?
___
Sudah 2 tahun semenjak hari itu, kini aku sudah bekerja di perusahaan perdagangan, kehidupan ku sudah mulai seperti yang kuharapkan.
Dalam 3 bulan, kami berencana untuk menikah.
Setelah bertunangan, kami mulai tinggal bersama di rumah sewaan nya.
Dan hari ini, aku berencana untuk membeli sebuah apartemen untuk tinggal dengan Shouko.
"Baiklah, saatnya pulang!"
***
"Selamat datang."
Dia menyapaku saat aku sampai di rumah.
"Aku pulang."
"Masuklah!"
dia sudah kelihatan seperti seorang istri, pfft~.
"Hari ini aku berencana untuk membeli apartemen, apa kau mau ikut untuk melihat-lihat?"
"Benarkah? Kita akan tinggal bersama kan?"
"Tentu, bukankah itu sudah menjadi kebiasaan. Maksudku, aku tidak bisa memasak sendiri, dan kau melarangku makan makanan instan."
"Ah, kau mengatakannya~"
End!