Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bagi anak-anak di kampung kami, hantu dan penebok sama-sama mematikan. Aku tak perlu memberitahumu soal hantu sebab engkau sendiri sudah barang tentu tahu dan mungkin pernah melihatnya atau bahkan berteman baik dengannya. Apapun jenis hantu itu, aku sarankan agar kau lebih berhati-hati kalau berurusan dengannya -- kucuali ia adalah Casper.
Penebok beda lagi. Apa kau pernah mendengar soal penebok? Aku pernah mengatakan tentang penebok kepada temanku tetapi, karena dia berasal dari luar Singkep, dia balik bertanya apakah itu benar? Maksudnya, apakah benar kalau penebok suka menangkap anak-anak? Harus kukatan, ya!
Begitulah kabar yang tersebar di kampung kami ketika aku masih kanak-kanak. Aku cukup yakin kalau semua anak-anak yang lahir dan besar di Pulau Singkep -- tanpa terkecuali -- pernah mendengar soal penebok.
Masalahnya, penebok bukan sejenis jin dan kawan-kawannya yang bisa diusir dengan ayat-ayat Al-Quran. Dia manusia seperti kau dan aku. Karena itu, adalah hal yang mustahil untuk memastikan apakah orang asing yang kita lihat di pinggir jalan atau di simpang tiga atau di perempatan sana adalah penebok atau bukan. Cara terbaik menghindarinya, atau, satu-satunya cara menghindari penebok adalah dengan menjauhkan diri dari orang yang tak kau kenal. Kalau dia (baca; orang asing) bermanis muka dan menawarimu sesuatu, permen misalnya, atau roti kering, apapun itu, sebaiknya jangan diambil. Mungkin permen itu sudah lama kau inginkan dan Ibumu tak pernah mau membelikannya untukmu, tetapi, bagaimanapun, jangan diambil. Larilah selagi kau bisa.
Seperti buah musiman, penebok tidak muncul setiap saat. Aku tidak tahu dia di mana selama tidak beraksi. Mungkin dia menjadi orang biasa, bekerja seperti kebanyakan orang, mungkin juga bertapa di dalam gua, atau mungkin bersembunyi di dalam hutan. Namun begitu tersiar kabar bahwa penebok sedang berkeliaran, para orang tua akan melarang anak-anak mereka keluyuran -- bahkan melarang pergi ke sekolah.
"Sekarang musim penebok," orang tua biasa berkata.
Terlepas dari siapa yang membawa kabar dan apakah kabar itu benar atau hanya sekadar hoax, para orang tua di kampung kami akan memercayainya. Kita sama-sama tahu bahwa sesuatu yang terus-menerus disebarluaskan berpotensi menjadi sebuah kebenaran. Kabar soal penampakan hantu termasuk jenis yang mudah dipercaya dan mudah disebarluaskan sebab keyakinan bahwa kita hidup berdampingan dengan mahluk astral itu.
Untungnya, orang-orang dewasa di kampung kami punya sedikit gambaran mengenai penebok. Di antara ciri-cirinya, kata mereka, orang itu selalu berpakaian serba hitam (celana hitam, baju hitam, jaket hitam -- kacamata dan topinya juga hitam). O, satu lagi; dia berambut panjang sebahu.
Jadi, kami disarankan lari sekuat dan sejauh yang kami bisa atau kepala kami akan hilang. Ini mungkin terkesan tidak masuk akal, tetapi kabar yang tersiar menyebutkan bahwa penebok menangkap anak-anak untuk mengambil kepalanya sebagai bahan persembahan. Jadi, sekali lagi, larilah jika kau bertemu orang asing dengan ciri-ciri seperti yang sudah kusebutkan tadi. Aku sendiri pernah melihat seseorang berpenampilan seperti itu. Dia sedang berdiri di pinggir jalan di bawah keteduhan pohon akasia ketika aku melintas.
"Mau pulang?" tanyanya.
"Ya, Pak!" kataku.
"Biar saya antar," katanya sambil tersenyum ramah. "Sekarang musim penebok, dan tak seharusnya kau pulang sendirian".
Dia benar. Seharusnya aku tidak pulang sendirian.*