Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sepeti, dua peti berpindah. Bongkar muat antara peti berisi rempah-rempah berharga, sayur, buah, dan ubi dengan peti-peti berisi rumput laut, ikan dan dendeng paus. Suasana klasik masyarakat pesisir pada awal mula hari. Ikan dipertukarkan dengan pisang. Ikan dipertukarkan dengan ubi. Dendeng paus dipertukarkan dengan hasil perkebunan. Tiga, empat, lima perahu ditarik ke hamparan pasir dengan tali-tali tambang.
Angin pagi menggoyang-goyangkan helaian umbul-umbul yang dipasang di sepanjang garis pantai. Angin yang selalu dirindukan para agen ekspedisi. Karenanya, kami sejenak melupakan perjalanan panjag yang begitu melelahkan. Angin pagi ini tak pernah gagal mengisi kembali daya sempat menipis dimakan jarak.
“Aru!” suara Reo memecah lamunanku.
“Aru…. Cepatlah kesini., ikan bakar ini sudah bosan menunggumu,” teriak Reo dengan nada yang dia buat-buat.
“yaa tunggu sebentar,” jawabku singkat.
Segera, aku bangkit dan berjalan ke arah bangunan berrangka kayu dan atapnya tumpukan daun lontar itu. Telah siap jagung, kangkung, dan ikan bakar di atas meja. Sarapan dengan menu dan suasana yang begitu sempurna.
Selesai dengan hal itu aku menerima keranjang lontar, isinya makanan juga. Bekal untuk di perjalanan. Sementara itu, orang-orang telah selesai dengan urusan bongkar muatnya. Itu pertanda satu petualangan akan segera dimulai.
Paman Ranu memegang kemudi, sedangkan aku dan Reo berjaga di belakang. Menjadi agen ekspedisi di daerah yang nyaris antah berantah ini ada saja keseruannya.
Mobil pick up yang bagian belakanngnya dipasang atap penutup melaju meninggalkan garis pantai ke sabana luas. Hanya ada rumput kering bila hujan lama tak turun, pohon akasia, lontar, dan semak-semak yang warnyanya coklat juga.
Matahari telah meninggi tampak sejajar dengan pucuk pohon lontar. Penutup pick up yang tergoncang angin tak bisa diam, berisik sepanjang perjalanan. Namun, suara berisik itu seakan lesap ketika derap kaki kadal tunggangan perampok melangkah mendekati.
Incaran mereka tak lain adalah peti-peti yang berisi dendeng paus ini. Bagaimana tidak di sini dendeng paus adalah alat tukar resmi. Ya yang kami bawa ini adalah mata uang, berpeti-peti uang. Emas, bagi perampok-perampok itu. Betapa mudahnya menjarah sebuah mobil pick up yang melaju sendiri di tengah padang rumput luas.
Perampok yang menunggang kadal itu biasa bersembunyi dibalik pohon-pohon akasia yang tersebar di padang rumput. Lalu dengan sebuah aba-aba mereka akan menyerbu dan megejar mobil ekspedisi dengan menunggang kadalnya.
Paman Ranu mulai bermanuver menjauh dari kejaran kadal. Tak semudah menginjak pedal gas untuk keluar dari kejaran kadal itu. Larinya cepat juga. Mobil pick up ber gerak zig-zag bahkan memutar.
Tak dapat dihindari pick up ini berhasil terkepung oleh dua perampok bersama dua kadalnya. Aku dan Reo mau tak mau turun dan menghadapinya secara langsung. Perampok itu mengancam kami. Mereka memerintahkan kami duduk dan mengankat kedua tangan. Kami iya kan saja kemauannya.
Untung saja Paman Ranu tetap berada di kabin kemudi. Satu perampok mengacungkan sebilah senjata yang bentuknya seperti pedang. Sedangkan yang satunya naik bagian belakang mobil mencari peti berisi dendeng paus.
Kuamati perampok yang mengacungkan senjata itu mulai lengah. Segera tanpa disadarannya aku mengunci tangannya dan berusaha menendang kakinya. Sayang percobaab kali ini gagal, Reo segera bergerak, mengunci lehernya dan melepaskan senjata di tangan perampok yang lehernya telah dililit tangan Reo.
Aku serahkan perampok yang ini kepada Reo, aku akan mengurus perampok yang satunya lagi. Perlahan aku naik ke dalam bak mobil pick up, dan memukulnya dengan sebuah peti. Tentu saja perampok itu belum mati atau pun pingsan. Dia masih berdiri. Menoleh ke arahku.
Dia mengejarku keluar. Tetapi itulah yang aku rencanakan. Tak mudah untuk berkelahi di area sempit. Duel seru antara aku, Reo dengan kedua perampok pada akhirnya dimulai juga.
Agaknya kedua perampok itu salah menentukan target. Tak akan mudah merampok mobil kami, tidak seperti mobil lain yang tak dilengkapi penjagaan. Bagaimana tidak Aku adalah atlet profesional bela diri muay thai sedangkan Reo adalah pelatihku. Jangan lupakan Paman Ranu, dia seorang penembak profesiaonal. Dua kadal besar itu, pergi tunggang langgang hanya degan satu tembakan peringatan.