Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Gugur
1
Suka
10,873
Dibaca

Kata-kata beraroma sendu sudah biasa terdengar, seraya percikan hujan mendominasi, didukung petir menggelegar.

Bertubi-tubi kamu mendapat pukulan melalui kalimat, tapi dengan keyakinan diri, kamu percaya apa yang terlontar dari bibirnya adalah kesedihan amat mendalam.

"Kamu anak haram!"

"Seharusnya kamu mati!"

Fisikmu sudah memar, batinmu ikut membiru, hampir membusuk jika tidak punya harapan barangkali setelah melihatmu secara sering luka-lukanya dapat berguguran.

Kamu tahu benar, bukan kamu yang haram, melainkan kedua orang tua yang melakukan hal bejat dan membuahkanmu. Bukan kamu yang mesti mati, melainkan pemikiran sang bunda terhadapmu.

Iya, ini kisah sederhana, tapi rumit. Kisah klasik, tapi senantiasa menjadi topik tiada henti. Menjamur, dan berakhir menjadi budaya. Sungguh, kamu tidak paham letak kesalahanmu. Apakah hanya sebab kamu terlahir?

Namun, di luar kendali, kamu menyayangi sang bunda. Jauh amat dalam melebihi rasa sakitmu, kamu memahami bagaimana bunda bersedih. Saat mengandung, bunda selalu membagi kesedihannya kepadamu, membagi luka serta cemooh orang. Kamu selalu ingin memeluknya, kemudian berjanji akan membawa sinar.

Lantas ketika kamu harus tidak bernapas di kedua tangan hangat itu, kamu tidak paham; mengapa setelah lahir ke dunia, bunda tidak pernah membagi deritanya lagi, dan justru melampiaskan semua lara kepadamu?

Mengapa, seseorang begitu mudah menyakiti orang lain di luar diri, hanya karena mereka terluka?

Memberi luka besar, padahal belum tentu lukanya akan sebesar itu jika mau berbagi dibanding menghakimi.

Tubuhmu masih begitu mungil, tapi kamu pernah punya angan-angan tinggi untuk memeluk dan bersinar di hadapan bunda sehingga kamu bisa menyaksikan senyumnya meski secuplik.

Kamu gugur, harapanmu turut gugur.

Demikian, hatimu juga layu lalu mati. Kamu tidak ingin memahami lagi bagaimana situasi berjalan, kamu sudah terlalu lelah hingga pasrah.

Kamu membiarkan udara memanas turun, membiarkan telingamu tuli, dan bibirmu rapat sampai bisu.

Jika bisa mendaur ulang waktu soal perjanjian dari Tuhan yang bahkan jauh sebelum kamu lahir, kamu tidak mau memilih bunda sepertinya. Kamu, tidak sudi jika hanya dianggap sebagai timbangan berat.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Ketika Kami Kehilangan Dua Bintang
Alfania Vika
Skrip Film
SOULMATE
Cassandra Reina
Flash
Rasa Sakit
Ilestavan
Flash
Gugur
Ilestavan
Cerpen
Bronze
Tabah Sampai Akhir
Imajinasiku
Cerpen
Bunga (di Retakan Dinding)
Sekar Kinanthi
Novel
BIJANA
Siraru
Novel
Bronze
16 Km
Risna Pramesti
Skrip Film
SEMU
Isqa
Flash
Percakapan di Atas Gedung
Cheri Nanas
Flash
Aturan Minum
Haryati SR
Flash
Tembok dan Jendela
Donny Setiawan
Cerpen
Penumpang Gelap
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
tulisan terakhirku
Faisal Susandi
Novel
IDIOM
M Rizal Fahreji
Rekomendasi
Flash
Gugur
Ilestavan
Flash
Rasa Sakit
Ilestavan
Flash
Di Titik Nol
Ilestavan
Flash
Jangan Percaya Narasi Ini
Ilestavan
Flash
Bertumbuh
Ilestavan
Novel
Irama Bulan
Ilestavan
Cerpen
Gandark
Ilestavan
Flash
Ketika
Ilestavan
Flash
Tali Takdir
Ilestavan
Flash
Kucing Pencuri
Ilestavan
Flash
Delusi Cinta
Ilestavan
Novel
VII Diebus
Ilestavan
Flash
The Last Painting
Ilestavan
Flash
Secangkir Kopi tak Bersuara
Ilestavan
Flash
Eskapisme
Ilestavan