Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ketika aku dan kamu bersatu, hanya pada sebuah ruangan isolasi. Selainnya mahluk protista yang tak diketahui apa manfaatnya bagi ekosistem ruangan.
Ruangan itu diberi nama cinta.
Dan, apakah cinta itu adaptif ?
Seharusnya iya.
Tapi, aku dan kamu tidak bisa se-iya. Kami adalah variasi tanpa adanya homologi. Kalau Darwin mengamati kami, dia akan mengubah teori evolusi burung finch, - jika variasi bentuk kami adalah pertanda gagal berevolusi.
Bagaimana aku bisa mengatakan gagal ?
Tepatnya, saat kamu menganggap bahwa aku tidak bisa beradaptasi. Lalu aku punah dimangsa predator seperti Ibra. Ibra yang kamu anggap paling bisa membawamu keluar dari ruangan isolasi ini. Di sana, kamu dapatkan sesuatu yang lebih menyala-nyala. Lampu berkilauan, jepretan kamera dari berbagai angle, dan ingar-bingar orang yang membuatmu jadi pusat perhatian.
Kamu memaksaku untuk menjadi seperti Ibra, lelaki yang suka mengumbar omongan pada orang-orang, agar mereka mendewakannya. Ibra hanya punya omongan, makanya dia menjadi promotor untuk talen-talen yang hendak menjadi bintang. Sedangkan aku, hanya bisa diam, dan lebih mengumbar dengan lembaran-lembaran bersyairkan dirimu. Dirimu lah menjadi bintang, sendiri tercantum di tiap lembaranku.
Aku ingat bagaimana bukuku bisa menyihir pikiranmu dalam sekejap. Lalu cinta kita terlahir sependekap.
“Entah apa yang membuatku menyukai bukumu. aku rasa bukumu sangat merepresentasikan diriku “
“Memang. Aku membuat buku ini untuk orang-orang sepertimu!“
“Aku rasa, kita punya kesamaan. Jadi … kenapa kita gak memadukan sifat yang sama ini dalam satu hubungan ?”
Hubungan itu selanjutnya diberi nama Cinta.
***
Manusia hanya angka-angka
Tak perlu nama lagi
Bekerja atas perintah
Hari silih berganti, aku hanya berganti angka. Kamu menghitung-hitung diriku, satu, dua, tiga, dan seterusya diriku sampai kesekian ratus. Kamu hanya menunjuk aku untuk mengerjakan sesuatu untuk kesekian kalinya.
Aku capek? Iya, aku capek! Tapi aku cinta!
Cinta adalah pengorbanan seorang ibu menahan-nahan sakit saat dia melahirkan seorang bayi, tapi selanjutnya adalah kelegaan yang tidak bisa diukur kebahagiaannya. Aku hanya bahagia melihat dirimu menggapai semua keinginanmu. Aku adalah ibu yang ingin anaknya tumbuh dan berkembang menemaninya. Tetapi kau tumbuh bersama Ibra !
Sekarang, setelah bertahun-tahun kamu berada di atas sana, dan aku pun tidak bisa meraihmu, kamu datang dengan tubuhmu yang rendah. Entah apakah kamu berpura-pura menganggapku bintang. Tapi, kehadiranmu membuatku bimbang. Pakaian yang sudah usang, apakah bisa dirajut kembali dengan benang? Mahluk yang sudah punah apakah bisa kembali direkombinasi?”
Aku berpikir sejenak. Meretaskan benang-benang waktu antara kita yang masih tersambung. Kemudian seseorang datang dengan secangkir teh beraroma. Aku panggil dengan sebutan “Dia”. Kedatangannya berusaha mengingatkanku akan posisinya, jika dia bukan hanya “orang ketiga”, tetapi sekarang adalah “orang kedua”. Dia menjadi kamu, ketika dia sudah bersatu denganku. Dan kamu menjadi dia, ketika, dia hadir di hadapanku.
Aku rasa Darwin benar. Kalau setiap waktu segala hal yang bertahan pasti mengalami perubahan. Perubahan untuk menyempurnakan yang sudah mengalami kepunahan. Cintaku dan kamu sudah tiada, tapi kedatangannya benar-benar menyempurnakan segala. Dia adalah evolusi dari dirimu. Dia tidak bisa bernyanyi di panggung dan menjadi pusat perhatian. Bukan tidak mampu! Dia sengaja membiarkan dirinya hanya menjadi pusat perhatianku saja.