Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Kerupuk Kulit
0
Suka
3
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

BU SUM, pedagang kerupuk kulit langganan kami tak pernah banyak bicara. Biasanya begitu transaksi selesai, ia akan langsung ngeloyor pergi, menjajakan dagangannya ke calon pembeli lain. 

Tapi kami tentu saja tak pernah mempermasalahkan hal itu. Meski sebagai pelanggan tetap kami ingin diperlakukan lebih, misal dengan sedikit obrolan basa-basi di sela transaksi, kami juga paham bahwa ia tidak punya waktu untuk itu semua. Mungkin banyak pekerjaan yang menunggunya di rumah sehingga ia harus buru-buru menjajakan dagangannya sampai habis. 

Yang paling penting adalah mutu dan rasa kerupuknya yang selalu terjaga. Gurih, renyah, dan enak bukan main. Ada rasa khas yang membuatnya berbeda dari kerupuk kulit kebanyakan. 

Itulah yang membuat kami memutuskan untuk menjadi pelanggan setia. 

Hingga suatu hari, setelah hampir tiga pekan ia tak lagi datang ke rumah, saya dan istri pun berinisiatif mencari tahu apa yang terjadi dengan si pedagang kerupuk langganan kami. 

Berbekal info yang kami dapat secara berantai dari para tetangga, akhirnya kami sampai di rumahnya. Sebuah rumah sederhana dengan cat biru yang mengelupas di sana-sini dan atap model joglo dengan genteng yang sepertinya sudah lama tidak diganti. 

Seorang gadis bermata juling menyambut kami di teras depan. 

"Ibu Sum ada?" tanya istri saya. 

Anak itu mengangguk, tanpa sedikit pun berusaha tersenyum atau menunjukkan sikap ramah kepada tamu. Alih-alih ia mengambil beberapa kerikil lalu melempari pohon nangka di halaman. 

"Dek, Ibu Sumnya ada? Kami dengar beliau sedang sakit?" Kali ini saya yang bertanya. 

Ia menatapku sekilas, lalu memutar badan dan mengarahkan telunjuknya ke arah pintu samping. Setelah itu, ia kembali memungut kerikil-kerikil dan melemparkannya ke batang pohon nangka. 

"Ayo, kita masuk saja," kata saya pada istri. Mungkin anak itu masih ingin bermain. 

Dan kami pun masuk ke rumah itu lewat pintu samping yang ditunjuk gadis bermata juling itu. 

"Bu Sum!" Istri saya langsung terpekik begitu melihat perempuan itu kini terbaring di bawah selimut dengan beberapa bercak merah di beberapa bagian. Darah? 

Perempuan itu tampak kaget mengetahui kehadiran kami di sana. "Kenapa repot-repot datang ke sini, Nak?" Ia berbasa-basi. Bibirnya tampak begitu pucat. 

"Ndak kok, Bu. Kami kangen sama Ibu!" balas istri saya sambil berusaha memegang tangan Bu Sum yang tertutup selimut. 

"Nggak enak kalau makan tanpa kerupuk kulit, Bu," tukas saya, berusaha mencairkan suasana basa-basi di antara kami. 

"Ya, mudah-mudah bentar lagi Ibu bisa jualan lagi, Nak," jawab Bu Sum sambil meringis. 

"Ibu sakit apa?" Istri saya bertanya. 

"Biasa ini, Nak. Penyakit biasa..." jawabnya, yang tentu tak bisa kami pahami sama sekali. 

"Sudah berobat ke dokter, Bu?" 

"Ndak perlu ke dokter, Nak. Ini bentar lagi juga sembuh." 

"Ibu sakit apa? Mungkin kami bisa mencarikan obat atau..." 

"Ini," Bu Sum menyingkap selimut yang menutupi sekujur tubuhnya, "kulit Ibu masih belum tumbuh lagi. Makanya Ibu belum bisa jualan." 

Saya dan istri terpekik berbarengan. Bu Sum seperti sapi yang selesai dikuliti. Daging merah terbuka yang masih meneteskan darah meneror penglihatan kami. 

"Jadi, kerupuk kulit itu?!" 

Bu Sum tersenyum aneh. Sementara dari arah belakang, kami dengar seseorang tengah mengasah pisau.*

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Kerupuk Kulit
Afri Meldam
Novel
KEAPARAT
Ibal Pradana
Novel
SASAR
ALDEVOUT
Komik
PKK ( PULAU KURA - KURA)
Voni lilia
Skrip Film
Anonim
D. Hardi
Novel
Bronze
Tumpah Darah
Bisma Lucky Narendra
Novel
Gold
The Plotters
Noura Publishing
Novel
Bronze
Pramuria (Waitress)
Awang Nurhakim
Novel
Liana Casablanca
Ariya Gesang
Novel
Sri
Trajourney
Novel
Bronze
Rama's Story : Gita Chapter 2 - Hazard !
Cancan Ramadhan
Novel
Bronze
Dionysus
Ratihcntiia
Novel
Landscape Juna
Nicanser
Flash
Bronze
Mimpi Ibu Ikan dan Ayah Laba-laba
Alfian N. Budiarto
Novel
Bronze
The Guesthouse
Panji Pratama
Rekomendasi
Flash
Kerupuk Kulit
Afri Meldam
Flash
Aroma
Afri Meldam
Flash
Bronze
Buku Bertanda Tangan
Afri Meldam
Flash
Bronze
Seratus Tahun Kemudian
Afri Meldam
Flash
Bronze
Studio 3
Afri Meldam
Flash
Takdir si Jabrik
Afri Meldam
Flash
Mimpi Jangkrik
Afri Meldam
Flash
Dua Cabang Sungai
Afri Meldam
Flash
Bronze
Mantan Biduan
Afri Meldam
Flash
Pacar Seorang Pesulap
Afri Meldam
Flash
Pohon Pemalu
Afri Meldam
Flash
Sebuah Persembahan
Afri Meldam
Flash
Lingkaran
Afri Meldam
Flash
Bermain Petak Umpet
Afri Meldam
Flash
Sampan Tua
Afri Meldam