Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
AKHIRNYA tiba juga hari yang ditunggu-tunggu Rum: bergandengan di pelaminan bersama orang yang ia sayangi. O betapa bahagianya.
Ia mengenakan gaun merah muda yang ia desain sendiri, dengan sentuhan akhir dari perancang ternama di kota. Jas biru gelap dengan aksen merah di bagian leher dalam yang dipakai suaminya pun ia jahit sendiri - terlihat begitu pas dan menawan.
Ia yakin tamu yang datang memandang mereka dengan penuh decak kagum (dan sebagian tentu saja dengan tatapan cemburu).
"Mba, kenapa nggak maju sih dari tadi? Ini antrian panjang lho! Nggak cuma Mba aja yang mau salaman ama mempelai!" Seseorang mendorongnya sedikit kuat, membuatnya kehilangan keseimbangan.
BRUKKBUMBAM!
Ia terjatuh tepat di depan kedua mempelai. Kepalanya pusing bukan main. Namun, beberapa detik sebelum kesadarannya benar-benar hilang, dilihatnya laki-laki itu datang mengulurkan tangan.
"Qia, kamu kenapa?" Suara laki-laki itu terdengar panik.
Ah, suara itu masih terdengar merdu, pikirnya. Bahkan setelah laki-laki itu menjadi milik orang lain.
"Mas, biar orang lain aja yang ngurusin! Ini banyak tamu yang antri mau ngasih selamat!" protes mempelai perempuan.
Untung saja pada detik itu ia benar-benar tak mendengar apa-apa lagi. *