Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kisah Nyonya Nredom
3
Suka
4,918
Dibaca

KETIKA terbangun dari tidurnya yang risau pagi itu Ny. Nredom mengeluh padaku bahwa ia ingin sekali pada suatu hari yang lain dia terbangun dan dia saat itu tidak tahu sedang berada di mana dan tak tahu pada jam berapa hari apa bulan apa dan tahun berapa. 

"Kenapa begitu?" tanya saya. Saya bayangkan Ny. Nredom di seberang jalur telepon itu sedang duduk di tempat tidurnya yang mewah, lebar, empuk, dan menyimpan sejuk mesin pengatur suhu udara. Saya bayangkan dia masih dengan baju tidurnya yang nyaman, rambutnya yang sudah 10 persen putih tentu acak-acakan. Dia tak pernah puas dengan rambutnya itu.

"Saya hanya ingin lupa sebentar saja. Saya ingin lupa," katanya.

Ingat rupanya jadi beban Ny. Nredom. "Pergilah ke suatu tempat yang Anda tak tahu namanya. Tinggallah di sana tanpa menghitung berapa hari dan tak usah berencana kapan Anda kembali," kata saya. Ny. Nredom setuju. Dia minta aku mengatur kepergiannya itu. Saya bilang padanya ini semacam permainan melupakan. Jadi semuanya harus dimulai tanpa ia ketahui. 

Aturan permainannya begini: Ny. Nredom akan patuh sepenuhnya pada saya sebagai - sebutlah penguasa permainan. Saya akan membeli tiket ke kota yang dia tak perlu tahu. Dia akan menutup telinga selama di pesawat agar tak mendengar ketika awak pesawat menyebut nama kota tujuan atau sedapat mungkin dia akan berusaha tidur. Kami akan naik pesawat lagi dari kota itu. Lalu naik pesawat lagi. Kota tujuan berikutnya saya tentukan secara acak di bandara tempat kami singgah sementara.  

Ny. Nredom tak membawa bekal apa-apa. Kecuali paspor dan belasan kartu kredit. Di tiap bandara dia akan berganti pakaian yang bisa dibeli di bandara. Pakaian lama ditinggalkan di toilet bandara. Kami berusaha tak banyak bicara. Semua transaksi dilakukan lewat kartu kredit Ny. Nredom. Akhirnya di suatu tengah malam saya putuskan mengakhiri perjalanan melupakan itu. Dia menginap di sebuah hotel dan langsung tidur. Saya pulang tanpa setahu dia. Saya membawa serta paspor dan kartu kreditnya. Ini bagian dari permainan. 

Akhirnya? Mengakhiri? Justru permainan baru saja dimulai. 

SUDAH sebulan berlalu sejak saya tinggalkan Ny. Nredom. Tak ada kabar dari dia. Apakah dia sudah benar-benar lupa? Seminggu yang lalu petugas hotel tempat saya meninggalkan Ny. Nredom ada menelepon saya. Saya memang meminta pada pihak hotel supaya jangan bertanya apa-apa pada dia. Semua hal ihwal dia saya minta ditanyakan ke saya. Saya sudah membayar sewa kamar untuk sebulan. Pihak hotel bertanya apakah masa sewa diperpanjang. Saya langsung membayar biaya sewa untuk sebulan lagi.  

Sudah setahun berlalu. Saya kira Ny. Nredom sudah benar-benar berhasil lupa. Saya pun perlahan tak terlalu memikirkan dia lagi. Urusan Ny Nredom sejak enam bulan lalu sudah saya serahkan kepada Nn. Agnew, sekretaris pribadi Ny. Nredom. Nn. Agnewlah yang selama ini mengurusi bisnis Ny. Nredom, terutama bagian 50 saham pada perusahaan besar warisan suaminya. Ny. Nredom tidak punya anak dari suaminya itu. Dari Nn. Agnew saya tahu beberapa kali Ny. Nredom menggunakan kartu kreditnya untuk transaksi pembelian barang di beberapa toko, berobat di rumah sakit - dia memang mengidap sejumlah penyakit ringan - dan pengambilan uang tunai.

  DRUSBA membawa laptopnya ke toko tempatnya membeli dulu yang juga melayani layanan purnajual. Laptopnya sudah lama rusak. Sudah hampir tiga tahun. Rusaknya sebenarnya sepele saja. Cuma program pengoperasinya saja yang perlu diinstal ulang. Data-data di dalamnya masih tersimpan baik. Selama laptop itu rusak ia mengetik di komputernya.  

"Beres," kata teknisi di toko itu. "Semua data masih ada."

Di rumah, Drusba menghidupkan laptop itu dan menemukan arsip cerita Ny Nredom yang belum ia selesaikan. Belum selesai? Tunggu. Drusba melihat ada sebuah arsip bernama "kepadapengarang.txt". Drusba tak pernah merasa membuat arsip itu. Dan memang tak pernah. Dia klik saja:

  "PENGARANG YTH. SAYA NY. NREDOM. TERIMA KASIH SUDAH MEMBUAT CERITA SAYA. SAYA KIRA SAYA SUDAH BISA MELUPAKAN SEMUA APA YANG PERNAH SAYA INGAT. CUKUPLAH CERITA ITU. JANGAN DILANJUTKAN. SAYA SUDAH BERBAHAGIA KINI SEBAGAI SAYA YANG BARU. JANGAN DITERUSKAN CERITANYA. SAYA MOHON. TERIMA KASIH. NY. NREDOM."

Drusba menutup arsip aneh itu. Lalu dihapusnya. "Ah, tidak penting," katanya. Cerita pun menurut Drusba tidak menarik. Itu sebabnya dia tak pernah melanjutkan cerita itu.  | (c) Habel Rajavani, 2024.

  

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@carsun18106 : thanks
@acehdigest : thanks
Keren endingnya bikin penasaran tapi ya sdhlah ny nredom saja ngak mau ceritanya dilanjutkan :),
Modern, absurd, tapi wenga...apa artinya? Yg saya tau, wenga itu nama satu permainan tradisional 🤔
Rekomendasi dari Drama
Flash
Kisah Nyonya Nredom
Habel Rajavani
Novel
Alfameria
kumiku
Novel
CEPU GAJE (CEwek CUpu ngGAk JElas)
Vhira andriyani
Flash
Bronze
Nyaris
Gia Oro
Flash
Aku Mencintaiku
SITI NUR AISYAH
Flash
SEMANIS COKLAT
M Fadly Hasibuan
Flash
Bronze
Cinta Maya Yang Nyata
Sunarti
Novel
Bronze
Jatuh Dari Langit
Joannes Rhino
Novel
Simfoni Kesedihan
Yudhi Herwibowo
Novel
Bu
imajihari
Flash
Karena Takdir
Shofiyah Azzahra
Novel
Bronze
JANGAN PERGI
ARAWINDA DL
Novel
Pion
Adiba
Novel
Gold
Cinta dalam 99 Nama-Mu
Republika Penerbit
Novel
Gold
Hello Salma
Coconut Books
Rekomendasi
Flash
Kisah Nyonya Nredom
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Kenapa Mang Enjang Tak Suka Khutbah Bertema Politik
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Bagaimana Dini Menemukan Subagio Sastrowardoyo
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Sebilah Parang dan Tugas Terakhir Paman Ahdi
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Duka Manis - Balikpapan 1995
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Bagaimana Makelar Suara Pilkada Bekerja
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Cerita Cinta yang Tak Pernah Ingin Kuakhiri
Habel Rajavani
Cerpen
Dia yang Memandang dari Seberang
Habel Rajavani
Cerpen
Antara Irman, Aku, dan Kucing Kesayanganku
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Malam Itu Laut Sedang Surut
Habel Rajavani
Flash
Lalu Terdengar Suara Parang Ditebaskan
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Berhenti Saja Kau Jadi Guru
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Lebih Pedih dari yang Pedih
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Apa yang Tersimpan di Dinding Mercusuar Itu
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Di Pulau Itu Setiap Hari adalah Hari Sabtu
Habel Rajavani