Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Malam Gelap
0
Suka
656
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Setiap malam aku selalu melihatnya berdiri di depan pintu kamarku. Terlihat bayangannya dari celah bawah pintu. Hanya diam, dia tidak melakukan apapun. Kurasa dia sedang memperhatikanku dari lubang kunci. Melihat sampai aku lengah, dan ia akan menyerangku sama dengan apa yang ia lakukan pada kedua orang tuaku. Aku hanya meringkuk di atas kasur dan menarik selimut sampai menutup kepala, terjaga hingga pagi.

“Hei, sepertinya kamu kurang tidur lagi.”

“Iya, aku memang tidak tidur sama sekali. Semalaman makhluk itu mengintaiku.”

“Makhluk itu lagi, sudah berapa kali aku bilang semua hanya khayalanmu saja.”

“Apakah kematian kedua orangtuaku juga hanya khayalan begitu?” Dengusku kesal.

“Bukan begitu maksudku tapi ... hei kamu mau kemana?”

Aku langsung meninggalkan Karin berjalan menuju kantin. Setiap kali aku membicarakan tentang makhluk itu Karin tidak pernah mempercayainya. Lantas pada siapa aku akan bercerita. Pada Rama? Ah tentu saja tidak. Padahal hanya dia lah satu-satuya orang yang dekat denganku.

Malam ini aku masuk ke kamar tepat jam 9. Aku begitu lelah, bagaimana tidak, aku tidak tidur selama tiga hari berturut-turut. Makhluk itu telah membuatku tak berani untuk memejamkan mata. Ayah dan Ibu pasti merasakan juga hal yang sama sebelum kematian menjemputnya. Kurebahkan tubuhku dan hendak memejamkan mata.

Namun, sekilas aku melihat bayangan di bawah pintu. Makhluk itu datang lagi. Desahan napasnya yang berat, juga geramannya terdengar jelas dari balik pintu. Oh Tuhan sampai kapan ini akan berakhir. Apakah malam ini aku tidak tidur lagi. Aku tidak berani keluar kamar. Bahkan sekedar menelepon seseorang untuk meminta bantuan pun aku tak bisa. Aku takut ia tahu dan marah lalu menyerangku. Lagi pula siapa yang akan percaya denganku. Seperti biasa aku hanya membeku di atas kasur menunggu hingga pagi datang.

Empat hari sudah aku tidak tidur. Kepalaku terasa sangat pusing. Kuputuskan untuk tidak ke kampus dulu hari ini. Tok ... tok ... terdegar suara ketukan pintu. Dengan langkah gontai aku berjalan menuruni tangga untuk membuka pintu.

“Rene, kamu kenapa? Kamu terlihat kacau sekali,” Rama langsung memelukku erat.

“Karin bilang kamu sudah tidak tidur beberapa hari terakhir, ada apa sayang?”

Rama melepaskan pelukannya lalu menatapku dengan khawatir. Rama adalah pacarku. Kita sudah menjalani hubugan selama sebulan, tapi sebenarnya aku tidak memiliki perasaan apapun padanya. Aku hanya menganggapnya sebagai kakak.

“Kalau aku ceritakan kepadamu apakah kamu akan percaya? Dan bukankah kamu sudah tahu apa masalahku?”

“Kamu tidak tidur karena kamu merasa ada sesuatu yang mengintaimu.”

“Bukan merasa tapi memang kenyataanya begitu!”

“Oke sayang, jika begitu tidurlah aku akan menjagamu di sini.”

“Kamu janji?” tanyaku memastikan.

“Iya, pergilah ke kamarmu dan tidur. Aku akan di sini menemanimu sampai sore.”

Kurasa saatnya bagiku untuk istirahat. Lagi pula ada Rama yang menemaniku di sini. Itu cukup memberiku sedikit rasa aman. Meskipun harus kucek terlebih dahulu sebelum tidur apakah ada bayangan di bawah pintu.

Sebenarnya makhluk itu hanya muncul pada malam hari saja, tapi tetap saja aku tidak bisa tidur jika dalam keadaan sendiri. Jam menunjukkan pukul setengah lima sore saat aku bangun. Aku segera turun ke bawah dan melihat Rama sedang menonton tv.

“Kamu sudah bangun sayang? Bagaimana keadaanmu sekarang?”

“Lebih baik,” jawabku singkat lalu duduk di sebelahnya.

“Kenapa kamu nggak keluar dari rumah ini, kamu kan bisa ngekos.”

“Enggak Ram, aku sayang sama rumah ini. Begitu banyak kenangan yang terjadi di sini bersama ayah dan ibu.”

“Lalu bagaimana dengan makhluk yang sering mengganggumu itu?”

“Entahlah, yang pasti aku akan berusaha untuk bertahan di sini.”

“Baiklah, hm ... Ren, sebenarnya aku sangat ingin menemanimu malam ini, tapi masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Nanti jika aku sudah selesai aku akan kesini.”

“Enggak apa-apa, Ram. Kamu sudah cukup menemaniku seharian tadi. Setelah kamu selesaikan pekerjaanmu istirahatlah. Aku akan baik-baik saja.“

Aku tahu Rama sangat menyayangiku dan mengkhawatirkan keadaanku. Itu semua terlihat dari raut wajahnya saat hendak keluar dari rumahku.

Sebentar lagi malam, waktu yang mendebarkan akan segera tiba setelah selesai makan malam, aku segera masuk ke kamar. Kurebahkan tubuhku di kasur sambil melihat di bawah celah pintu. Sepertinya makhluk itu belum muncul. Kuperhatikan terus dan ia kembali. Hawa dingin bercampur rasa takut menyelimutiku. Sebuah pikiran terlintas untuk mengakhiri semua ini. Kuambil sebuah gunting di dalam laci. Aku akan keluar untuk membunuhnya.

Meskipun aku tak tahu makhluk apa itu dan apakah akan mempan membunuhnya dengan senjata manusia, yang ada di pikiranku saat ini adalah makhluk itu, atau aku yang mati. Aku beranjak dari tempat tidurku berjalan perlahan. Kudengar suara geramannya semakin jelas. Rupanya dia tahu aku akan melawannya. Sekuat tenaga aku lawan rasa takut itu bagaimanapun juga makhluk itu telah membunuh orangtuaku.

Kugenggam gagang pintu dengan cepat kubuka pintu kamarku dan kuserang bertubi-tubi dengan gunting yang kupegang. Darahnya membasahi kedua tanganku. Aku tersenyum puas.

Pagi ini para petugas berseragam mendatangi rumahku. Mereka memborgol kedua tanganku dan membawaku kedalam mobil, lalu mereka memasukkanku kedalam sel tahanan.

Sebenarnya aku masih bingung apa salahku. Mereka bilang aku di penjara karena membunuh orang. Ada juga seorang wanita paruh baya yang datang ke selku lalu menghujatku habis-habisan.

“Dasar pembunuh! Mengapa kamu tega membunuh putraku! Sudah dari awal aku melarang putraku berhubungan denganmu dan juga untuk bertemu padamu malam itu ....”

Siapa yang membunuh anaknya, dasar wanita gila. Pada hari berikutnya, kulihat Karin datang menjengukku. Ia sedang berbicara dengan salah seorang polisi, lalu ia menatap iba ke arahku. Pada akhirnya aku terbebas dari makhluk itu, ya setidaknya aku aman di sini, tapi di mana Rama? Sejak dua hari aku di tahan di sini, aku tak pernah melihat dia menjengukku. Ah sudahlah ....

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Flash
Malam Gelap
SUWANDY
Novel
Bronze
Penjara Sukma
Ravistara
Novel
Bronze
Pancajiwa
Nikodemus Yudho Sulistyo
Novel
Binar Kasih di Tengah Teror Gaib
Meliawardha
Novel
Bronze
RUWAT ~Novel~
Herman Sim
Novel
Bronze
GHOST FAMILY
Herman Sim
Novel
Gold
Fantasteen The Cursed George
Mizan Publishing
Novel
Bronze
ATM Antrian Tengah Malam
Herman Sim
Novel
Gold
The Boy Who Drew Monsters
Mizan Publishing
Novel
Gold
Mysterious Murder
Mizan Publishing
Novel
Gold
HARU MAHAMERU
Falcon Publishing
Novel
MAYDARA
Rudie Chakil
Novel
Bronze
Mistis Rimak
Keefe R.D
Novel
Bronze
Surti
Herman Sim
Novel
Komplotan Tidak Takut Hantu
Mohamad Novianto
Rekomendasi
Flash
Malam Gelap
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Misteri Kamar Kos
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Vampir
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Gaun Putih
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Rumah Tak Berujung
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Suara Melodi Kematian
SUWANDY
Cerpen
Sahabat Dari Dunia Lain
SUWANDY
Novel
Istri Yang Disia-siakan
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Rumah Misteri
SUWANDY
Flash
Riwayat Sejarah Emas Pulau Sumatera
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Aku Dan Siapa
SUWANDY
Flash
Seri Sains Ala-Ala Part 1
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Dasi Kupu-Kupu
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Perpustakaan Sekolah
SUWANDY
Cerpen
Bronze
Sebuah Misteri
SUWANDY