Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
2
Suka
192
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

KITA bertemu di tempat penampungan sampah sementara di barat kota.

 

Aku mula-mula menemukan gerobak dengan karton bekas yang sudah mengisi setengah. Lalu kulihat kamu menangis. Kamu bersimpuh, mencoba mengangkat mayat lelaki, yang kukira itu suamimu. Seorang bayi lelaki merangkak bermain dengan pisau berdarah.

 

Aku menarik gerobak itu. Bayimu ada di dalam gerobak, bermain dengan pisau dan mayat lelaki itu. Kamu membantuku mendorong gerobak sambil menangis. Kamu tidak terisak. Hanya airmatamu yang deras mengalir. Kau membiarkannya. Kau tak mengusapnya. Bayimu menikam-nikamkan pisau itu ke jenazah lelaki itu.

 

Petugas pemakaman umum tak bertanya macam-macam. Sudah terlalu sering mereka menangani jenazah gelandangan, atau bromocorah yang mati karena perkelahian yang tak pernah bisa diusut. Polisi mungkin bosan juga menangani kasus-kasus receh itu. Merepotkan. Maka seringkali ya dibiarkan begitu saja.

 

Pada saat memandikan jenazah itu aku tahu kenapa lelaki itu mati. Ada tikaman tepat di jantungnya memekarkan luka seperti kelopak mawar yang mulai membusuk. Aku melihat kamu menatap luka itu lama sekali. Kamu tak lagi menangis. Mungkin kesedihan sudah berlalu, bersama keringnya airmatamu. Mungkin kamu sudah bisa menerima, siapapun yang membunuh lelakimu itu.

 

         Kamu melemparkan pisau ke liang lahat. Petugas taman pemakaman umum kota memaklumi saja. Kupikir itulah cara kamu mengakhiri seluruh ingatanmu terhadap lelakimu itu. Tadi, di musala kecil di pojok kuburan umum ini, hanya mereka yang menyembahyangkan jenazah lelakimu. Aku memang ikut berdiri di antara mereka, tapi tak tahu apa yang harus kubaca.

 

"Gerobak inilah rumah kami..." katamu ketika aku bertanya kemana aku harus mengantar kamu dan anak bayimu. Malam itu, kita bernaung di sebuah saung di pojok pemakaman, tak jauh dari musala. Ada sedikit pemberian uang dari pengurus cukup untuk kita membeli nasi bungkus. Kamu makan dengan lahap. Kamu tersenyum ketika matamu bertemu dengan mataku.

 

Aku berpikir mungkin inilah cara Tuhan mempertemukan aku dengan kamu dan anakmu yang, siapapun ayahnya, akan kuterima sebagai anakku. Besok, akan kuajak kamu menikah. Aku juga memang hanya seorang pengumpul botol plastik, kardus, besi bekas, seperti lelakimu yang mati itu. Tapi rasanya aku bisa memberikan kehidupan yang lebih baik daripada kehidupanmu selama ini.

 

Sebelum tertidur di bangku panjang saung, aku melihat kamu tertidur dengan tenang di dalam gerobak. Kardus-kardus bekas kau susun menjadi alas. Si bayi yang tadi kau susui, juga tertidur setenang kamu. Aku bersumpah, setiap malam bersama saya nanti kalian akan tidur setenang itu.

 

Petugas pemakaman membangunkan aku.

 

Hari sudah terang.

 

Orang-orang mengerubungi gerobak.

 

Aku lekas-lekas ke sana dan menemukan kamu tewas tertikam dan bayimu membiru, seperti tercekik dan mati.

 © Habel Rajavani, 2024.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
SYEMA WEGARI
Elisabeth Purba
Novel
I ( Everything In My Life )
Liepiscesha
Flash
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Untill We Meet Again
Nany Parker
Novel
Gold
KKPK Hidden, Gadis Tersembunyi
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Fabricated Love
Liz Lavender
Novel
Rayla
Rivaldi Zakie Indrayana
Novel
Gold
The Black Cat
Noura Publishing
Flash
Bronze
Tiket Mahal Say!
Emma Kulzum
Flash
Forgetting
Fani Fujisaki
Novel
Bronze
Jangan Ambil Surgaku
Ari Keling
Novel
Ayah
kakaii
Novel
Pengakuan Setiap Masa
Ajis Makruf
Novel
Bronze
INDURASMI
Eka Rahmawati
Novel
Bronze
LUKA
krasivaya
Rekomendasi
Flash
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Berhenti Saja Kau Jadi Guru
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Rawa Bakau dan Misteri Pemburu Biawak
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Bagaimaan Frida Menemukan Persembunyian Skaramus
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Gadis Kecil dan Perawat Tanaman yang Bicara Pada Bunga-bunga
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Cerita tentang Seorang yang Ingin Menjadi Juru Cerita
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Taksi & Malam di Jakarta
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Perihal Premis dan Penulis Aidul
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Apakah Kampus Hanya Melahirkan Sarjana sebagai Sekrup Kapitalis?
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Mengarang Itu Tidak Gampang, Tuan
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Jaket dengan Lubang Bekas Peluru
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Tentang Seorang yang Ingin Melempar Tahi ke Wajah Koruptor
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Bagaimana Makelar Suara Pilkada Bekerja
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Tentang Kawanku Bob Si Anak Pasar
Habel Rajavani