Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
3
Suka
557
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

KITA bertemu di tempat penampungan sampah sementara di barat kota.

 

Aku mula-mula menemukan gerobak dengan karton bekas yang sudah mengisi setengah. Lalu kulihat kamu menangis. Kamu bersimpuh, mencoba mengangkat mayat lelaki, yang kukira itu suamimu. Seorang bayi lelaki merangkak bermain dengan pisau berdarah.

 

Aku menarik gerobak itu. Bayimu ada di dalam gerobak, bermain dengan pisau dan mayat lelaki itu. Kamu membantuku mendorong gerobak sambil menangis. Kamu tidak terisak. Hanya airmatamu yang deras mengalir. Kau membiarkannya. Kau tak mengusapnya. Bayimu menikam-nikamkan pisau itu ke jenazah lelaki itu.

 

Petugas pemakaman umum tak bertanya macam-macam. Sudah terlalu sering mereka menangani jenazah gelandangan, atau bromocorah yang mati karena perkelahian yang tak pernah bisa diusut. Polisi mungkin bosan juga menangani kasus-kasus receh itu. Merepotkan. Maka seringkali ya dibiarkan begitu saja.

 

Pada saat memandikan jenazah itu aku tahu kenapa lelaki itu mati. Ada tikaman tepat di jantungnya memekarkan luka seperti kelopak mawar yang mulai membusuk. Aku melihat kamu menatap luka itu lama sekali. Kamu tak lagi menangis. Mungkin kesedihan sudah berlalu, bersama keringnya airmatamu. Mungkin kamu sudah bisa menerima, siapapun yang membunuh lelakimu itu.

 

         Kamu melemparkan pisau ke liang lahat. Petugas taman pemakaman umum kota memaklumi saja. Kupikir itulah cara kamu mengakhiri seluruh ingatanmu terhadap lelakimu itu. Tadi, di musala kecil di pojok kuburan umum ini, hanya mereka yang menyembahyangkan jenazah lelakimu. Aku memang ikut berdiri di antara mereka, tapi tak tahu apa yang harus kubaca.

 

"Gerobak inilah rumah kami..." katamu ketika aku bertanya kemana aku harus mengantar kamu dan anak bayimu. Malam itu, kita bernaung di sebuah saung di pojok pemakaman, tak jauh dari musala. Ada sedikit pemberian uang dari pengurus cukup untuk kita membeli nasi bungkus. Kamu makan dengan lahap. Kamu tersenyum ketika matamu bertemu dengan mataku.

 

Aku berpikir mungkin inilah cara Tuhan mempertemukan aku dengan kamu dan anakmu yang, siapapun ayahnya, akan kuterima sebagai anakku. Besok, akan kuajak kamu menikah. Aku juga memang hanya seorang pengumpul botol plastik, kardus, besi bekas, seperti lelakimu yang mati itu. Tapi rasanya aku bisa memberikan kehidupan yang lebih baik daripada kehidupanmu selama ini.

 

Sebelum tertidur di bangku panjang saung, aku melihat kamu tertidur dengan tenang di dalam gerobak. Kardus-kardus bekas kau susun menjadi alas. Si bayi yang tadi kau susui, juga tertidur setenang kamu. Aku bersumpah, setiap malam bersama saya nanti kalian akan tidur setenang itu.

 

Petugas pemakaman membangunkan aku.

 

Hari sudah terang.

 

Orang-orang mengerubungi gerobak.

 

Aku lekas-lekas ke sana dan menemukan kamu tewas tertikam dan bayimu membiru, seperti tercekik dan mati.

 © Habel Rajavani, 2024.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
KALA CINTA
Yeni Lestari
Novel
Keep Your Lamp Burning
Jeamers
Flash
Bronze
Surat dari Penjara
Sulistiyo Suparno
Flash
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Complicated Love
Ellesss
Novel
NAMIDA
Didik Suharsono
Novel
Bronze
Down To Earth
Siti Nur Holipah
Novel
Bronze
Cinta di Balik Pesantren (Buku Terakhir)
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Jiwa Tak Berdetak
Steffy Hans
Novel
TIGA DHARMA MENGEJAR CAHAYA
Ariyanto
Novel
Bronze
SALWA-AZIS
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Nekat ae lah!
Kholifah
Komik
BREAKERS
Blues Area
Cerpen
Karung Beras
Dina prayudha
Novel
Bronze
RASA
kiaqiya
Rekomendasi
Flash
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Ada Cinta antara Pekayon dan London
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Duka Manis - Balikpapan 1995
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Cerita Tukang Sulap dan Ibu yang Mencari
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Malam Itu Laut Sedang Surut
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Kejutan Nanit untuk Hilmi, Sebelum Menikahkan Yulia
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Kenapa Mang Enjang Tak Suka Khutbah Bertema Politik
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Bagaimana Makelar Suara Pilkada Bekerja
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Dia Menggali Kubur Sambil Bernyanyi
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Perihal Premis dan Penulis Aidul
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Karena Dia Sahabat Kyai Yassin
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Tentang Kawanku Bob Si Anak Pasar
Habel Rajavani
Cerpen
Antara Irman, Aku, dan Kucing Kesayanganku
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Begitulah Kelakuan Kawan Kita Si Rohim
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Lebaran Kali Ini Papa Tak Ada di Rumah
Habel Rajavani