Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
2
Suka
360
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

KITA bertemu di tempat penampungan sampah sementara di barat kota.

 

Aku mula-mula menemukan gerobak dengan karton bekas yang sudah mengisi setengah. Lalu kulihat kamu menangis. Kamu bersimpuh, mencoba mengangkat mayat lelaki, yang kukira itu suamimu. Seorang bayi lelaki merangkak bermain dengan pisau berdarah.

 

Aku menarik gerobak itu. Bayimu ada di dalam gerobak, bermain dengan pisau dan mayat lelaki itu. Kamu membantuku mendorong gerobak sambil menangis. Kamu tidak terisak. Hanya airmatamu yang deras mengalir. Kau membiarkannya. Kau tak mengusapnya. Bayimu menikam-nikamkan pisau itu ke jenazah lelaki itu.

 

Petugas pemakaman umum tak bertanya macam-macam. Sudah terlalu sering mereka menangani jenazah gelandangan, atau bromocorah yang mati karena perkelahian yang tak pernah bisa diusut. Polisi mungkin bosan juga menangani kasus-kasus receh itu. Merepotkan. Maka seringkali ya dibiarkan begitu saja.

 

Pada saat memandikan jenazah itu aku tahu kenapa lelaki itu mati. Ada tikaman tepat di jantungnya memekarkan luka seperti kelopak mawar yang mulai membusuk. Aku melihat kamu menatap luka itu lama sekali. Kamu tak lagi menangis. Mungkin kesedihan sudah berlalu, bersama keringnya airmatamu. Mungkin kamu sudah bisa menerima, siapapun yang membunuh lelakimu itu.

 

         Kamu melemparkan pisau ke liang lahat. Petugas taman pemakaman umum kota memaklumi saja. Kupikir itulah cara kamu mengakhiri seluruh ingatanmu terhadap lelakimu itu. Tadi, di musala kecil di pojok kuburan umum ini, hanya mereka yang menyembahyangkan jenazah lelakimu. Aku memang ikut berdiri di antara mereka, tapi tak tahu apa yang harus kubaca.

 

"Gerobak inilah rumah kami..." katamu ketika aku bertanya kemana aku harus mengantar kamu dan anak bayimu. Malam itu, kita bernaung di sebuah saung di pojok pemakaman, tak jauh dari musala. Ada sedikit pemberian uang dari pengurus cukup untuk kita membeli nasi bungkus. Kamu makan dengan lahap. Kamu tersenyum ketika matamu bertemu dengan mataku.

 

Aku berpikir mungkin inilah cara Tuhan mempertemukan aku dengan kamu dan anakmu yang, siapapun ayahnya, akan kuterima sebagai anakku. Besok, akan kuajak kamu menikah. Aku juga memang hanya seorang pengumpul botol plastik, kardus, besi bekas, seperti lelakimu yang mati itu. Tapi rasanya aku bisa memberikan kehidupan yang lebih baik daripada kehidupanmu selama ini.

 

Sebelum tertidur di bangku panjang saung, aku melihat kamu tertidur dengan tenang di dalam gerobak. Kardus-kardus bekas kau susun menjadi alas. Si bayi yang tadi kau susui, juga tertidur setenang kamu. Aku bersumpah, setiap malam bersama saya nanti kalian akan tidur setenang itu.

 

Petugas pemakaman membangunkan aku.

 

Hari sudah terang.

 

Orang-orang mengerubungi gerobak.

 

Aku lekas-lekas ke sana dan menemukan kamu tewas tertikam dan bayimu membiru, seperti tercekik dan mati.

 © Habel Rajavani, 2024.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
Habel Rajavani
Novel
Little Sun
Ei
Novel
Siapa Tau?
Airlangga Kusuma
Novel
DARMA INDAH
Aditya Maulana Yusuf
Novel
Bronze
Surat Cinta yang Terbaca(Novel)
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Cinta Seorang Politisi pada Pelacurnya
Aji Najiullah Thaib
Novel
Ruang dan Batas
Sri Winarti
Novel
Bronze
Di Balik Senja
Kepo Amat
Novel
Menanti Hujan Teduh
Isti Anindya
Skrip Film
BATAS WAKTU
Ragiel JP
Flash
Menjadi Musashi
Cassandra Reina
Novel
Cinta di negara jam
Author WN
Novel
Bronze
Dan Si Tragedi Itu Bercerita
Nayla F.M.
Novel
Bronze
SALWA-AZIS
Khairul Azzam El Maliky
Novel
LELAKI DITITIK NADIR
Bhina Wiriadinata
Rekomendasi
Flash
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Misteri Kampung Mati dan Hantu Berang-berang
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Cerita tentang Seorang yang Ingin Menjadi Juru Cerita
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Fiksiagra
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Eno Hamil (seperti) Wiwin Hamil
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Tentang Kawanku Bob Si Anak Pasar
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Bagaimana Makelar Suara Pilkada Bekerja
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Dia Menangkap Hantu dengan Dua Tangannya
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Jaket dengan Lubang Bekas Peluru
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Apakah yang Kita Harapkan dari Hujan?
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Sebilah Parang dan Tugas Terakhir Paman Ahdi
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Rawa Bakau dan Misteri Pemburu Biawak
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Berhenti Saja Kau Jadi Guru
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Tentang Seorang yang Ingin Melempar Tahi ke Wajah Koruptor
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Tugas Amin dan Aroma Wangi Bu Bos
Habel Rajavani