Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sudah 10 menit Parto menunggu di PAUD Mawar, untuk menjemput Dendi yang bersekolah di sana. Setelah menghabiskan sebatang rokok, Ia kembali menatap arloji di tangan kirinya sambil membuat rencana. Ia akan memberi kejutan kecil pada anak kesayangannya itu.
“Bapak ...” Teriak Dendi dari depan pintu kelas nya.
Parto berdiri, langsung melihat ke arah anaknya sambil tersenyum. Dendi berlari menghampiri.
“Ayo pak, kita pulang! “
Di Perjalanan, Dendi tahu bahwa mereka tidak langsung pulang ke rumah. Dia sudah lelah belajar serta bermain di sekolah dan memilih untuk diam daripada bertanya ke bapaknya akan ke mana mereka pergi.
Akhirnya, Parto memberhentikan sepeda motor di depan sebuah toserba. Bukan untuk berbelanja, melainkan bermain odong-odong yang terletak sebelum pintu masuk. Dendi kembali bersemangat.
“Yes!” Ucap Dendi sambil mengepalkan tangan kanannya.
Dendi berlari masuk, ia langsung mengambil satu es krim terlebih dahulu. Lalu menuju kasir di mana Parto sudah menunggunya. Parto membayar es krim dan membeli 10 koin odong-odong.
“Koin nya banyak banget pak...” Ujar Dendi
“Enggak apa-apa, supaya kamu puas main nya. Hehe... “ Sahut Parto.
Dendi menaiki odong-odong berbentuk pesawat terbang warna biru dan memasukkan koin satu per satu. Hingga Dendi mulai bosan, es krim nya juga sudah habis. Perutnya mulai keroncongan, ia membayangkan menyantap masakan buatan ibu yang sudah tersedia di meja makan. Tapi koin odong-odong masih ada tiga.
“Pak, sudah ya main odong-odong nya. Sisa koin nya disimpan saja”.
“Oke, mari kita pulang.” Parto menggendong Dendi dan mereka beranjak dari toserba.
***
Siang itu, teriknya matahari luar biasa. Dendi ingin sekali makan es krim favori tnya di toserba, akhirnya ia meminta pada Parto untuk memenuhi keinginannya.
“Pak, ke toselba yuk. Beli es klim” Pinta Dendi.
“Ayo...” Jawab Parto
Dendi berlari ke kamar mengambil topi dan koin odong-odong yang masih tersisa 3.
Tiba di toserba, Dendi langsung turun dari motor dan berlari masuk. Ia menuju ke bagian es krim, setelah mengambilnya, langsung menuju kasir.
“Enam ribu, dek” Tukas sang kasir.
Dendi mengeluarkan 3 koin odong-odong dan menyerahkannya.
Petugas kasir menatap dengan heran dan berkata “bukan pakai ini dek bayar nya, tapi dengan uang enam ribu rupiah”.
“Lho! Halga satu koin odong-odong kan dua libu dan saya punya 3 koin yang halganya enam libu ...” Ucap Dendi dengan suara yang meninggi dan cadel pada huruf “R” nya.
“Enggak bisa adik, bayar nya harus pakai uang”.
“Bisa! Kan sama hitungannya enam libu...”
“Tidak bisa...”
“Bisa! Itu enam libu juga...”
Parto masuk tepat pada waktu Dendi sedang berdebat dengan petugas kasir.
“Sudah ambil es krim nya? Tanya basa-basi Parto ke Dendi.
“Sudah pak, tapi olangnya enggak mau dibayal pakai koin” jawab Dendi.
Sambil tersenyum, Parto mengeluarkan enam ribu dari sakunya.
“Maaf ya mas, ini uangnya”. Ucap Parto
Dendi hanya diam melihat bapaknya menyerahkan uang pada petugas kasir dan mereka bercakap-cakap singkat.
“Yuk, main odong-odong!” Ajak Parto.
“Enggak mau! Panas...” Dendi langsung pergi keluar dari toserba.
Di dalam hati, Parto senang dan bersyukur pada Tuhan. Bahwa anaknya yang berusia 4 tahun, sudah mengerti tentang hitung-hitungan harga. Sebelum tiba ke rumah, mereka mampir beli es kelapa. Sambil menunggu si penjual membuatkan nya, es krim Dendi sudah habis tak tersisa.