Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kilat Karma
0
Suka
14,151
Dibaca

Pada layar televisi tabung berwarna hitam itu, terpampang video yang sejak pagi sampai malam, terus-terusan dibahas oleh presenter berita maupun para ahli yang dijadikan narasumber dalam sesi tukar pendapat. Mereka lagi membahas berita yang banyak dibicarakan masyarakat Indonesia: Jenazah yang Malang, Korban Pedofil, dan Si Pembunuh

Dari layar televisi itu, tampak tiga sekawan: Adil, Jadi, dan Bombai. Wajah mereka di-blur, tetapi bagi perempuan muda berambut panjang kusut itu, tidak sulit mengenali mereka.

Bombai korban ustaz bejat, sementara Adil dan Jadi sebatas saksi dikarenakan foto mereka ada dalam ponsel ustaz bejat itu.

Mendadak terdengar pintu diketuk-ketuk diiringi suara guntur dan kilatan.

“Iya,” sahut Kemangi.

Dan pintu kembali diketuk-ketuk, kali ini terdengar lebih keras, diiringi rintik-rintik air hujan yang menghujam atap seng rumahnya.

“Iyooo, sabar atuuuh.” Dan Kemangi menggapai gagang pintu, lalu membukanya. “Astaghfirullah, Mbak ….”

Perempuan yang kemarin-kemarin rambutnya panjang sepinggang, hari ini rambutnya sebahu dan lurus. Ah, dia baru pangkas dan perawatan rambut. Kok, bisa, ya? Ah, kayaknya dia baru dapat jatah harian dari lelaki yang tak mampu ‘move on'.

“Aku tak mau tahu, Kem!” Nadanya begitu ketus. Dan perempuan itu main masuk, lalu menyaksikan siaran berita, dengan begitu seriusnya.

“Lagian siapa yang mau kejadiannya begitu, Mbak?”

“Untung rumah kita sebelahan, jadi aku bisa incer kamu kalau sampai anakku ada apa-apa.”

“Cuman jadi saksi, Mbak. Yang bikin geger itu beritanya, bukan—”

“Bukan apa? Bukannya perkampungan kita ini geger gegera mbak kandungmu itu? Enak benar bilang, ‘cuman jadi saksi’. Ndak lihat anakku wara-wiri masuk ‘tipi’?”

Kemangi melengos. Dia ogah berurusan lagi dengan Asri, tetapi tetangganya itu masih saja berdiri menonton perkembangan berita. Tanpa malu-malu Asri meraih ‘alat pengontrol tv’ yang tergeletak di sebelah televisi, lantas memencet sembarang tombol angka. Kemangi agaknya kesal melihat tingkah tetangganya.

“Lah, mereka lagi diwawancara sama wartawan?” Asri terkejut.

Kemangi enggan menanggapi saat melihat kedua orangtua Jadi ada di layar televisi. Belum satu jam kemudian, Asri mengancam kalau urusan anaknya sampai berlarut-larut, dia tidak akan tinggal diam, selepas itu dia pulang.

Seperginya sang tetangga, Kemangi ke dapur. Dadanya terasa sesak. Dia menggapai gelas yang ‘pegangannya berbentuk setengah lingkaran’—tadinya bergelayut pada tiang kecil yang tertancap pada rak piring, lalu dia menggapai teko berisi air putih dan menuangkan isinya ke gelas. Namun, ketika dia melihat pisau yang sejak pagi tergeletak di samping piring dan gelas kotor, pisau itu seolah-olah mengorek kenangan buruk.

[]

Kemangi ingat, dari pengakuan kakaknya; Waru, katanya, pisau daging yang sangat tajam disembunyikan di pinggangnya yang tertutupi pakaian. Waru mengajak Ustaz Mentari ke suatu tempat, lalu menikam dada kirinya. Selepas itu, memotong-motongnya menjadi 2000 bagian.

Waru tidak membuangnya, melainkan menyerahkan diri ke polisi. Waru melakukan itu setelah mendengar pengakuan anak kesayangannya, Bombai yang dilecehkan Ustaz Mentari. Sementara itu, tubuh-tubuh Ustaz Mentari yang dimutilasi kecil-kecil, rupanya, penguburannya mendapat penolakan warga desa.

Pada akhirnya, tubuh terpotong-potong si ustaz pedofil, dikebumikan dengan sedikit pelayat di perbatasan desa yang berupa perbukitan—ada perempuan berkerudung berkulit cokelat yang menitikkan air mata.

[]

“Ya Allah … cobaan-Mu. Yo opo Iki? Mbakyu aku begitu—” Duar! Suara dari kilatan petir membuatnya berhenti bicara. Gemuruhnya bak meruntuhkan langit, sampai-sampai suaranya seperti saling sahut-menyahut. Dan di antara riuhnya kilat, tanpa penduduk kampung ketahui, seratus kilatan petir secara berurutan menghujam kuburan Ustaz Mentari. Potongan-potongan tubuhnya yang terkubur sekian meter dalamnya pun matang. []

-TAMAT-

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Bronze
Menjangkau Pulau Seribu Bersamamu
Silvarani
Flash
Kilat Karma
Athar Farha
Cerpen
Bronze
Dering Telepon
Dedy Tri Riyadi
Novel
Candala
Sri Bintang Nst
Flash
Pernikahan Kemarin
Miranti
Flash
Orang Kaya Mah Enak
Syashi Ammar
Flash
Percakapan di Atas Gedung
Cheri Nanas
Novel
Bronze
Mr. Melancholic dan Subscriber-nya
Lady Mia Hasneni
Novel
You Sound Awesome!
Jonem
Novel
Bronze
Pacar Bayaran
sukadmadji
Novel
Ruang Kosong di Meja Nomor 9
Penulis N
Skrip Film
genuine laugh
diannafi
Cerpen
Bronze
UNTUKMU...
Iman Siputra
Novel
Aku Kehilangan Pulang
Salma Mufidah
Novel
Bukan Lelaki Arimbi
Shinta Larasati Hardjono
Rekomendasi
Flash
Kilat Karma
Athar Farha
Novel
Bronze
Tuhan, Boleh Ya, Aku Tidur Nggak Bangun Lagi?
Athar Farha
Flash
Hadiah Bawang Bombai
Athar Farha
Flash
Tumbuh dan Bersenyawa
Athar Farha
Novel
DIFFERENT
Athar Farha
Novel
Bronze
Reckoning of the Heart
Athar Farha
Flash
Demi Adil yang Sulit Diraih
Athar Farha
Flash
Ritual Gerhana Bulan Merah
Athar Farha
Flash
Janji Kayu Manis
Athar Farha
Novel
Panduan Menjadi Pelakor
Athar Farha